Thursday, December 4, 2008

MILIKILAH KOLEKSI BUKU-BUKU BERNUANSA UNITARIAN:

MILIKILAH KOLEKSI BUKU-BUKU BERNUANSA UNITARIAN:

1.MENJAWAB DOKTRIN TRITUNGGAL,
Penulis: Frans Donald, cetakan I: 2007 - cetakan ke-5: 2008.
Harga Rp. 28.000,-
Tersedia di GRAMEDIA, Gunung Agung, Toga Mas, Merbabu.
Bisa pesan via pos, dana transfer ke: BCA 4620415796 (a.n. Yulianti), atau BRI no. 1138-01-000705-50-5. Hubungi 024-70665218 atau 081 7971 9991.
Beli banyak dapat diskon khusus sampai 50%.

2.ALLAH DALAM ALKITAB & AL QURAN,
Penulis: Frans Donald, cetakan I: 2005 – cetakan ke-13: 2008
Harga Rp. 25.000,-
Tersedia di GRAMEDIA, Gunung Agung, Toga Mas, Merbabu.
Bisa pesan via pos, dana transfer ke: BCA 4620415796 (a.n. Yulianti), atau BRI no. 1138-01-000705-50-5. Hubungi 024-70665218 atau 081 7971 9991.
Beli banyak dapat diskon khusus sampai 50%.

3.KASUS BESAR YANG KELIRU TERNYATA YESUS MALAIKAT,
Penulis: Frans Donald, cetakan I: 2004 - cetakan ke-8: 2008.
Harga Rp. 28.000,-
Tersedia di GRAMEDIA, Gunung Agung, Toga Mas, Merbabu.
Bisa pesan via pos, dana transfer ke: BCA 4620415796 (a.n. Yulianti) atau BRI no. 1138-01-000705-50-5. Hubungi 024-70665218 atau 081 7971 9991.
Beli banyak dapat diskon khusus sampai 50%.

4.BUKAN ALLAH TAPI TUHAN,
Penulis: Ellen Kristi, cetakan I: 2005 – cetakan ke-3: 2008 . Harga Rp. 27.000, Tersedia di GRAMEDIA, Gunung Agung, Toga Mas, Merbabu.
Bisa pesan via pos, dana transfer ke: BCA 4620415796 (a.n. Yulianti) atau BRI no. 1138-01-000705-50-5. Hubungi 024-70665218 atau 081 7971 9991.
Beli banyak dapat diskon khusus sampai 50%.

Friday, November 28, 2008

KABAR PENTING!

KABAR PENTING!

Banyak orang yang sudah tahu bahwa dalam berbagai kesempatan (seminar, dialog / debat, dan buku-buku / tulisan-tulisan) Pdt. Budi Asali M Div. (Pendeta Gereja Reformed yang bergelar M. Div., tinggal di Surabaya) sangat gemar (bangga, hobi, kebiasaan, sudah karakter) mulutnya mengeluarkan umpatan-umpatan emosional yang ditujukan kepada setiap orang yang berbeda paham dengannya, “kata-kata mutiara” a la seorang Budi Asali yang berpredikat sebagai Pendeta, Penulis, Pengajar, Pengkotbah itu di antaranya adalah selalu menganggap orang lain (yang berbeda pendapat dengannya) sebagai:
“orang bodoh”
“goblok”
“sok pintar”
“omong kosong”
“gila”
“bodoh dan sesat”
“tanpa otak”
“ngawur”
“tidak becus”
“tolol”
“tolol dan sesat”
dsbnya.
Yang mana semua “kata-kata mutiara”-nya itu sesungguhnya adalah CERMIN DARI DIRI BUDI ASALI SENDIRI, yang oleh karenanya izinkanlah kami mengembalikan “kata-kata mutiara a la Budi Asali” tersebut kepada dirinya sendiri yang ternyata sesungguhnya adalah seorang Pdt. M. Div yang amat sangat “bodoh”, “goblok”, “sok pintar”, “omong kosong”, “gila”, “bodoh dan sesat”, “tanpa otak”, “ngawur”, “tidak becus”, “tolol”, “tolol dan sesat” dsbnya sesuai “kata-kata mutiara” a la Budi Asali tersebut.
Ingatlah saudara-saudari bahwa ADA TERTULIS dalam kitab Pengkotbah pasal 10 ayat 2-3:
Hati orang berhikmat menuju ke kanan, tetapi hati orang bodoh ke kiri. Juga kalau ia berjalan di lorong orang bodoh itu tumpul pikirannya, dan IA (si orang bodoh itu) BERKATA KEPADA SETIAP ORANG: “ORANG ITU BODOH!”
Kesaksian Kitab Suci (yang menyingkap hal orang bodoh) tersebut sungguh tergenapi dalam diri seorang Budi Asali yang ternyata samasekali bukan seorang manusia yang berBUDI yang ASALI (melainkan tampaknya hanyalah seorang yang berBUDI ASAL-ASALAN , dan hanyalah orang yang sangat bodoh) yang terbukti dengan fakta di mana-mana ia selalu menganggap orang lain sebagai bodoh, menggenapi Pengkotbah 10:3 IA (si orang bodoh itu, yaitu BUDI ASALI) -SANGAT SUKA- BERKATA KEPADA SETIAP ORANG: “ORANG ITU BODOH!
Saudara mau lebih tahu bukti akurat tak terbantahkan perihal kebodohan, kegoblokkan, kengawuran, kegilaan, keomong-kosongan, kesesatan, ketololan, dari Budi Asali dan muridnya (Esra Alfred Soru S. Th.) yang TELAH DISINGKAPKAN – DITELANJANGI HABIS-HABISAN – serta DIBUNGKAM DENGAN TELAK oleh seorang Kristen yang tinggal di Kupang NTT yang bernama A.G. Hadzarmawit Netti ? Silahkan segera simak buku luar biasa (sangat tajam, cerdas, berani, benar-benar tidak biasa!) berjudul:
POLEMIK ANTARA A.G. HADZARMAWIT NETTI DENGAN Pdt. BUDI ASALI M. Div – ESRA ALFRED SORU
Bisa didapatkan dalam bentuk photo copy-an setebal 81 halaman (JILID I) dan 47 halaman (JILID II). Pada JILID II, di situ Budi Asali dan muridnya tampak lebih kebakaran jenggot lagi karena dustanya makin ditelanjangi, hingga Pendeta Gereja Reformed itu menista A.G. Hadzarmawit Netti dengan perkataan "anjing, anjing buduk, rabies, anjing tua" dsbnya.

Bagi yang berminat silahkan pesan langsung saja ke 081 7971 9991. Buku copy-an akan dikirim ke alamat pemesan via POS KILAT KHUSUS.

Silahkan sampaikan KABAR PENTING ini pada seluruh rekan-rekan saudara. Trims.

baca juga tulisan tentang Pdt. Budi Asali , di http://gkmin.net/?p=89

Thursday, November 27, 2008

SERIGALA BERBULU DOMBA

MENYINGKAP TABIR DUSTA PENDETA BUDI ASALI M. Div & ESRA ALFRED SORU S.Th. BESERTA CSnya.

Pengantar:
Salam. Sudah setahun ini pasca Debat Unitarian vs Trinitarian di Surabaya, beberapa email dan SMS serta telpon sempat pernah saya (Frans Donald) terima dari beberapa orang yang menanyakan sekaligus meminta klarifikasi dari saya berkenaan adanya kabar dari pihak Budi Asali & Esra Alfred Soru yang intinya mengatakan bahwa:
“TIM UNITARIAN (FRANS DONALD, BENNY IRAWAN, OKTINO IRAWAN, TIRTO SUJOKO) TELAH KALAH TELAK OLEH TIM TRINITARIAN (Pdt. BUDI ASALI M. Div & ESRA ALFRED SORU S Th.) DALAM PERDEBATAN YANG BERLANGSUNG TAHUN 2007 DI SURABAYA”
Nah, teman-teman yang budiman, setelah setahun berlalunya perdebatan di Surabaya yang ternyata seiring jalannya waktu, makin banyak membuahkan ‘pertobatan’ para penganut Trinitas hingga kini banyak yang telah menjadi Unitarian (tegas menolak Trinitas / ke-allah-an Yesus), maka tulisan ini adalah pernyataan singkat serta beberapa klarifikasi dari saya (Frans Donald) seputar kabar dusta dari pihak Budi Asali dan Esra Alfred Soru cs yang intinya menyiarkan kabar bahwa ‘Unitarian kalah telak’ tersebut. Waktu satu tahun (12 bulan, 365 hari) adalah waktu yang kami pandang sebagai kesempatan yang lebih dari cukup telah kami (unitarian) berikan bagi Budi Asali, Esra Soru dan csnya untuk sadar atas dusta-dusta+fitnah yang selama ini disebarkannya. Satu tahun sudah kami berikan kesempatan pada mereka, bisa saja mungkin mereka dulu khilaf dan seiring waktu akan sadar diri, tapi ternyata tidak samasekali. Satu tahun adalah waktu yang sudah terlalu cukup (bahkan lebih dari cukup untuk sadar diri!) maka kini setelah setahun berlalu, ijinkanlah saya menuliskan artikel SERIGALA BERBULU DOMBA ini.

Sekilas Kronologi Debat di Surabaya
Acara debat yang berlangsung 9 bulan (Maret-Nopember 2007) awalnya bermula dari Esra Alfred Soru (Penginjil dari Gereja Reformed di NTT) yang pada Nopember 2006 selama 5 hari berturut-turut menyerang buku saya yang berjudul ALLAH DALAM ALKITAB DAN ALQURAN dengan mempublikasikan serangannya itu melalui Koran TIMOR EXPRESS (Jawa Pos Grup) di NTT. Kemudian Esra dan juga Pimpinan Redaksi TIMOR EXPRESS memohon saya untuk menanggapi tulisan Esra Soru tersebut. Semula saya (Frans Donald) samasekali tidak berminat menggubris tulisan-tulisan Esra yang saya nilai penuh kecurangan itu. Tetapi oleh karena satu alasan lain, yaitu ketika kabar keberadaan tulisan Esra saya ceritakan pada rekan-rekan Unitarian di Semarang, akhirnya saya tahu bahwa Esra Alfred Soru ternyata adalah teman baik dari kawan saya yang bernama Pendeta Teddy (Pdt. Unitarian yang adalah mantan penganut Trinitas), maka saya pikir adalah sangat baik kalau saya dan TIM UNITARIAN bisa berjumpa / berkenalan langsung / temu darat dengan Esra agar bisa ‘duduk bareng’ alias ‘debat sehat-cerdas bersahabat’ membahas perihal perbedaan paham (soal Trinitas, ke-Allah-an Yesus) yang dipermasalahkan. Dimana saya pikir meskipun sangat beda paham tapi tentu tetap bisa menjadi teman, begitu harapan dan pikiran saya kala itu. Saya berpikir demikian sebab kami memang memiliki beberapa kawan dan keluarga yang beda paham dengan kami tanpa harus bermusuhan. Walau beda doktrin secara intelektual tapi menjadi sahabat secara sosial, itu adalah baik, pikir saya. Ajakan untuk perjumpaan tatap muka / temu darat guna ‘debat terbuka’ pun saya tekankan dalam tanggapan saya menanggapi tulisan Esra Nopember 2006 itu dengan mengirimkan tanggapan balik yang intinya berisi ajakan ‘debat temu darat’ dan dimuat oleh Koran Timex pada awal 2007 (di muat 2 hari) yang kemudian ditanggapi lagi oleh Esra dengan tulisan sepanjang 5 seri / hari lagi dengan nada-nada “pongah” yang tetap sama seperti tulisannya terdahulu. Singkat cerita akhirnya TIM TRINITARIAN (yaitu Tim Esra yang dipimpin Budi Asali) sepakat bertemu dalam ‘debat terbuka’ dengan TIM UNITARIAN (Tim saya) pada bulan Maret 2007. Tapi ternyata keadaan / suasana perjumpaan dengan Esra tak seperti harapan kami yaitu harapannya bisa terciptanya ‘Debat Sehat-Cerdas’ dan bersahabat, mengingat hal tersebut harusnya bisa terjadi sebab Esra Soru adalah juga rekan (kawan lama) dari Pdt. Teddy (Pdt. Unitarian, mantan Trinitarian), debat sehat-cerdas sangat layak dilakukan terlebih nota bene Budi Asali dan Esra Soru adalah bukan ‘preman bayaran’ melainkan keduanya adalah orang-orang tokoh gereja (M Div. dan S Th.). Tetapi ternyata kami sangat terkejut atas fakta yang terjadi kemudian!

Frans Donald Cuma Tertawa dan Termangu.
Di awal perdebatan kami dengan Budi Asali dan Esra Alfred Soru, saya sungguh dikejutkan oleh gaya / style / cara Budi Asali & Esra dalam mengemukakan perbedaan pahamnya terhadap kami. Waktu itu kata-kata dan kalimat-kalimat pedas yang bernada sangat tidak bersahabat (samasekali tidak mencerminkan sikap-sikap kristiani) keluar dari mulut Budi Asali yang padahal adalah bergelar Pendeta dan M. Div. Sangat kami sayangkan, di depan teman-teman Islam yang saat itu banyak hadir, Budi Asali yang nota bene menjabat sebagai tokoh pendeta Kristen, benar-benar tampil memalukan ‘dunia Kristen’ yang katanya terkenal dengan ‘kasih’ itu. Beberapa kawan muslim bahkan sangat terkejut melihat gaya penampilan Budi Asali yang sangat kasar seperti preman dan sangat menyakiti iman orang lain (waktu itu Budi Asali sempat melontarkan kata-kata bahwa “siapa saja yang tidak percaya Trinitas pasti masuk neraka!” Hal itu tentu sangat menghina iman kawan-kawan muslim yang jelas-jelas tidak bisa menerima doktrin Trinitas). Melihat gaya mereka yang sangat kasar, kala itu semangat ‘adu argumen intelektual’ saya mendadak hilang seketika, tapi ke 3 kawan saya (anggota Tim Unitarian yang lain, yang lebih berpengalaman dari saya dalam hal dimaki-maki oleh tokoh-tokoh Gereja) masih berbaik hati mau melayani mereka, sementara saya lebih memilih untuk diam, tersenyum, tertawa saja, sambil geleng-geleng dalam hati, karena saya pikir waktu itu adalah ternyata kami benar-benar bukan sedang menghadapi kawan-kawan Kristen (apalagi salah satunya adalah jelas-jelas kawan lama dari Pdt. Teddy) yang berbeda paham yang bisa diajak debat yang sehat dan cerdas, melainkan KAMI SEDANG MENGHADAPI ‘MANUSIA SERIGALA BERWUJUD MANUSIA BERBULU DOMBA BERWATAK ULAR BELUDAK’!* (*Istilah ‘serigala berbulu domba’ dan ‘ular beludak’ ini saya pinjam dari istilah Alkitab berbicara tentang guru-guru palsu. Dalam hal ini sikap karakter Budi Asali M. Div dan Esra Alfred Soru, S.Th. sangat sesuai menyandang predikat tersebut). Saya (Frans Donald, jemaat biasa, bukan teolog) bukan ahli bicara yang cukup lihai untuk menghadapi serigala-serigala bertubuh manusia berwatak ular beludak seperti mereka berdua (PENDETA Budi Asali M. Div dan PENGINJIL Esra Alfred Soru, SARJANA TEOLOGI) yang ganas sangat licik berkelit memelintir ayat dan ahli menipu banyak orang dengan ajaran Trinitasnya. Saya waktu itu benar-benar kalah, yaitu kalah oleh ke-galak-an dan keganasan dua serigala berwatak ular itu, kalah oleh gaya kekasaran serigala itu, kalah oleh kelicikan ular itu, saya tidak mau melayani gaya ‘serigala berbulu domba berkepala ular beludak’ yang mereka tampilkan. Rekan (Tim saya) yang sudah berpengalaman sebelumnya menghadapi serigala-serigala dan ular-ular Gereja, waktu itu mereka bertiga (Aryanto Nugroho, Benny Irawan, Oktino Irawan) mencoba tetap sabar menghadapi dua serigala Gereja yang sangat galak dan licik ini. Saya (yang memang belum terlalu berpengalaman menghadapi serigala-serigala gereja berkepala ular seperti Budi Asali dan muridnya, Esra Alfred Soru) cuma tertawa, tersenyum-senyum, geleng-geleng dalam hati kala itu sambil terus menulis apa-apa yang saya perlu catat dan ingat. Dan oleh karena suasana dalam perdebatan saat itu dipandang sangat tidak baik (sangat tidak sehat) oleh pemimpin (Moderator, yaitu Bapak Drs. H. Sahid, seorang muslim moderat, dosen IAIN), maka debat yang samasekali belum tuntas tersebut segera dihentikan.

Debat Berlanjut 8 kali lagi
Setelah perdebatan yang belum tuntas tersebut, meskipun saya merasa bahwa Esra (yang adalah kawan dari sahabat saya pendeta Teddy, yang semula saya sangka Esra bisa jadi kawan saya juga meskipun harus beda paham) ternyata samasekali bukanlah seorang yang bersemangat kristiani, namun, Benny Irawan, sahabat saya (Tim Unitarian), ternyata masih berbaik hati dan bersedia melanjutkan ke pertemuan perdebatan berikutnya. Benny Irawan membuat janji kesepakatan dengan ‘sang serigala berbulu domba’ (Budi Asali) untuk lanjut melakukan debat pada bulan-bulan berikutnya. Hingga akhirnya debat (yang dilaksanakan 1 kali dengan moderator dan 7 kali tanpa moderator) itu terjadi. Budi Asali selalu tampil dengan gayanya yang angkuh, pongah, galak khas serigala berbulu domba. Pernah dalam upaya meredakan keganasan Budi Asali, seusai satu sesi debat, saya sempat tegaskan demikian: “Pak Budi, umur anda sepantaran dengan ayah saya, jadi kalau bisa anggaplah saya dan Tim sebagai anak anda, yang artinya walaupun menurut anda kami ini sesat, tetapi hendaklah kita berdialog adu argumen dengan cara yang lebih kekeluargaan dan sehat dan saling menghormati secara intelektual”. Tapi ternyata upaya saya menyentuh hati Budi Asali dengan harapan agar suasana debat bisa lebih sehat tersebut sia-sia tak digubris samasekali, bahkan Budi Asali makin tampil kasar dan sangat jauh dari karakter sebagai seorang Pendeta Kristiani. Style (gaya, cara-cara) Budi Asali hanyalah menampilkan wajah Pendeta Kristen yang Palsu (benar-benar serigala berbulu domba!), hingga saudara Oktino Irawan benar-benar keheranan dengan berkata “Saya betul-betul heran, Frans, kok bisa orang seperti Budi Asali ini jadi Pendeta, aneh!”. Soal kekasaran Budi Asali ini belakangan juga saya dengar dari berbagai sumber bahwa ternyata di kalangan para penganut Trinitas sendiri banyak orang yang sangat tidak senang dengan Budi Asali.
Selanjutnya, dalam perdebatan-perdebatan itu, tampak sekali, tak bisa disembunyikan, Budi Asali kelihatan betul-betul takut kalah, dengan kelicikannya untuk menghindari ‘kedok terbongkar’, Pendeta Kristen Palsu ini mulai bertingkah makin licik dengan memberi aturan-aturan yang melarang kami (TIM UNITARIAN) agar tidak membagi-bagi makalah-makalah kami kepada para hadirin. Unitarian dilarang bagi-bagi makalah, ini jelas bukti ketakutan yang nyata! (Tampak sekali dia takut kalau-kalau anak-anak buahnya terpengaruh oleh pekabaran kami). Dan makin lama Budi Asali mulai makin banyak mengatur dan melarang-larang kami, padahal status kedua belah pembicara adalah sama haknya, Budi Asali bukan pimpinan kami, jadi tak seharusnya dia main ngatur-ngatur dan melarang-larang kami seenaknya sendiri. Maka akhirnya, setelah perdebatan yang ke 9 kali, karena kami tidak setuju dengan gaya ‘semau gue’ / sok ngatur ‘jangan begini-jangan begitu, tidak boleh begini-tidak boleh begitu’ yang makin gencar dilakukan oleh Budi Asali, maka kami pun memutuskan menghentikan debat tersebut, kendati belum tuntas. Sayangnya, pasca perdebatan 9 kali tersebut, secara licik Budi Asali dan Esra kemudian memelintir fakta dengan mempropagandakan bahwa TIM UNITARIAN TELAH KALAH DAN MENYERAH. Bahkan demi upaya menyebar kabar bohong Esra Soru melalui Koran TIMOR EXPRESS mengatakan bahwa “Perdebatan tersebut berlanjut hingga berakhir dengan menyerahnya FD, dkk pada pertemuan ke IX”. Suatu pemberitaan yang tidak fair. Begitu pula dengan Tabloid GLORIA yang beberapa kali sempat memberitakan kabar miring tentang ‘KEKALAHAN TIM UNITARIAN’ berdebat dengan Budi Asali, Tabloid GLORIA telah memelintir fakta, memberikan informasi licik pada publik, guna memberikan kesan yang berbeda (‘menipu’) opini publik.

Jika Unitarian Menghentikan Debat, apakah artinya = Unitarian menyerah?
“Unitarian menyerah di debat yang ke-9”.
Pernyataan ini hanyalah tipuan kekanak-kanakkan dari Esra Soru dan gurunya, Budi Asali, untuk menciptakan opini publik yang dianggap akan menguntungkan mereka berdua. Memang orang-orang yang tidak tahu dengan benar kronologi dan alasannya mengapa kami (Unitarian) terpaksa memilih menghentikan Debat di Surabaya tahun 2007 itu, bisa saja menyangka bahwa kabar “Unitarian menyerah di debat yang ke-9” seperti yang dikoar-koarkan Budi Asali dan Esra tersebut merupakan fakta adanya. Nah, tipuan Budi Asali dan Esra Soru ini perlu diklarifikasi.
Mengapa dan apa sih alasan utama kami (Unitarian) terpaksa memilih untuk menghentikan debat? Karena kalah atau karena apa, tentu yang berhak mengklarifikasi jawabannya adalah dari pihak Unitarian (sebagai Tim yang menghentikan debat) dan bukannya pihak lain (apalagi kabar miring dari Tim Trinitarian) yang mungkin hanya bisa menerka-nerka alasannya saja, tanpa kebenaran fakta yang bisa dipertanggung jawabkan di hadapan manusia dan Allah. Nah, perhatikanlah saudara-saudari sekalian, jawabannya mengapa Unitarian memilih berhenti adalah (tiga alasan utama):
Pertama, karena Budi Asali telah nyata-nyata berlaku sebagai ‘pengecut’ intelektual yang sangat licik dan curang, yaitu dengan berkali-kali mengatur-ngatur (memerintah dan melarang) kami (Unitarian) untuk tidak membagi-bagikan makalah yang kami buat dalam setiap acara debat. Lucu, adu argumen dalam debat terbuka kok tidak boleh bagi-bagi makalah kepada hadirin, fakta ini hanya makin membuktikan ketakutan (tepatnya kepengecutan) Budi Asali akan tulisan-tulisan kami (Unitarian) yang nyata-nyata sanggup mengguncang iman para penganut Trinitas (dan memang terbukti banyak penganut Trinitas yang kini sudah jadi penolak Trinitas), terlebih lagi secara terang-terangan di depan kami Budi Asali menegaskan kalimat-kalimat yang intinya demikian “kalian (Unitarian) jangan bagi-bagi makalah atau tulisan agar jangan sampai di luar sana nama Gereja saya (gerejanya Budi Asali) tercoreng dan disangka menyesatkan orang oleh akibat tulisan-tulisan yang kalian bagikan!”. Oi..oi.. pernyataan Budi Asali tersebut hanyalah menunjukkan pernyataan dari seorang PENDETA PENGANUT TRINITAS PALING PENGECUT yang pernah kami hadapi. Apapun dalih atau alasannya untuk menghindari ‘pembagian makalah Unitarian’, Budi Asali kelihatan sekali sangat tidak gentle secara intelektual dan sangat ketakutan terhadap ‘tulisan-tulisan / makalah’ pihak Unitarian. Dalam zaman keterbukaan terhadap informasi seperti sekarang ini, e..e..e, Budi Asali sebagai ‘guru dan pendeta’ kok malahan bertindak sebagai ‘penjahat intelektual’ dengan tegas-tegas mencegah (mencekal) pembagian informasi (makalah dan tulisan) dari pihak Unitarian. Kalau memang Unitarian benar kalah selama perdebatan-perdebatan dengan Budi Asali lantas mengapa makalah / tulisan kami (Unitarian) harus anda ‘cekal’ wahai Budi Asali? Sebagai orang terpelajar (apalagi sampai bergelar M. Div.) semestinya Budi Asali sangat tidak patut melarang-larang beredarnya tulisan / karya-karya yang berisi pandangan-pandangan Unitarian terhadap kesalahan Trinitas! Apapun isi tulisan Unitarian tidak perlu disembunyikan apalagi sampai dilarang! Bahkan saya sempat mendapat laporan dari distributor Gramedia saya di Surabaya yang menginformasikan kalau pihak toko buku Gramedia telah mendapat teror intimidasi dari beberapa orang yang mengaku Kristen di Surabaya agar tidak lagi memajang buku-buku Frans Donald dengan alasan buku itu sesat. Entah apakah oknum-oknum yang mengintimidasi Gramedia tersebut adalah dari pihak (kroni) Budi Asali dan Esra ataukah dari pihak lainnya yang juga tampaknya sangat kebakaran jenggot atas kehadiran buku-buku karya Frans Donald yang telah menelanjangi kerapuhan (bahkan sanggup meruntuhkan) doktrin Trinitas yang mereka ajarkan selama ini, siapapun oknum (tukang teror yang mengintimidasi toko buku Gramedia) itu hanyalah seorang ‘PENGECUT INTELEKTUAL’ yang sama pengecut dan liciknya dengan Budi Asali yang telah juga melarang Unitarian membagi-bagi tulisan / makalah. Kalau memang buku-buku saya dianggap kontroversi atau sesat, maka buatlah karya buku tandingannya, bung! Masyarakat kita banyak yang cerdas dan terpelajar, yang tentunya ketika membaca suatu tulisan maka orang-orang yang jujur akan bisa menimbang dengan nurani dan intelektualnya mana karya tulisan (buku / makalah) yang benar dan mana yang sesat. Dan juga kalau makalah-makalah Unitarian oleh Budi Asali dianggap sebagai sesat, ya silakan secara intelektual dan gentleman Budi Asali buat tulisan tandingannya juga dong, pak M Div.! Jangan main ‘intimidasi intelektual’ seperti yang telah anda lakukan terhadap kami (Unitarian) yang justru hanya makin membuktikan bobot kerdil intelektual dan kepengecutan, kelicikan dan kecurangan anda Budi Asali!
Kedua, dalam acara debat di Surabaya tahun 2007 itu, sebagai nara sumber, posisi Budi Asali dan posisi kami (Unitarian) adalah sama. Artinya, Budi Asali samasekali bukan pimpinan kami, sehingga sangat tidak proporsional samasekali (sangat memalukan!)dan hanya makin menampakkan kepengecutan serta kecurangannya yang nyata-nyata, ketika Budi Asali bertindak melarang-larang Tim Unitarian untuk tidak membagi-bagi makalah atau membagi tulisan apapun kepada hadirin. Kalau saudara Benny dan Oktino berwewenang tegas melarang saya (Frans Donald) agar tidak melayani aturan atau kemauan Esra Soru, maka itu wajar sebab Benny Irawan dan Oktino Irawan memang adalah anggota Tim serta senior (sekaligus guru-guru penolak Trinitas) bagi saya (Frans Donald). Tapi jika seorang Budi Asali (dan juga Esra yang kerap mempermasalahkan kelemahan Frans Donald karena tidak mahir bicara) kemudian malah ketakutan dengan tulisan dan makalah-makalah saya, maka ini hanyalah wujud nyata kepengecutan dan kecurangan Budi Asali terhadap suatu debat yang dewasa sehat dan cerdas.
Ketiga, bagaimanapun cara-cara Budi Asali yang selalu tampil emosional, berkata-kata kasar, hingga selalu menciptakan situasi debat yang panas, tidak sehat, argument-argumen yang sangat tidak intelektual, gaya-gaya kampungan, premanisme, dllnya, maka dengan sangat terpaksa kami (Unitarian) memutuskan untuk menghentikan dengan pertimbangan agar tidak terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.
Dari ketiga alasan utama itulah yang akhirnya TERPAKSA membuat kami mengambil keputusan untuk menghentikan Debat yang sangat tidak sehat dan penuh kecurangan tersebut. Keputusan berhenti itu benar-benar terpaksa (sesungguhnya kalau bisa kami tidak ingin berhenti samasekali sebelum Budi Asali cs bertobat semuanya), sebab pada hakikatnya kami (TIM UNITARIAN: Benny Irawan, Oktino Irawan, Tirto Sujoko dan Frans Donald) adalah orang-orang yang sangat gemar (suka, cinta) berdialog atau debat sehat perihal kekeliruan Trinitas.
Nah, setelah setahun melihat perkembangan pasca debat di Surabaya, kini perlu kami (Unitarian) tegaskan bahwa, kami (Tim Unitarian) siap dan sangat berharap untuk bisa kembali melanjutkan debat dengan Budi Asali cs namun dengan aturan main yang fair dan sehat, misal beberapa poin yang penting di antaranya: Acara Debat mutlak harus pakai Moderator pemimpin acara yang netral / benar-benar moderat (agar Budi Asali tidak sok memimpin dan sembarangan main ngatur-ngatur), dan Debat harus terbuka secara hadirin maupun terbuka secara intelektual (TIDAK BOLEH MELARANG NARA SUMBER MEMBAGI-BAGI MAKALAH!).

Esra getol berupaya menyerang pribadi Frans Donald
Dalam tulisan-tulisan dan opininya Esra kerap kali menyerang Frans Donald secara pribadi (padahal debat di Surabaya 2007 lalu adalah atas nama PANDANGAN TIM TRINITARIAN vs PANDANGAN TIM UNITARIAN, bukan pribadi Esra Soru vs pribadi Frans Donald). Serangan terhadap pribadi Frans Donald oleh Esra Soru di antaranya:
Satu hal yang menarik dalam perdebatan perdana (8 Maret 2007) adalah bahwa FD tampil sebagai orang bisu. Ia tak berbicara satu kata pun. Hanya senyum-senyum dan terus menulis. Hingga akhirnya ada interupsi yang datang dari seorang hadirin. “Kita hadir dalam perdebatan ini gara-gara Frans Donald tapi dari tadi kami lihat Frans Donald belum mengeluarkan satu kata pun. Tolong Pak Frans berbicara dulu!” Barulah setelah itu FD memberikan pendapatnya beberapa kalimat dan sampai akhir perdebatan sama sekali tetap membisu hingga membuat saya heran. Mengapa waktu di Timex ia beralasan tidak mau menanggapi semua serangan saya dan ingin bertemu dalam debat terbuka tapi pada saat debat terbuka dilaksanakan ia hanya diam bagaikan patung? Ia hanya bersembunyi di balik ketiak kawan-kawannya.
Untuk itu perlu sedikit dijawab dan ditegaskan bahwa:
Pertama, ditinjau dari sisi mengapa sampai Frans Donald memilih bersikap diam; Wahai Esra Alfred Soru, ketahuilah bahwa oleh karena kau adalah bekas kawan baik dari Pdt. Teddy dan Ibu Teddy, maka saya (Frans Donald) -setelah membaca tulisan pertama Esra (tulisan di TIMEX yang sangat pongah dan curang, hingga layak dan cukup beralasan untuk tidak digubris)- kemudian memilih beritikad baik dan merasa perlu dan penting untuk jumpa temu darat denganmu untuk ‘debat sehat’ sebagai kawan yang berbeda paham dan bukan sebagai musuh yang musti dihancurkan seperti sesumbarmu dan gurumu yang ternyata adalah ‘serigala’ itu. Tapi sayang sekali, itikad baik kami ternyata malahan kau jadikan senjata untuk menyerang Frans Donald secara pribadi. Sadarlah kau, kalau saya (Frans Donald) kala itu sampai tiba-tiba diam membisu, yang katamu bagaikan patung dan kau merasa heran, itu justru membuktikan (dan semestinya kau sadar diri, bung!) bahwa sesungguhnya Frans Donald-lah yang saat itu sedang kaget heran atas aksi pongah dan sangat kasar dari orang-orang yang mengaku PENDETA Kristen dan SARJANA TEOLOGI yang tampil bagaikan serigala itu, yaitu kau wahai Esra Soru dan gurumu yang samasekali tidak kristiani dan tidak layak menyandang gelar ‘pendeta’ itu. Lagakmu dan gurumu yang memuakkan itulah yang membuat saya (Frans Donald, jemaat biasa) yang semula menganggap kau sebagai kawan bukan musuh (dengan pertimbangan bahwa karena kau juga kawannya Pdt. Teddy, sahabat saya, maka seyogyanya kau juga bisa jadi kawan) apalagi kau jelas-jelas bergelar S. Th. (SARJANA TEOLOGI) yang tentunya gelar ‘sarjana’ yang kau sandang tersebut layak dihormati oleh siapa saja, akhirnya saya malah memilih bersikap diam karena hilang mood setelah melihat gaya-gaya kalian yang tampak sekali ingin benar-benar menganggap kami sebagai musuh yang harus dihancurkan, dipermalukan, dihabisi, dan sebagainya. Dan sadarkah kau Esra Soru SARJANA TEOLOGI, bahwa urusanmu kala itu adalah dengan pandangan UNITARIAN bukan dengan pribadi seorang Frans Donald (walaupun yang mengundang kau awalnya adalah Frans Donald, tetapi sebagai seorang yang SARJANA yang seharusnya tidak bodoh, tentu kau pahamlah bahwa yang kau hadapi adalah PANDANGAN UNITARIAN, dan bukan pribadi Frans Donald, kecuali kalau kau orang bodoh dan bukan SARJANA, bisa dimaklumi kebodohanmu itu). Kalau saja Esra Soru dan Budi Asali bisa tampil wajar (tidak sampai ‘nggonggong-nggonggong’ sangat kasar hingga menjadikan suasana debat sangat tidak sehat) maka tentu kita akan terus bisa berdebat yang sehat, walaupun jelas-jelas sangat beda paham tapi mari kita saling jujur tukar data dan argumen secara intelektual, dan bukan sentimen-sentimen penuh kegeraman dan kecurangan pemelintiran ayat seperti yang Esra dan Budi Asali tampilkan kala itu hanya demi ‘menang-menangan menguasai panggung’, yang akhirnya hanya menghasilkan suasana debat menjadi keruh dan sangat memuakkan. Andai saja Esra dan Budi Asali bukanlah guru atau pengajar atau pendeta dan tokoh gereja yang mengaku Kristen (apalagi bergelar M. Div dan SARJANA TEOLOGI), maka kalaupun terpaksa anda berdua tampil seperti ‘serigala berkepala ular beludak’ mungkin masih bisa dimaklumi, tapi sadarkah kalian wahai Budi Asali dan muridnya, Esra Alfred Soru, bahwa gaya aksi kalian sangat memuakkan dunia gerejawi dan kristiani dan sangat memalukan gelar-gelar yang kalian sandang itu? Sadarlah, bung!
Kedua, ditinjau dari sisi debat TIM VS TIM; Pernyataan Esra yang menyerang pribadi Frans Donald adalah sangat tidak proporsional dan hanya menunjukkan jiwa kanak-kanak Esra Soru, sebab DEBAT TRINITARIAN VS UNITARIAN DI SURABAYA ITU ADALAH DEBAT ANTARA PANDANGAN TIM TRINITARIAN VS PANDANGAN TIM UNITARIAN, dan samasekali BUKAN DEBAT PINTAR-PINTARAN BICARA ANTARA PRIBADI ESRA SORU VS PRIBADI FRANS DONALD! Semua orang yang jujur tentu tahu bahwa dalam suatu perdebatan antar TIM pasti ada juru bicara (bagian bicara), juru tulis (bagian mencatat), bagian memberi pertimbangan atau pikiran tambahan, dsbnya. Dan terus terang memang sudah berkali-kali saya katakan di setiap kesempatan bahwa saya (Frans Donald) memang bukanlah seorang ‘pembicara seminar’ yang fasih jika dibandingkan dengan anggota TIM UNITARIAN yang lain (yaitu Benny Irawan, Oktino Irawan, Aryanto Nugroho, Tirto Sujoko, yang ke-4nya adalah senior sekaligus guru-guru bagi saya). Tetapi ketidak fasihan saya (Frans Donald) dalam berbicara dalam seminar tentulah samasekali tidak perlu dipermasalahkan ketika saya tampil bersama TIM saya (yang terdiri dari beberapa rekan saya yang memang lebih fasih, lebih kontruktif, lebih sistematis dalam berbicara daripada saya). Artinya, tentu saja UNITARIAN sebagai satu TIM, maka baik anggota TIM TRINITARIAN (Budi Asali, Esra, dkknya.) maupun hadirin adalah jelas sangat tidak proporsional dan sangat kekanak-kanakkan jika kemudian berupaya menyerang / mempermasalahkan tentang ‘siapa pribadi yang bicara’. Dan ajakan debat secara TIM sudah jauh-jauh hari saya (Frans Donald) sampaikan, sehingga seharusnya Esra Soru paham dan sadar betul bahwa debat di Surabaya adalah musti dipandang secara proporsional sebagai debat TIM TRINITARIAN vs TIM UNITARIAN, dan samasekali bukan debat ‘adu pintar omong’ antara seorang pribadi Esra Alfred Soru VS pribadi Frans Donald. Kalau seandainya saya (Frans Donald) memang mau mengajak adu argumen dengan Esra Soru untuk ‘adu pintar omong’ secara pribadi-pribadi, maka tidak mungkin sejak awal saya mengharapkan adanya DEBAT TIM sebagaimana yang saya sampaikan di awal undangan debat dengan Esra. Oleh karena itu ketika di perdebatan ke-6 Budi Asali menyampaikan bahwa Esra Soru kembali berupaya menantang Frans Donald untuk secara pribadi (sendiri, tanpa TIM) debat melawan Esra Soru, sebagaimana Esra berkata: saya meminta kepada Pdt. Budi Asali agar menyampaikan dalam forum debat bahwa saya secara pribadi menantang FD dalam debat berikutnya. Maksud saya adalah bahwa dalam debat berikutnya, 1 jam pertama hanya khusus buat saya dan FD. Yang lain tidak boleh ikut ngomong. Biarkan kami berdua saja! Tapi permintaan tersebut ditolak oleh pihak Unitarian dengan alasan bahwa FD tidak pandai bicara tetapi menulis. Aneh memang, waktu debat tertulis ia tidak menanggapi dengan alasan maunya debat langsung. Waktu debat secara langsung, alasannya hanya bisa menulis. Nampak sekali bahwa FD tidak lebih daripada seorang pengecut!!! Hal ini tambah meyakinkan saya karena beberapa hari yang lalu saya menelpon FD dan menantangnya untuk berdebat satu lawan satu di Kupang. Semula ia bersedia tapi meminta saya menanggung seluruh biaya transportasi, akomodasi, konsumsi, dll dari anggota timnya sebanyak 5 orang. Saya menolaknya dan bersedia menanggung keseluruhan biaya untuk 1 orang saja yakni FD tapi FD lalu menolak dengan alasan bahwa bagaimanapun teman-temannya harus ikut. Saya menawarkan lagi, saya menanggung biaya untuk anda, jika teman-teman anda ingin ikut, silahkan tanggung biaya sendiri. Lagi-lagi FD menolak dengan alasan bahwa ia biasa berdebat bersama rekan-rekannya. Saya pun menghentikan pembicaraan tersebut dan yakin bahwa FD sama sekali tidak punya nyali dalam perdebatan langsung satu lawan satu.
Untuk itu tanggapan saya: Wahai Esra, saya (Frans Donald) dan TIM tentu tidak bisa anda atur-atur semau otak ular anda. Anda dan Budi Asali sudah seenaknya saja menghina dan menyebarkan kabar bohong tentang kekalahan TIM UNITARIAN kepada orang-orang di NTT, maka TIM UNITARIAN (seluruh anggotanya) berhak bicara dan temu muka dengan masyarakat NTT dan wawancara dengan wartawan Koran TIMEX (guna meluruskan segala kabar bohong yang berkembang akibat ulah Esra di NTT) jika anda memang serius mau menggelar debat di NTT . Dan perlu Esra Soru ketahui, bahwa saya (Frans Donald) akan sangat bersemangat dan SANGAT PUNYA NYALI (WALAUPUN BUKAN LULUSAN SEKOLAH TEOLOGI dan tidak fasih / mahir bicara) SIAP melayani orang (SARJANA atau PROFESOR teologi sekalipun) untuk berdialog atau ‘debat sehat’ soal kekeliruan Trinitas, tapi, jika kemudian saya tahu bahwa orang tersebut adalah bukan bersemangat debat untuk adu argumen / saling tukar data guna mencari kebenaran, melainkan hanya untuk ambisi menang-menangan dengan menghalalkan segala cara (seperti cara-cara curang dan gaya-gaya ‘serigala’ yang sudah Esra dan Budi Asali lakukan dan tampilkan selama ini), maka jangan harap saya mau ikut aturan main anda, bung! Apalagi Esra Soru kentara sekali ingin menyerang Frans Donald secara pribadi, ini jelas-jelas mental kerdil yang tidak perlu dilayani sebab hanya akan menghasilkan sentimen-sentimen pribadi belaka! Dan rekan TIM saya, Oktino Irawan, kala itu juga langsung berkata kepada saya: “Jangan mau Frans, sebab Esra jelas mau menyerang Frans secara pribadi karena kelihatan sekali ada sentimen pribadi dan bukan secara TIM, padahal inti debat adalah PANDANGAN TIM TRINITARIAN VS PANDANGAN TIM UNITARIAN dan bukan debat pribadi lawan pribadi, ajakan Esra sangat tidak sehat jadi tidak perlu dilayani, Frans”.
Kalau Esra (yang adalah seorang SARJANA TEOLOGI) kemudian menyebut Frans Donald (yang adalah jemaat biasa dan BUKAN SARJANA) sebagai ‘pengecut’ hanya karena Frans Donald tidak mau melayani ‘permainan dan aturan panggungnya’, maka tuduhan Esra itu hanya makin menampilkan jiwa kekanak-kanakkannya dan tuduhan yang sangat tidak proporsional dari seorang SARJANA TEOLOGI yang ditujukan kepada seorang BUKAN SARJANA (yaitu Frans Donald). Wahai Esra, ketahuilah dengan seksama, bahwa saya (Frans Donald) samasekali TIDAK ADA RASA TAKUT KALAH seperti perkiraan dan tuduhan anda yang picik, sebab perdebatan soal Trinitas bagi Frans Donald adalah bukan untuk menang-menangan, tapi untuk mencari kebenaran Alkitab dan kejujuran! Dan juga ketahuilah wahai Esra Alfred Soru, bahwa, jika andai oleh orang-orang (termasuk oleh anda Esra Soru) Frans Donald akhirnya dianggap kalah debat dengan Esra Alfred Soru yang bergelar SARJANA TEOLOGI, maka “kekalahan” itu (andaikan memang terjadi) jelas sangat-sangat wajar dan samasekali tidak memalukan (malahan bisa jadi membanggakan) bagi seorang Frans Donald yang adalah orang biasa dan samasekali BUKAN SARJANA TEOLOGI yang berbeda halnya dengan Esra Alfred Soru yang “S. Th.” ataupun Pdt. Budi Asali yang “M. Div.” Tetapi kalau sampai Esra Alfred Soru SARJANA TEOLOGI dan PENDETA Budi Asali M Div. yang telah terbukti sudah jelas-jelas “kebakaran jenggot” atas buku-buku tulisan seorang Frans Donald (yang adalah orang biasa dan BUKAN LULUSAN SEKOLAH TEOLOGI), maka fakta ini telah amat sangat menampar, memerahkan muka dan memalukan, menelanjangi Doktrin / Ajaran yang anda berdua sebarkan selama ini. Sadarkah anda berdua wahai “pakar-pakar” pengajar Trinitas?

Saya sempat berpikir. Entah mengapa Esra Soru (seorang SARJANA TEOLOGI) begitu kelihatan geram dengan Frans Donald (yang hanyalah ORANG BIASA, BUKAN SARJANA), ada apa gerangan? Ah .. entahlah! Niat baik Frans Donald mengajak Esra Soru bertemu TIM Unitarian untuk debat sehat dengan pertimbangan bahwa Esra Soru adalah kawan baik dari Pendeta Teddy S. Th. dan Ibu Teddy (yang adalah sahabat Frans Donald dan keduanya Unitarian juga, yang mana Pdt Teddy beserta istri sudah lebih dahulu menjadi seorang Unitarian sebelum saya) ternyata pertimbangan tersebut tidak disambut dengan cara kristiani melainkan justru disambut dengan geram dan kesumat pribadi oleh Esra si SARJANA TEOLOGI yang kerap mengaku pakar iman Kristen dan suka menggurui orang melalui siaran Radio RRI di NTT itu.
Perlu disampaikan pula bahwa seusai debat di Surabaya itu beberapa kali Esra Soru kembali mengajak Frans Donald untuk debat via Koran TIMOR EXPRESS (Jawa Pos Grup) di NTT. Entah apa maksud Esra Soru kembali mengajak debat Frans Donald melalui Koran Harian yang dibaca oleh masyarakat NTT, padahal bukankah menurut Esra Soru telah tegas seolah yakin sekali mengungkapkan (berkoar-koar) bahwa: Frans Donald dan Tim Unitarian sudah kalah telak, babak belur, kebingungan, hancur-hancuran, bahkan dalam websitenya mereka dengan bangga menyebut diri Pdt. Esra Alfred Soru dan Pdt. Budi Asali sebagai ‘The Winning Team’. Lha kalau sudah merasa yakin (berani sesumbar, berkoar-koar, mengaku-ngaku) sebagai ‘The Winning’ (Pemenang) kok malahan mau ngajak debat lagi pak Esra Alfred Soru? Ketahuilah bahwa orang-orang yang jujur (bukan kroni-kroninya Budi Asali dan Esra Soru yang tukang dusta) tentu akan tahu betul bahwa tantangan Esra Alfred Soru (yang bergelar SARJANA TEOLOGI) untuk debat di Koran adalah SANGAT JELAS MEMBUKTIKAN BAHWA TIM TRINITARIAN (yang telah terbukti nyata orientasinya dalam berdebat hanya demi menang-menangan secara pribadi semata) SEBENARNYA TELAH SADAR AKAN KEKALAHANNYA TERDAHULU SEHINGGA KINI MENGAJAK DEBAT LAGI DEMI AMBISI MERAIH KHAYALAN KEMENANGAN YANG DIIMPI-IMPIKANNYA SELALU BAGAI MIMPI DI SIANG BOLONG!
Tetapi ajakan Esra Soru untuk debat dengan Frans Donald melalui Koran TIMOR EXPRESS samasekali tidak digubris oleh Frans Donald sebab sudah sangat terbukti banyak sekali pernyataan-pernyataan UNITARIAN yang dipelintir, dikorupsi, oleh Esra Soru dan gurunya (Budi Asali), maka Frans Donald hanya buang-buang waktu saja jika terus-menerus menanggapi ‘serigala-serigala berkepala ular’ yang jelas-jelas hanyalah SARJANA TEOLOGI TUKANG PELINTIR DAN KORUPTOR DATA itu. Bahkan beberapa pembaca TIMOR EXPRESS (orang-orang di NTT) yang membaca tulisan Esra Soru segera menghubungi saya (Frans Donald) dan mengatakan tidak perlu Frans Donald menanggapi tulisan-tulisan Esra Alfred Soru sebab tulisan Esra sangat penuh dengan pemelintiran, curang, licik dan ketidak jujuran intelektual. Seseorang berkata “Saudara Frans, Esra dan Budi Asali itu pendeta tetapi mereka sangat licik dan curang!”, orang yang lain berkata pula “Pak Frans, biarlah anjing (Esra & Budi Asali) menggonggong, sementara kafilah (Frans Donald dan TIM UNITARIAN) terus berlalu”, begitulah orang-orang pernah berkata kepada saya tentang dua serigala berbulu domba itu.

Hasil Debat
Setelah sekian lama mengenal gaya (style) aksi Budi Asali M.Div dan Esra Alfred Soru SARJANA TEOLOGI, kami menjadi tahu bahwa ke dua tokoh Gereja Reformed ini adalah ahli / jago pelintir ayat, koruptor dan samasekali bukan orang jujur, maka setelah akhir perdebatan pun kami (Unitarian) akhirnya makin tahu bahwa kedua orang, pendeta dan penginjil ini benar-benar samasekali bukanlah orang gereja yang jujur adanya. Budi Asali ternyata samasekali bukanlah seorang berbudi yang asali. Gelar ‘Pendeta’, ‘pengajar’, ‘pengkotbah’ yang Budi Asali kenakan hanyalah bulu domba dari jiwanya yang adalah serigala licik. Tujuan mereka berdebat terkuak sudah, samasekali bukan untuk mencari kebenaran tapi hanya berambisi ingin menjatuhkan dan mempermalukan lawan demi keegoisan kepentingannya sendiri. Suatu kenyataan terhadap Budi Asali dan Esra Soru jelas tersingkap sudah, hati mereka ternyata BUSUK dan mental mereka hanyalah MENTAL KERDIL YANG LICIK. Hal tersebut terbukti nyata yaitu: Seusai perdebatan yang panjang dan belum tuntas itu, Budi Asali cs akhirnya makin mengejek-ejek, menghina, berupaya ingin mempermalukan kami (TIM UNITARIAN) dengan jurus “ANAK KECIL YANG MERASA PUAS BERHASIL MENIPU TEMANNYA” yaitu yang mereka lakukan adalah memajang / mempublikasikan foto-foto kami (Frans Donald, Benny Irawan dan Oktino Irawan) di internet (di blog websitenya, www.pelangikasihministry.blogspot.com. dengan ditulisi komentar-komentar yang berisi ejekan dan hinaan dengan tujuan hanya untuk mempermalukan / mengejek-ejek Unitarian, yaitu di antaranya:
“Beginilah ekspresi wajah-wajah Tim UNITARIAN (dari atas ke bawah: Benny, Oktino, Frans Donald) ketika hancur-hancuran dalam menjawab serangan bertubi-tubi dari Tim TRINITARIAN.
(Foto) Benny... menutup mata kebingungan mencari jawaban terhadap serangan bertubi-tubi Trinitarian.;
(Foto) Oktino.. hancur-hancuran dalam menjawab serangan bertubi-tubi Trinitarian sambil mengangkat kedua tangannya. ;
(Foto) Sementara kedua rekan disebelahnya menjelaskan dengan mulut "berbusa-busa", Frans Donald bergaya santai dan tebar senyum PEPSODENT.
THE WINNING TEAM Pdt. Budi Asali & Pdt. Esra Alfred Soru.”

He..he..he… saya beserta TIM dan kawan-kawan lainnya hanya tertawa melihat semua polah tingkah ANAK-ANAK KECIL YANG LICIK DAN BERJUBAH PEMIMPIN GEREJA itu. Pernyataan ejekan-ejekan tersebut makin membuktikan tampak sekali Budi Asali yang bergelar PENDETA, M. Div. dan Esra yang SARJANA TEOLOGI rupanya sudah sangat frustasi- stres berat dan kehabisan akal liciknya, oleh karena dusta-dusta ajaran kedua pendeta itu makin terbongkar selama 9 kali debat dengan kami, dan fatalnya yang telah berhasil membongkar dusta-dusta Trinitas yang mereka berdua ajarkan ternyata hanyalah orang-orang yang samasekali bukan lulusan sekolah teologi (yaitu Frans Donald, Benny Irawan, Oktino Irawan dan Tirto Sujoko, yang ke-4nya hanyalah jemaat biasa saja, yang mempelajari Alkitab secara otodidak dari ajaran Yesus yang bertaburan dalam Alkitab yang samasekali tidak pernah mengaku bahwa dirinya [Yesus] adalah Allah sejati!). Dikalahkan oleh “orang biasa” membuat mereka berdua menjadi sangat frustasi, panas dan ‘kebakaran jenggot’ hingga terpaksa tanpa mereka sadari justru tingkah polah mereka guna mengejek-ejek TIM UNITARIAN akhirnya justru membuka aibnya sendiri dengan berlaku sangat kekanak-kanakan, memalukan dan menjatuhkan harga dirinya sendiri dengan bertingkah persis ANAK KECIL YANG PUAS BERHASIL MENIPU MEREBUT PERMEN TEMAN-TEMANNYA.

Hingga kini Budi Asali cs mungkin masih bisa saja main kibul berdalih dan berkoar-koar kesana-kemari di komunitasnya bahwa TIM UNITARIAN sudah dikalahkannya, persis komentar ANAK KECIL YANG EMOSI DAN BERUSAHA MEMBELA HARGA DIRINYA YANG SUDAH HANCUR BERKEPING-KEPING, “Heee Unitarian kalah, kalah, kalah, kalah, kalah …” begitu kira-kira gambaran sesumbar mereka, sambil Esra Soru berkata dan tertawa lebar “Benny kebingungan …, Oktino hancur-hancuran, mulutnya berbusa-busa …”, tapi, Budi Asali dan Esra lupa, padahal, kalau saja mau dengan jujur dan tulus mengukur hasil “menang-kalah”-nya perdebatan tersebut berdasar fakta-fakta selama setahun ini, maka jelas-jelas TIM BUDI ASALI (Trinitarian)-lah yang sesungguhnya telah KALAH TELAK dengan kenyataan yang sangat menampar dan memerahkan mukanya, yaitu terbukti nyata bahwa beberapa hadirin dari pihak Trinitarian yang beberapa kali hadir di acara debat tersebut akhirnya telah memutuskan meninggalkan doktrin Trinitas ajaran Budi Asali dan Esra Alfred Soru, dan kemudian MENJADI UNITARIAN alias jadi orang-orang yang MENOLAK TRINITAS, dan sebaliknya tak seorang pun kawan-kawan kami (kaum Unitarian) yang terpengaruh sedikit pun oleh argumen-argumen Trinitarian yang ternyata terbukti sangat ngawur (yang hanya menang ngototnya dan ahli pelintirnya) disajikan oleh Pdt. Budi Asali M. Div dan Esra Alfred Soru S.Th. Bahkan dengan adanya perdebatan di Surabaya itu iman kaum Unitarian makin kokoh, serta makin banyak di berbagai daerah dari Sabang sampai Merauke, pendeta-pendeta, teolog-teolog, tokoh-tokoh gereja, jemaat-jemaat, dan segala macam orang-orang Kristen maupun Katolik yang tadinya menganut Trinitas kini telah menyatakan diri sebagai Unitarian alias tegas menolak doktrin Trinitas yang mengajarkan Yesus sebagai Allah Sejati!
Perlu pula saya (Frans Donald) informasikan bahwa andai saja kini Budi Asali dan Esra Alfred Soru masih saja berani berkoar-koar sesumbar bahwa Unitarian telah kalah, maka silahkan suruh mereka berdua menulis tanggapan yang akurat-Alkitabiah (DAN JANGAN PAKAI JURUS MEMELINTIR DAN JANGAN JADI KORUPTOR!) terhadap buku saya yang judul “MENJAWAB DOKTRIN TRITUNGGAL” yang sejak terbit Agustus 2007 hingga saat ini (sampai cetakan ke-5) belum ada satu-pun orang penganut Trinitas yang bisa SECARA JUJUR (JANGAN MEMELINTIR DAN KORUPSI SEPERTI ESRA DAN BUDI ASALI!) membuktikan bahwa argumen-argumen kami (Unitarian) dalam buku tersebut bisa dipatahkan (digugurkan), sebaliknya malahan makin banyak penganut Trinitas yang sudah beralih tegas menolak Trinitas!

Sekali lagi kami tegaskan, Wahai Esra Alfred Soru SARJANA TEOLOGI dan gurunya, PENDETA Budi Asali yang bergelar M. Div., kalau anda-anda berani berkoar-koar bahwa argumen-argumen UNITARIAN sudah dihancur leburkan oleh anda, silahkan tanggapi dengan bikin buku tertulis sebagai tanggapan terhadap buku kami yang berjudul MENJAWAB DOKTRIN TRITUNGGAL, silahkan buktikan, argumen-argumen UNITARIAN yang mana yang sudah anda hancurkan? Bukankah justru buku MENJAWAB DOKTRIN TRITUNGGAL tersebut justru banyak menghancur leburkan doktrin ajaran kalian? Ambil contoh soal Yohanes 1:1, sudah kami kupas dan patahkan teori Trinitarian melalui buku tersebut halaman 1 – 14; Juga misal, dalam buku MENJAWAB DOKTRIN TRITUNGGAL halaman 86-90 kami buktikan bahwa argumen Trinitarian (=argumen Budi Asali) yang kekeuh nekad mengklaim bahwa ‘Yesus bangkit atas kuasanya sendiri’, teori itu sudah kami buktikan sebagai sangat mengada-ada alias ngawur!* (*Istilah menyebut orang lain 'ngawur' ini adalah bahasa gaya Budi Asali yang sesungguhnya sangat tepat untuk dikembalikan / disematkan pada diri Budi Asali sendiri) dan masih banyak lagi teori bualan Trinitarian yang kami buktikan salah doktrin adanya. Lantas argumen-argumen UNITARIAN yang mana yang katanya sudah anda hancurkan???!!! Kami tunggu! Dan jika buku ‘Tanggapan atas buku MENJAWAB DOKTRIN TRITUNGGAL’ (yang TANPA PELINTIRAN DAN TANPA KECURANGAN) karya anda berdua itu sudah jadi atau terbit, saya (Frans Donald) siap membantu memberikan jalur distribusi buku karya anda berdua (yang berisi tanggapan atas buku MENJAWAB DOKTRIN TRITUNGGAL) tersebut untuk disebarkan ke Gramedia dan toko-toko buku besar di seluruh Indonesia agar masyarakat publik seluruh Indonesia bisa tahu dan membaca buku tanggapan anda berdua terhadap buku MENJAWAB DOKTRIN TRITUNGGAL yang saya (Frans Donald) tulis, hingga akhirnya masyarakat luas bisa menyimpulkan sendiri siapakah yang benar-benar Alkitabiah sesungguhnya, Unitarian atau Trinitarian?. Dan saran saya (jika andaikan memang ingin buku karya anda tersebut nantinya bisa diterima oleh Gramedia dan toko-toko buku lainnya) sebaiknya anda berdua tidak perlu memakai kebiasaan gaya kebanggaan anda yang suka mengklaim orang lain sebagai ‘goblok’, ‘tolol’, ‘gila’, ‘ngawur’, dsbnya, karena jika kata-kata semacam itu terus anda lontarkan di tulisan-tulisan dan atau di kesempatan mana pun, maka semua orang akan semakin cepat menyadari bahwa sebenarnya anda berdua-lah yang sesungguhnya mencerminkan pernyataan anda sendiri yang adalah teolog-teolog (M. Div dan SARJANA TEOLOGI) yang sangat ‘goblok’, ‘tolol’, ‘gila’, ‘ngawur’, dsbnya .
Ok, kami tunggu aksi anda wahai Budi Asali dan Esra Alfred Soru!!!

Sunday, September 21, 2008

BENARKAH YESUS ITU TUHAN?

BENARKAH YESUS ITU TUHAN?
Ditinjau dari Perspektif Alkitabiah

Tulisan ini telah dimuat dalam Koran TIMEX (Harian TIMOR EXPRES - Jawa Pos Grup, koran di NTT)pada 11-12 Agustus 2008. Dan mendapat banyak apresiasi dari pembacanya yang beraneka ragam menghubungi saya.


Pengantar:
Hari ini masih banyak orang yang sering bertanya-tanya perihal seputar ke-Tuhan-an Yesus. Ada yang yakin Yesus itu Tuhan, tapi tidak sedikit yang tegas berkata: Yesus itu bukan Tuhan. Berbicara masalah tentang ke-tuhan-an Yesus adalah hal yang sangat penting untuk dipahami dengan benar dan jujur. Tanpa kejujuran, suatu kebenaran akan dengan mudah diputar balikkan. Sedangkan tanpa kebenaran, maka kejujuran hanya akan berdiri rapuh tanpa dasar yang kuat. Kejujuran dan kebenaran pun harus ada standarnya. Jujur menurut standar siapa? Benar menurut standar apa? Ini harus jelas dan ada kesepakatan dulu, supaya sama-sama bisa memahami dan tidak bertikai nantinya.
Analogi: Kalau anda semua dan saya mau sama-sama mengukur panasnya suhu di suatu ruangan yang sama, maka sebelum mengukurnya, kita musti sepakat dulu bahwa standar yang akan kita pakai mengukur suhu harus sama dulu, parameternya musti sama, yaitu anda-anda dan saya harus sama-sama sepakat untuk pakai thermometer udara (atau alat pengukur suhu yang benar). Kalau saya memutuskan mengukur memakai thermometer udara, sementara ada orang yang mau mengukur pakai hitungan suhu badan, sedang yang lainnya ada juga yang mengukur berdasar angka-angka derajat celcius yang muncul di mesin AC, ada juga yang mengukur berdasar ilmu kira-kira, atau standar ukuran lain-lainnya sesuai hasrat masing-masing orang (semaunya sendiri), maka dapat dipastikan yang akan terjadi adalah: tidak akan ada titik temu disebabkan standar alat ukurnya -masing-masing orang- berbeda-beda.
Nah, demikian juga dalam hal menelaah “ke-tuhan-an Yesus” ini. Standar-ukurannya (parameter) apa yang mau kita pakai, musti jelas dulu. Yesus itu disebut Tuhan menurut siapa? Atau, Yesus itu bukan Tuhan menurut apa? Standar ukurannya musti jelas. Dan pada kesempatan ini Saya, tampil sebagai seorang Kristen (dalam arti: pengikut Yesus Kristus), maka akan memfokuskan ukuran / standarnya berdasar pada kitab-kitab Kristen yang telah terukur keabsahannya (terkanonisasi), yaitu Alkitab. Sekali lagi, standarnya Alkitab! Bukan targum-targum Yahudi, tulisan-tulisan teolog zaman dulu, atau kitab yang lainnya, tidak! Saya akan sampaikan hal Ke-tuhan-an Yesus fokus dari perspektif Alkitab. Dengan cara jujur dan benar serta cermat mengkaji Alkitab, maka masalah ke-tuhan-an Yesus akan lebih mudah dan gamblang untuk dipahami. Tidak perlu teori filsafat atau ilmu teologi yang berputar-putar. Bagi Saya, ayat-ayat Alkitab cukup jelas terang-benderang menjawab pertanyaan tema kita: Benarkah Yesus itu Tuhan?



Kata Kunci Sebelum nanti kita melihat kesaksian-kesaksian Alkitab soal ke-tuhan-an Yesus, ada 2 (dua) istilah kata penting -yang banyak muncul di Alkitab- yang perlu kita bahas terlebih dulu. Dua kata itu adalah “Tuhan” dan “Allah”. Berdasar pengamatan Saya selama ini, hampir selalu kata “Tuhan” dan “Allah” ini-lah yang sering menjadi pemicu kesalah pahaman atau perdebatan perihal ke-tuhan-an Yesus. Pemahaman yang benar terhadap dua kata tersebut akan menjadi kunci utama bagi para pembaca Alkitab, guna mendapatkan pandangan yang jelas tentang siapa Tuhan, siapa Allah dan siapa Yesus. Tanpa pemahaman yang tepat terhadap istilah “Tuhan” dan “Allah” di Alkitab ini, maka ayat-ayat Alkitab akan bisa tampak rancu, terkesan kontradiksi, membingungkan, bahkan tidak sedikit orang yang karena bingung atau tidak bisa paham sepenuhnya, akhirnya menabrak pada kesimpulan: Alkitab itu menyesatkan!

Istilah “Tuhan” dan istilah “Allah” dalam Alkitab berbeda dengan kitab suci lainnya.
Dalam kitab suci lain, umumnya istilah “Tuhan” dan “Allah” menunjuk pada satu hal atau substansi yang sama. Kamus Bahasa Indonesia juga tampak menerjemahkan ke-dua istilah tersebut sebagai satu substansi yang sama. Itu sebabnya kini sebagian besar orang tidak lagi mempermasalahkan substansi kata “Tuhan” dan “Allah”. Orang sering berkata: “Tuhan” ya “Allah”, “Allah” ya “Tuhan”, sama saja. Namun, khusus dalam Alkitab terjemahan Indonesia, ternyata kata “Tuhan” dan “Allah” ini mengandung makna yang sangat berbeda substansi maknanya! Mari kita telaah:

Memahami pengertian kata “Tuhan” dalam Alkitab. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kata “Tuhan” berarti:
1)yang diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sebagai Yang Mahakuasa, Mahaperkasa, dsb; Allah; Yang Maha Esa;
2)Sesuatu yang dianggap sebagai Tuhan.

Sedangkan kata “Tuhan” dalam Alkitab maknanya ternyata ada perbedaan dengan KBBI. Kata “tuhan” dalam Alkitab, bahasa aslinya adalah “adon [adonay]” (Ibrani), atau “kurios” (Yunani). Bahasa Inggrisnya “lord”.
Nah, “adonay” / “kurios” / “lord” ini, ternyata padanannya yang tepat dalam bahasa Indonesia adalah: “Tuan” (tanpa huruf “h”). Sebagai contoh akan kita lihat jelas di ayat berikut:
“as Sarah obeyed Abraham calling him lord” (1Petrus 3:6) Terjemahan Indonesianya: “Sama seperti Sarah taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya”. Kata “lord” / “tuan” di ayat tersebut dalam bahasa Yunaninya = kurios, Ibrani= adonay.
Artinya, Abraham layak disebut sebagai “lord” / “kurios” / “tuan”, sebuah gelar yang persis juga dikenakan kepada Yesus. Dalam Alkitab Yesus berulangkali disebut sebagai “lord” / “kurios” yang arti sejatinya adalah “tuan”. Tapi mengapa kini kata “lord” / “kurios” yang dikenakan pada Yesus kok ditulis sebagai “Tuhan”? Apakah ada beda “tuan” dengan “tuhan” dalam Alkitab?
Alkitab Indonesia tampak sekali tidak konsisten ketika menerjemahkan kata “lord” / “kurios”. Ada yang diterjemahkan sebagai “Tuhan” tapi ada juga yang “tuan”. Untuk hal itu ahli bahasa Remy Silado pernah menjelaskannya dengan sangat gamblang tentang asal-usul kata “Tuhan”, dalam tulisannya yang berjudul: “Bapa jadi Bapak, Tuan jadi Tuhan, Bangsa jadi Bangsat” (Kompas 11 September 2002). Di situ Remy Silado menjabarkan:
Dalam Ensiklopedi Populer Gereja oleh Adolf Heuken SJ bahwa: arti kata Tuhan ada hubungannya dengan kata Melayu ‘tuan’ yang berarti atasan/penguasa/pemilik (alias bos). Setelah diselidiki, ternyata kata “Tuhan” ini pertama muncul dalam peta kepustakaan Melayu beraksara Latin lewat terjemahan kitab suci Nasrani. Artinya, sesungguhnya orang Nasranilah penemu atau pencipta kata “Tuhan”.
Remy Silado membuktikan, dalam kitab suci Melayu terjemahan Brouwerius tahun 1668, kata Yunani “kurios” (yang adalah gelar bagi Yesus/Isa Almasih) masih diterjemahkan sebagai “tuan” (tanpa huruf “h”). Kemudian VOC menyuruh Pendeta Melchior Leijdecker untuk menerjemahkan ulang seluruh Alkitab. Nah, pada terjemahan Leijdecker inilah ditemukan secara akurat perubahan harafiah dari kata “tuan” menjadi “Tuhan” untuk padanan kata “adonay” atau “kurios”. Mengapa Leijdecker mengubah kata “tuan” menjadi “tuhan”? Ternyata tujuannya adalah agar bunyi “n” dapat diucapkan dengan baik. Sebab kala itu banyak orang yang baru belajar bahasa Melayu (bekas budak Portugis asal Goa) terpengaruh oleh bahasa Portugis mengucapkan “n” menjadi “ng”. Misal: di Ambon sampai sekarang “tuan” dibaca “tuang”; Tuang Ala artinya Tuhan Allah.
Nah, inti dan hakikatnya dari segi penelusuran bahasa yang akurat, ilmiah dan tepat serta sangat bisa dipertanggung jawabkan, dapat dipastikan bahwa kata “Tuhan” yang dipakai dalam Alkitab bahasa Indonesia sama maknanya dengan “Tuan”. Oleh karena itu, maka, musti dipahami betul bahwa:
Tuhan Yesus (Yunani: kuriou Iesou), artinya = Tuan Yesus (BUKAN ALLAH YESUS!)
Tuhan Allah (kuriou ho theou), artinya = Tuan Allah
Poin yang sangat perlu dipahami benar: bahwa gelar “Tu(h)an” beda maknanya dengan “Allah”. Kata “Tuhan” dan “Tuan” di Alkitab sebetulnya tidak ada perbedaan arti, sama-sama berasal dari kata “adonay” atau “kurios”. Konsekuensinya jelas, saat membaca Alkitab, maka “Tuhan” tidak boleh sembarang disamakan dengan “Allah”.

Memahami Pengertian kata “Allah” dalam Alkitab.
Kata “Allah” sejatinya adalah kata serapan dari bahasa Arab. Padanannya di dalam Alkitab istilah kata yang dipakai adalah “elohim” (bhs. Ibrani) atau “theos” (bhs. Yunani), atau “god” (bhs. Inggris) yang mengandung makna “sesembahan” atau “yang patut diibadahi”.
“elohim” atau “theos” atau “God” di Alkitab (yang kemudian di Alkitab Indonesia kini diterjemahkan juga sebagai “Allah”), selain bisa dipakai untuk menunjuk pada YAHWEH (Allahnya Israel)*, ternyata kerap kali juga dipakai untuk menunjuk pada pribadi-pribadi yang tampil sebagai utusan dari YAHWEH. Artinya, “Allah / elohim / Theos / God, di Alkitab, memiliki dua makna utama,
Pertama: “elohim”(Allah) menunjuk kepada YAHWEH. Misal: Keluaran 20:2-3 :
“Akulah YAHWEH, Allah (elohim)-mu, … jangan ada padamu allah (elohim) lain di hadapan-Ku”
Syahadat iman Israel berdasar Ulangan 6:4 “… Yahweh elohenu, Yahweh ekhad, artinya Yahweh itu Allah kita, Yahweh itu esa”.
Kedua: “elohim” (Allah) menunjuk pada utusan-utusan YAHWEH yang tampil atau datang atas nama YAHWEH.
Lebih jelas bisa kita lihat dari ayat-ayat berikut:
YAHWEH adalah Allah segala allah / YAHWEH elohim ha elohim – Ulangan 10:17.
Dari frase “segala allah” di ayat itu, tersurat jelas bahwa ternyata “elohim” (allah) di Alkitab ada banyak, hingga bisa dikatakan: YAHWEH adalah Allah dari segala allah.
Di ayat lain juga dikatakan:
“Allah (elohim) berdiri dalam sidang ilahi, di antara para allah (elohim) Ia menghakimi, … Aku (YAHWEH) sendiri telah berfirman: “Kamu adalah allah (elohim), dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian” – Mazmur 82:1,6.
“Berfirmanlah YAHWEH kepada Musa: “Lihat, Aku mengangkat engkau sebagai Allah (elohim) bagi firaun, … “- Keluaran 7:1
Keluaran 22:8-9 terjemahan Indonesia menuliskan: Jika ada kasus pencurian maka penyelesaiannya harus dibawa menghadap “Allah (elohim)”. Sementara untuk kata “Allah / elohim” di ayat itu, Alkitab King James Version menuliskannya dengan kata: “judges” artinya hakim-hakim. Artinya, para hakim di zaman itu yang secara fungsional menjadi wakil YAHWEH, akan disebut juga sebagai “Allah / elohim”.
Sementara menurut kata-kata Yesus sendiri, di kitab Yohanes berbahasa Yunani, disebutkan pula bahwa ‘Penerima dan Pembawa Firman’ juga boleh disebut sebagai “Theos (Allah)” – sebagaimana tertulis: “Kata Yesus kepada mereka: ... kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah [theos]” ( baca: Yohanes 10:34-35). Itu pula sebabnya di Yohanes 1:1 ‘Sang Firman’ –yang mengacu pada sosok Yesus- disebut sebagai “theos” (Yunani: kai theos en ho logos), yang oleh L.A.I diterjemahkan sebagai: [Sang] Firman itu adalah Allah.

Dari Mazmur 82:1,6, Keluaran 7:1, Keluaran 22:8-9 serta Yohanes 1:1 dan Yohanes 10:35 tersebut jelas sekali Alkitab mengungkap secara eksplisit dan implisit, tersurat dan tersirat, bahwa ternyata memang ada banyak pihak yang bisa disebut “elohim / theos / allah” menurut Alkitab.
Nah, pemahaman yang kita dapat tentang adanya banyak “allah / elohim / theos / god” di Alkitab ini, ternyata juga sesuai dengan kesaksian Rasul di Perjanjian Baru:
1 Korintus 8:5: “Sebab sungguhpun ada apa yang disebut “allah / theos”, baik di sorga, maupun di bumi – dan memang benar ada banyak “allah /theos” dan banyak “tuhan” yang demikian - …”
Jelas sudah, Alkitab mengungkapkan cukup gamblang istilah “Allah / elohim / theos / god”, dapat dikenakan juga kepada sosok-sosok lain selain Yahweh (selain Allah Sejati) yang secara fungsional mereka tampil sebagai wakil utusan Yahweh. Namun, bagi sebuah pengakuan iman, orang-orang percaya akan mengatakan: Yahweh-lah Allah, tidak ada sesembahan lain selain Yahweh - Kel 20:2-3 (setara: La illaha ilallah). Seperti juga pengakuan iman Rasul Paulus: “Sebab sungguhpun ada apa yang disebut “allah / theos”, baik di sorga, maupun di bumi – dan memang benar ada banyak “allah /theos” dan banyak “tuhan” yang demikian – namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa (Yahweh), yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan (lord, kurios, pemimpin) saja, yaitu Yesus Kristus, yang melaluinya (Inggris: through, Yunani: dia) segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena dia kita hidup” – 1 Kor 8:5-6.


“Allah” dan “Tuhan”
Dalam Alkitab, jelas “Allah” tidak boleh sembarang disamakan dengan “Tuhan”. Kata “Allah” (elohim / theos) berarti mahluk ilahi atau sesembahan, sedangkan “Tu(h)an” (adonay / kurios) berarti seseorang yang berkuasa, atau pimpinan atau orang terhormat. Allah pasti Tu(h)an, tetapi Tu(h)an belum tentu Allah. Sesembahan pasti dihormati, tetapi orang yang kita hormati belum tentu kita sembah. Sekali lagi harus diingat betul, kata “Allah” dengan “Tuhan” di Alkitab bukanlah dua kata yang sepadan maknanya!
Nah, setelah bisa membedakan makna kata “Tuhan” dan “Allah” dalam perspektif Alkitab, sekarang kita bisa menelaah lebih jauh tentang makna ke-tuhan-an Yesus dalam Alkitab.

Apa kesaksian Alkitab perihal ke-tuhan-an Yesus?
Perkataan Yesus sendiri, tercatat dalam Yohanes 13:13:
“Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan”. Di sini Yesus sendiri mengaku bahwa dia adalah Guru dan Tuhan bagi murid-muridnya. “Guru dan Tuhan” dalam Alkitab bahasa Inggris adalah “Master and Lord” (guru dan tuan). Guru adalah pengajar, Tuan adalah pemimpin.

Kisah 2:32,36:
Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi, … Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus. (Alkitab terjemahan L.A.I)

There let all the house of Israel know assuredly that God has made this Jesus, whom you crucified, both Lord and Christ. (Acts 2:36, King James Version).

Alkitab di ayat itu sangat jelas mengatakan bahwa Allah (God) – lah yang menjadikan Yesus sebagai Tuhan (lord, pemimpin) dan Kristus. Allah (God) yang dimaksud di sini adalah Allahnya Israel yaitu Allah yang di kitab Taurat dikenal dengan nama YAHWEH. Jadi secara Alkitabiah, YAHWEH-lah yang mengangkat Yesus menjadi Tuhan (lord, pemimpin). Yesus menjadi Tuhan (lord, pemimpin) bukan atas kehendaknya sendiri, tetapi karena diangkat oleh Allah (Yahweh).
Ayat Kisah 2:36 dalam Alkitab RSTNE (Restoration Scriptures True Name Edition) menerjemahkan kata “Theos” (Allah) sebagai “Yahweh”, sedang kata “kurios kai kristos” (Tuhan dan Kristus) sebagai: “Melech and Moshiach” (makna artinya = “Raja dan Mesias/orang yang diurapi Allah”). Maka ketika membaca ayat tersebut, pembacanya akan langsung mendapat pemahaman yang sangat jelas sebab di situ dikatakan bahwa: Yahweh telah membuat Yesus menjadi Raja dan orang yang diurapi-Nya. Yesus oleh Yahweh diurapi menjadi juruselamat.
Yesus adalah Tuhan dan kristus, artinya Yesus adalah pemimpin dan orang yang diurapi menjadi juruselamat manusia, oleh Allah. Hal itu sama juga dengan yang tertulis dalam Kisah 5:31:
“… Dia (Yesus)-lah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi pemimpin (Tuhan) dan juruselamat (kristus)…”
Allah menjadikan Yesus sebagai Tu(h)an (kurios) dan kristus (mesias, penyelamat manusia). Mesias secara fungsional memang adalah ‘pemimpin’, bandingkan Matius 23:10 “..hanya satu Pemimpinmu yaitu Mesias”. Mesias adalah Pemimpin! Memimpin orang kemana? Memimpin orang menuju kepada Allah (Yoh 14:6).
Kisah 2:22 “Yesus dari Nasaret, seorang yang ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan dia di tengah-tengah kamu”. Yesus adalah “agen” (pekerja perantara) dari Allah untuk berkarya menyelamatkan manusia. Dalam karya penyelamatan, Allah adalah “tokoh utama” dan Yesus adalah “agen perantara” yang diutus Allah, maka sesuai yang tertulis dalam surat Yudas 25 mengatakan: “Allah yang Esa (Yahweh), Juru selamat kita melalui (through) Yesus Kristus, Tu(h)an (pemimpin, kurios) kita”. Artinya: Juruselamat/penebus yang sejati adalah Allah (Yahweh) yang Esa, namun Ia berkarya melalui orang yang diurapi-Nya (mesias-Nya) yaitu Yesus, utusan-Nya.

Yesus Kristus Jelas Bukan Allah Sejati (Yahweh)! Statement / ajaran / doktrin dari pendeta-pendeta (teolog-teolog) yang mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah Allah Sejati atau Yahweh yang menjelma jadi manusia, itu jelas suatu statement yang sangat keliru. Kelirunya di mana?
Pertama, dari nama “YESUS KRISTUS” sebenarnya [kalau mau jujur], sudah cukup jelas nama tersebut merepresentasikan bahwa dia bukanlah Allah Sejati, sebab arti dan makna kata “KRISTUS” itu = “orang yang diurapi / disahkan / dilantik oleh Allah (Bapa / Yahweh)”. Yesus Kristus = Yesus yang diurapi oleh Allah (Bapa / Yahweh). Maka, karena Yesus “diurapi / disahkan / dilantik oleh Allah (Bapa)”, tentu dia bukanlah Allah (Yahweh) itu sendiri. Yesus adalah pribadi “yang diurapi / dilantik”, sedangkan Allah (Bapa / Yahweh) adalah “yang mengurapi / melantik”. Yesus adalah utusan, sedangkan Allah adalah “yang mengutus”.
Kalau Yesus dipandang sebagai Allah sejati, maka akan membuat nama (gelar) “Kristus” pada diri Yesus itu gugur maknanya, sebab “YESUS KRISTUS” = “YESUS YANG DIURAPI OLEH ALLAH”. Maka artinya: kalau andai kata benar “Yesus = Allah Sejati” maka nama Yesus Kristus akan menjadi bermakna sebagai “ALLAH SEJATI YANG DIURAPI OLEH ALLAH SEJATI”. Allah Sejati mengurapi Allah Sejati??? Jadi di sini akan ada 2 pribadi Allah sejati di mana Allah yang satu mengurapi / mengesahkan / mengutus Allah yang lain. Nah, pertanyaannya: Apakah benar adanya Allah sejati harus diurapi oleh Allah sejati yang lainnya? Kalau Allah sejati musti diurapi / dilantik / disahkan oleh Allah yang lain maka dengan sendirinya hal itu justru akan menggugurkan kesejatiannya!
Seperti ungkapan “masa jeruk minum jeruk?”, begitu pula mana ada “Allah sejati diurapi oleh Allah sejati?”. Artinya, dia (Yesus) yang diurapi (Kristus) itu jelas bukan Allah sejati adanya, sebab Allah sejati tidaklah perlu diurapi. Allah sejati tidak butuh pengurapan / pengesahan dari siapapun. Sedangkan Yesus, dia jelas-jelas mengalami ‘pengkristusan’ alias pengurapan / pengesahan / pelantikan dari Allah. Di sini jelas dia bukan Allah sejati! Dan lagi pula Alkitab tidak pernah menyatakan adanya lebih dari satu pribadi Allah sejati, apalagi tiga pribadi sebagaimana diajarkan oleh doktrin Tritunggal.
KRISTUS = DIURAPI / DISAHKAN OLEH ALLAH. Maka, YESUS KRISTUS = YESUS YANG DIURAPI / DISAHKAN OLEH ALLAH. Jelas Dia bukan Allah Sejati! Dari nama “Yesus Kristus” jelas terang benderang sudah dengan sendirinya membuktikan Dia bukan Allah sejati adanya. Dengan demikian, jika ada orang-orang yang ngotot mengklaim Yesus sebagai Allah sejati (Yahweh), sebenarnya mereka telah keliru fatal dan tidak layak menyebut Yesus sebagai Kristus. Tidak patut mereka menyebut Kristus, karena kata “Kristus” justru membuktikan secara langsung dan akurat maknanya bahwa dia bukan Allah sejati, melainkan utusan yang diurapi / disahkan oleh Allah. Kesimpulannya tegas: seorang Kristus jelas bukan Allah sejati! Kalau Yesus = Allah sejati, maka dia bukanlah Kristus!
Yang kedua. Hari ini banyak orang mengatakan: “Yesus adalah Allah sejati” atau “Yesus adalah Allah sejati yang menjelma menjadi manusia”. Itu pandangan-pandangan banyak orang yang mengaku Kristen hari ini. Tetapi Saya tegaskan, bahwa sebenarnya orang yang berpandangan semacam itu bukan didasarkan pada Alkitab, melainkan semua itu hanya dihasilkan dari tradisi dan filsafat-filsafat hasil ide-ide pikiran manusia. Itu bukan ajaran Kristen sejati! Seorang Kristen sejati pasti mendasarkan segala ajarannya berdasar Alkitab. Sedangkan bagaimana dengan kesaksian Alkitab tentang siapa Yesus itu? Nah, mari kita lihat, untuk kasus ini, hal yang serupa tercatat sangat jelas di Matius 16:13-17 (baca di Alkitab anda):
Hari itu, di zaman itu, Yesus bertanya kepada orang-orang di sekitarnya kira-kira demikian: Hai sobat-sobat, bapak-bapak, ibu-ibu sekalian, menurut kamu dan menurut orang-orang siapakah aku? Maka orang-orang mulai menjawab dengan ide-ide cemerlang dan pemikirannya masing-masing. Ada yang bilang: “o… Yesus, engkau adalah Yohanes pembaptis”, yang lain berkata “engkau Elia”, “engkau Yeremia”, “engkau seorang dari para nabi”. Ada berbagai ide dan pendapat orang tentang SIAPA YESUS.
Nah, demikian juga kondisinya hari ini, di zaman ini, ketika membahas soal Yesus, ketika ada pertanyaan ‘Siapakah Yesus itu?’ Atau andai kata Yesus datang di zaman ini di hadapan kita, kemudian dia bertanya kepada kita: “Menurutmu siapakah aku?” maka kemungkinan akan banyak pendeta-pendeta dan orang-orang yang akan menjawab demikian:
“o.. Yesus, engkau adalah Allah sejati”
“Engkau adalah Allah sejati yang menjelma menjadi manusia”
Seorang pendeta dengan idenya yang mempesona dan penuh karisma mungkin akan berkata:
“O Yesus, engkau Allah sejati yang karena begitu besar kasihmu akan dunia ini maka demi menyelamatkan manusia, maka bagaikan manusia yang mau menyelamatkan semut ia menjadi semut pula, Engkau Allah sejati rela turun dari surga menjadi manusia dan mati di kayu salib”
Sementara seorang pendeta terkenal penggagas doktrin Trinitas, mungkin akan berkata: ”Yesus engkau adalah pribadi kedua dalam Allah yang memiliki tiga pribadi Tritunggal!”.
Nah, benarkah jawaban-jawaban itu semua? Benarkah ide-ide pikiran yang mengatakan bahwa Yesus adalah pribadi ke-2 dari Allah yang tritunggal adanya? Benarkah ide pikiran yang mengatakan bahwa Yesus adalah Allah sejati yang menjelma menjadi manusia? Benarkah jawaban-jawaban para teolog dan pendeta-itu sesuai dengan kesaksian Alkitab? Sekarang mari kita simak jawaban apakah yang paling tepat dan Alkitabiah untuk pertanyaan ‘Siapakah Yesus?’
Di Matius 16: 16, Simon berkata bahwa Yesus adalah MESIAS (KRISTUS). Yesus adalah Kristus, Yesus adalah seorang yang diurapi oleh Allah! Itu jawaban Simon. Dan apa komentar Yesus sendiri terhadap jawaban Simon tersebut? Ayat 17: “ …berbahagialah engkau Simon, sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapaku yang di surga …” Di sini Yesus menegaskan bahwa yang menyatakan kepada Simon bahwa “Yesus itu adalah Mesias (Kristus)” adalah Bapa (Allah Yahweh) yang di surga.
Yesus adalah Mesias / Kristus. Yesus adalah seorang yang diurapi / dilantik oleh Allah, itu bukan pernyataan dari Simon atau manusia, bukan pula pernyataan dari pendeta-pendeta atau teolog-teolog atau filsuf-filsuf, bukan pernyataan dari professor atau doktor-doktor teologi, bahkan itu bukan pernyataan dari Yesus sendiri, tapi, itu adalah pernyataan dari Bapa (Allah) di surga! Allah sendirilah yang menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias! Allah sendiri yang menyatakan bahwa Yesus adalah seorang yang diurapi (disahkan / dipilih / diutus) oleh Allah!
Dalam Injil Matius 16:15-17 ini, Alkitab bersaksi sangat jelas bahwa: tentang ‘Siapakah Yesus itu?’ Allah (Bapa / Yahweh) sendiri menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias (Utusan yang diurapi oleh Allah). Allah (Bapa / Yahweh) dalam Alkitab, tidak pernah menyatakan bahwa Yesus adalah Allah sejati yang menjelma menjadi manusia, tidak pernah! Tapi jelas-jelas Allah menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias (Kristus)! Allah (Bapa / Yahweh) tidak pernah menyatakan bahwa Yesus adalah pribadi ke-2 dari Allah Tritunggal, tidak pernah!!! Tapi Alkitab tegas berulang kali menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias. Yesus adalah utusan yang diurapi oleh Allah. Nah, kalau Bapa (Allah) sendiri menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias (orang yang diurapi oleh Allah), maka ajaran Tritunggal yang mengklaim Yesus adalah Allah sejati akan tampak jelas tidak sesuai kesaksian Alkitab. Doktrin Tritunggal jelas melompati kesaksian-kesaksian Alkitab!



Kesimpulan: Untuk memahami Alkitab dengan baik dan benar kita musti terlebih dulu paham istilah-istilah di dalamnya. Khususnya istilah “Tuhan” dan “Allah” dalam Alkitab, yang berbeda dengan kitab suci lainnya. Tanpa pemahaman yang tepat maka Alkitab akan terkesan membingungkan – kontradiksi – bahkan ada yang menganggap menyesatkan!

Untuk menjawab pertanyaan: Benarkah Yesus itu Tuhan?, pertanyaan ini bisa di jawab dari dua sudut pandang yang berbeda. Jawabannya akan tergantung dari sudut makna “Tuhan” yang dipahami oleh penanyanya. Pertanyaan tersebut bisa dijawab “benar”, bisa juga “tidak”.
Pertama, (Dijawab: Benar). Bagi orang-orang yang melihat dari perspektif Alkitab atau pandangan secara Alkitabiah, Benarkah Yesus itu Tuhan? akan terjawab: Ya benar! Yesus itu Tuhan (namun harus segera disusul dengan catatan penting bahwa “Tuhan” yang dimaksud adalah “lord” atau “adonay” atau “kurios” atau “tuan” atau “Pemimpin” alias “Bos”). Yesus itu Tuhan = Yesus itu pemimpin.
Kedua, (Dijawab: Tidak). Untuk pandangan orang umum yang menganggap bahwa kata “Tuhan” artinya = “Allah sejati” atau kata “TUHAN” dimaksud sebagai YAHWEH, maka pertanyaan Benarkah Yesus itu Tuhan? akan terjawab: Tidak, Yesus bukan “Tuhan / YAHWEH” melainkan Yesus itu “tuan” alias “pemimpin” yang datang sebagai utusan YAHWEH. Yesus adalah Tuan dan Mesias (orang yang diurapi) oleh Yahweh.

Penting juga dipahami betul, demikian juga ketika ada pertanyaan: Apakah Yesus itu Allah?. Jawabannya akan tergantung juga dari sudut pandang si penanya-nya, sebagai berikut:
Pertama, bagi orang-orang yang memandang dari perspektif Alkitab (dan tentunya mengacu pada istilah kata “Allah/elohim/theos” yang ada di Alkitab), Apakah Yesus itu Allah (elohim / theos)? Jawabannya adalah: Ya! Yesus adalah termasuk golongan “elohim” atau “theos” yang bermakna sebagai ‘Penerima dan Pembawa Firman’ (baca: Yohanes 10:35, Yohanes 1:1), yang begitu juga halnya dengan Musa sebagai “elohim” (baca: Keluaran 7:1), Hakim-hakim sebagai “elohim” (baca: Keluaran 21:6; 22:8-9), atau pun mahluk-mahluk surgawi yang juga disebut sebagai “para elohim” (baca: Mazmur 82:1 dan 6).
Kedua, bagi pandangan orang umum yang biasanya memaknai kata “Allah” dalam arti “Allah Sejati” (The true God) atau dengan maksud menunjuk pada “Satu-satunya Allah yang benar”, maka pertanyaan Apakah Yesus itu Allah? jawabannya jelas adalah: Bukan! Yesus bukan Allah Sejati, tetapi Yesus adalah utusan dari Allah yang sejati. Satu-satunya Allah yang benar (Allah sejati, The True God) adalah YAHWEH (atau Bapa), yaitu Allah yang mengutus Yesus, sebagaimana ada tertulis:
Inilah hidup yang kekal itu, mengenal Bapa (maksudnya: Yahweh) sebagai SATU-SATUNYA ALLAH YANG BENAR, dan mengenal Yesus Kristus utusan Allah (baca: Yohanes 17:3). Yesus sendiri bersaksi bahwa YAHWEH yang oleh Yesus disebut “Bapa” itu adalah Allahnya Yesus dan juga Allah kita (Yohanes 20:17b: “..Aku [Yesus] akan pergi kepada Bapaku dan Bapamu, kepada Allahku dan Allahmu” ).
YAHWEH adalah Allah segala allah, YAHWEH adalah elohim dari segala elohim (baca: Ulangan 10:17)
YAHWEH adalah Allah (elohim) yang benar (baca: Yeremia 10:10).


*Catatan Penting: baca Alkitab L.A.I bagian kamus (halaman belakang Alkitab anda, sebelum gambar Peta), pada entri kata “TUHAN” (T-U-H-A-N huruf besar) menjelaskan: kata “TUHAN” adalah salinan dari nama Allah Israel, yaitu Yahweh.

Kemudian soal adanya ayat-ayat Alkitab (yang sering ditafsirkan bahwa Yesus adalah Allah Sejati) yang biasanya menjadi bahan perdebatan antara penganut Trinitas dan AntiTrinitas, selengkapnya silahkan baca buku: MENJAWAB DOKTRIN TRITUNGGAL, Frans Donald, Borobudur Indonesia Publishing, 2007/2008.

Tuesday, July 22, 2008

Surat terbuka untuk Stephen Tong.

DOKTRIN TRINITAS (ALLAH TRITUNGGAL) AJARAN STEPHEN TONG, BUKAN AJARAN ALKITAB!
(Frans Donald [Unitarian] menjawab fitnah Stephen Tong)


Dalam bukunya yang telah beredar sejak tahun 1990, berjudul “Allah Tritunggal”, Stephen Tong, Pendeta Gereja Reformed Injili Indonesia, menegaskan bahwa Unitarian (di samping Saksi Yehova, Mormon, dan teologi Liberal) adalah ajaran sesat (halaman 72, Stephen Tong, Allah Tritunggal, cetakan ke-9, 2006).
Sebagai seorang Unitarian, tentu saja saya berhak menanggapi tuduhan Stephen Tong tersebut. Tong menganggap Unitarian sesat karena Unitarian tidak beriman pada doktrin Tritunggal (Trinitas). Nah, melalui tulisan ini, saya ingin menyampaikan bahwa tuduhan Tong terhadap kami (Unitarian) adalah tuduhan yang ternyata hanyalah tuduhan yang didasarkan pada teorinya sendiri. Argumen Tong hanya ide atau pikirannya sendiri, sama sekali tidak Alkitabiah! Bahkan di Pendahuluan bukunya, Tong sendiri mengakui bahwa:

Istilah Tritunggal belum pernah muncul di Perjanjian Lama. Istilah ini juga belum pernah muncul di Perjanjian Baru. Jadi istilah ini tidak pernah muncul di seluruh Alkitab. (Hal. 1 buku Allah Tritunggal, karya Stephen Tong, 2006)

Namun, di halaman Prakata bukunya, Tong menegaskan pula bahwa:

Salah satu keunikan Kekristenan adalah kepercayaan terhadap Allah Tritunggal, yang tidak ada pada agama-agama lain. Doktrin yang begitu jelas diajarkan dalam Alkitab ini selalu menjadi kesulitan yang besar bagi orang Kristen maupun orang bukan Kristen. Memang secara terminology istilah ini tidak muncul dalam Alkitab. Namun seluruh Alkitab mengandung ajaran yang penting ini. (Tong, 2006).

Pendapat-pendapat Stephen Tong tersebut sangat ambigu (berstandar ganda). Di satu muka Tong ingin tampak jujur mengakui bahwa istilah Tritunggal itu tidak Alkitabiah, tapi di mukanya yang lain Tong menegaskan bahwa ajaran (doktrin) Tritunggal terkandung di seluruh Alkitab. Istilah Tritunggal jelas tidak Alkitabiah tapi Tritunggal terkandung di Alkitab, kira-kira begitu menurut Tong. Di sini Tong tampak seolah bermuka dua dalam upaya membela doktrin Tritunggal versinya.
Juga pernyataan Tong bahwa “Tritunggal tidak ada pada agama-agama lain” ini jelas adalah sebuah pernyataan yang mengada-ada untuk menyangkal kenyataan yang ada, terbukti di berbagai agama pagan di dunia, adanya dewa-dewa Tritunggal telah banyak dikenal dalam berbagai budaya kafir. Misal:
Di Mesir: Tritunggal Horus-Osiris-Isis berkembang abad 2 SM;
Di Babel: Tritunggal Istar-Sin-Samas, abad ke-2 SM;
Di Palmyra: Tritunggal Allah Bulan-Allah Langit-Allah Matahari, abad 1 M

Dalam buku yang hanya berisi teori-teorinya sendiri itu (tidak Alkitabiah tapi diracik-racik agar terkesan seolah Alkitabiah!), Tong menuliskan juga:

… tidak mungkin Tritunggal dimengerti seluruhnya oleh rasio manusia. … Memang, doktrin Tritunggal adalah doktrin yang paling sulit dimengerti, paling sulit dijelaskan, paling sulit diterima dan sulit dipercaya, diungkapkan dengan kata-kata atau istilah-istilah manusia (hal. 9, Tong, 2006).

Nah, jika Stephen Tong sendiri mengakui bahwa Istilah Tritunggal tidak Alkitabiah, doktrin Tritunggal membingungkan, Tritunggal adalah doktrin yang paling sulit diterima dan sulit dipercaya, tapi sayang sekali mengapa kemudian Tong dengan berani sesumbar mengklaim bahwa Unitarian (dan golongan lain yang tidak percaya Tritunggal, Saksi Yehova, Mormon, Kristen Liberal, dllnya.) adalah sesat!? Menurut saya, tuduhan “sesat” yang dilontarkan Tong terhadap Unitarian adalah black campaign (kampaye hitam) dan fitnah belaka untuk mempropagandakan ajaran organisasinya yang merasa paling benar sendiri!

Tetapi, soal dianggap sebagai “Penyesat”, saya sebagai pengikut Yesus dan saudaranya Yesus, saya justru tersanjung jika ada orang yang menuduh saya sebagai “penyesat”, karena Yesus sendiri juga pernah dianggap sebagai “PENYESAT” oleh tokoh-tokoh agama di zamannya (baca: Matius 27: 62-63). Jadi, gelar “penyesat” yang kerap saya terima justru makin mengukuhkan bahwa saya memang benar-benar adiknya (saudara mudanya) Yesus. Yesus pernah dicap sebagai “PENYESAT” oleh tokoh-tokoh agama (teolog-teolog) di zamannya, maka wajar saja jika saya juga dicap sebagai “PENYESAT” oleh pendeta-pendeta di zaman yang penuh kemunafikan dan tipuan agama ini.



Stephen Tong bukan Kristen!
Kristen = Pengikut Kristus. Ukuran “Kristen” atau “bukan Kristen” standar ukurannya jelas adalah Alkitab dan kata-kata Yesus. Jika seseorang berani mengaku Kristen namun ajarannya tidak didasarkan dari Alkitab / kata-kata Yesus, maka hakikatnya orang tersebut adalah Kristen Palsu (Pengikut Yesus Palsu). Jika Yesus dan para rasul tidak pernah mengajarkan Tritunggal, kemudian ada seseorang yang mengaku pengikut Yesus dan pengikut para rasul tapi kemudian gencar mengajarkan Tritunggal (ajaran baru tidak pernah diajarkan oleh Yesus!), maka ajaran orang tersebut telah menyimpang dari ajaran Yesus / para rasul. Yesus dan para nabi serta rasul tidak pernah mengajarkan Tritunggal, sementara Stephen Tong berkeras mengajarkan Tritunggal yang tidak Alkitabiah. Artinya jelas Stephen Tong bukan pengikut Yesus / para nabi / para rasul! Tong hanyalah pengikut filsafat-filsafat (teori)-nya sendiri! Tong bukan Kristen sejati, maka jika Tong berani mengklaim Unitarian (Kristen Liberal, Mormon, Saksi Yehova, dan agama lain yang tidak percaya Tritunggal termasuk Islam) sebagai “sesat”, hal itu hanyalah seperti “maling yang teriak maling”.

Jadi siapa yang sesat sebenarnya? Agar tidak terjadi fitnah yang berkembang tanpa dasar yang jelas dalam masyarakat, saya sangat berharap Stephen Tong bersedia “dialog/debat terbuka” dengan Unitarian (Saya&Tim) untuk membuktikan tuduhannya di muka umum. Ayo Stephen Tong, jangan cuma jadi tong kosong yang berbunyi nyaring di komunitas gereja anda saja, kalau anda merasa benar dan tidak fitnah, bicaralah di depan wartawan-wartawan, di depan orang-orang Islam, di depan kami (Unitarian), di depan umum! Silahkan saja jika Tong mengklaim kami (Unitarian) sesat, dan sebaliknya kami (Saya & Tim Unitarian) akan buktikan bahwa ajaran Tritunggal Stephen Tong bukan ajaran Kristen, bukan ajaran Yesus, bukan ajaran Alkitab, melainkan ajaran Iblis yang menyamar sebagai malaikat terang!

“Ketahuilah sahabatku, bahwa Tritunggal dilahirkan lewat tiga ratus tahun setelah diberikannya Injil purba; ia (doktrin Tritunggal) dikandung dalam ketidakpahaman, dimunculkan dan dipertahankan oleh kekejaman”- Anthony Buzzard dalam bukunya: The Doctrine of the Trinity.
Encyclopedia Americana mengatakan bahwa doktrin Tritunggal bukan ajaran Kristen! :
“Kekristenan berasal dari Yudaisme, dan Yudaisme adalah Unitarian ketat. Jalan yang membimbing dari Yerusalem ke [konsili] Nicea samasekali tidak lurus. Trinitarianisme abad ke-4 tidak mencerminkan secara akurat ajaran Kristen purba mengenai kodrat Allah; sebaliknya [Trinitas] adalah penyimpangan dari ajaran [Kristen purba] itu. …”- Encyclopedia Americana.
“Asal usul Tritunggal (Trinitas) sepenuhnya kafir”- The Paganism in Our Christianity.

Sunday, July 20, 2008

MEREKA BILANG ALKITAB SAYA PALSU!

MEREKA BILANG ALKITAB SAYA PALSU!
BACAAN KHUSUS DEWASA (Tulisan ini adalah pledoi terhadap golongan Islam fundamentalis-fanatik yang sering menyerang Alkitab. Tulisan ini BUKAN DITUJUKAN bagi kaum Islam yang moderat, terbuka, lebih suka mencari titik temu "kalimatun sawa" daripada perbedaan-perbedaan, serta yang menghormati Alkitab)


Pengantar:
Jujur saja, sebenarnya saya tidak ingin menyajikan tulisan yang tajam ini, namun karena serangan membabi buta terhadap Alkitab oleh oknum-oknum tertentu yang kerap menghina Alkitab dengan mengatas namakan pengikut Al Quran dan Muhammad, maka saya -dengan berat hati- merasa perlu menuliskan artikel ini. Dalam buku-buku saya yang telah terbit, tentu dapat dilihat bahwa saya sangat menghormati Al Qur'an-Hadits dan Muhammad, namun sayangnya, orang yang berseberangan dengan saya ternyata tidak menghormati Alkitab saya, bahkan sangat melecehkan. Saya (serta banyak golongan sahabat saya dari islam) lebih menyukai "kalimatun sawa", tetapi "kaum fanatik fundamentalis" (yang mengaku islam juga)tampaknya lebih suka bertikai dengan cara menyerang Alkitab saya.
Seringkali ketika membaca buku saya (judul MENJAWAB DOKTRIN TRITUNGGAL), beberapa orang (yang mengaku "Islam", yang fundamentalis) memuji-muji (menyanjung-sanjung)saya. Mereka memuji-muji saya karena buku tersebut (oleh beberapa orang tertentu) dianggap menguntungkan gerakan Islamisasi mereka guna meruntuhkan doktrin Trinitas Kristen. Namun, ketika mereka membaca yang judul KASUS BESAR YANG KELIRU atau ALLAH DALAM ALKITAB & ALQURAN, beberapa (sebagian kecil kaum fundamentalis fanatik) dari mereka bukannya memuji atau memberi kritik yang santun, sebaliknya mereka marah bahkan mengumpat saya. Umumnya mereka mengumpat saya karena tidak setuju dengan argumen-argumen yang saya dasarkan dari Alkitab yang menjelaskan di antaranya tentang: Hari Sabat, Penyaliban dan kebangkitan Yesus, Yesus adalah Malakh, serta istilah Anak Allah. Mereka tidak setuju dengan kebenaran Sabat, Penyaliban Yesus, Yesus Malaikat, Yesus anak Allah, padahal semua hal tersebut jelas-jelas diungkap dalam banyak ayat yang bertaburan di Taurat-Injil (Alkitab). Mereka berkeras bahwa semua hal yang diungkapkan dalam Alkitab itu (khususnya tentang Sabat, Penyaliban Yesus, istilah anak Allah) semuanya bertentangan dengan AlQuran!
Dengan menolak hal-hal tersebut, artinya mereka jelas menolak kesaksian Alkitab. Setelah saya tanyakan secara baik-baik mengapa menolak kesaksian Alkitab, dengan lugas dan tampak ingin menyakiti hati saya [walau pun kenyataannya hati saya bukan milik saya tapi milik Allah] mereka menjawab: karena Alkitabmu palsu!

Beberapa klaim Mereka:

“Frans Donald, kalau mau dapat kebenaran, anda harus meninggalkan Alkitab anda! Alkitab anda palsu!”

“Hei Frans Donald, sebagai seorang Kristen, kasihan sekali anda, karena Alkitabmu palsu. Kecian deh lu!”

“Wahai kristen bodoh, jangan sembarang nulis buku, ya! Buku-bukumu sesat semua, kok berani-beraninya kamu menyandingkan ayat-ayat Al Qur’an yang suci dengan ayat Alkitabmu yang sesat, bertobatlah! Yang benar hanya Al Qur’an saja, tidak ada yang lain!”

“Alkitabmu palsu, Frans! Harus kamu sadari Taurat atau Injil yang asli sekarang sudah tidak ada, Alkitab yang beredar sekarang tinggal yang palsu karena yang asli sudah dirusak dan hilang lenyap!”

Memang, banyak juga pujian-pujian atau apresiasi positif dari para pembaca buku-buku yang telah saya tulis selama ini (umumnya mereka orang islam-kristen yang terbuka dan menghormati kebebasan berpikir), tapi juga tidak bisa dibilang sedikit orang yang mengapresiasinya dengan nada-nada negatif. Mereka mengkritik pedas, mencerca, mengutuk dan menghujatnya.
Beberapa orang (yang mengaku Islam dan beriman pada Al Qur’an, tetapi tampaknya bukan islam sejati) menghubungi saya dan langsung menyerang dengan statement membabi buta bahwa Alkitab Nasrani (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) yang ada sekarang adalah kitab Palsu. Mereka bilang, Taurat dan Injil yang asli kini sudah tidak ada lagi (sudah lenyap) karena sudah diubah alias digantikan dengan Injil-Injil palsu ciptaan manusia!
Meskipun sebenarnya -kalau mau jujur- tuduhan “Alkitab Nasrani palsu” secara hukum hanya akan sah jika disertai dengan bukti adanya Alkitab yang asli, namun walaupun -sampai tulisan ini saya tulis- mereka tidak pernah bisa menunjukkan mana Taurat-Injil yang asli, tapi mereka bersikukuh bahwa yang tinggal sekarang hanyalah yang mutlak palsu. Mereka mengklaim bahwa kini kitab yang asli 100% hanyalah Al Qur’an saja, tak ada yang lain!

Mari kita Jawab
Saya mendaftar ada beberapa ayat-ayat Al Qur’an yang biasanya dijadikan senjata oleh orang-orang “penyerang Alkitab” (yang mengaku Islam, namun tampaknya bukan islam sejati) itu untuk mengklaim kepalsuan Alkitab, di antaranya ada beberapa ayat yang dipakai, dan berikut tanggapan Saya:

1.“Allah membenarkan apa yang ada pada bani Israil (Taurat). Janganlah mereka mengingkari dan jangan menukarkan ayat-ayat-Nya. Janganlah mereka mencampuradukkan yang hak dengan yang batil dan jangan sembunyikan kebenaran” (QS.2:41-42).

Tanggapan saya: Ayat tersebut memang melarang orang Yahudi untuk tidak mengingkari atau menukar ayat-ayat Allah, tapi ayat tersebut samasekali tidak ada indikasi yang bisa dijadikan dasar kuat untuk mengklaim bahwa Taurat-Injil yang asli telah lenyap, tidak demikian. Ayat tersebut lebih menekankan agar orang-orang Yahudi yang sudah tau kebenaran yang ada pada Taurat janganlah menyembunyikan kebenarannya itu.

2.“Segolongan mereka mengubah firman Allah setelah mengetahuinya” (QS.2:75). “Orang-orang yang menulis Alkitab dengan tangan mereka sendiri, tetapi mengatakan ”Ini dari Allah”, demi memperoleh keuntungan yang sedikit” (QS.2:79).

Tanggapan saya: Ya, saya setuju bahwa bisa dikatakan memang ada ayat dalam Alkitab yang telah berubah, tapi harus segera digaris bawahi dengan tebal bahwa, perubahan yang ada adalah berupa penambahan atau penyisipan ayat, bukan pengurangan atau penghilangan ayat! Artinya Taurat-Injil yang asli tetap ada, dan tidak mungkin berubah substansi (hakikat)nya. Perlu saya tegaskan bahwa: ayat-ayat Taurat-Injil yang asli tidak mungkin hilang justru bisa kita ketahui dari kesaksian Al Qur’an juga. Jika Taurat-Injil yang asli telah hilang atau dipalsukan samasekali, maka Al Qur’an akan otomatis menjadi palsu juga. Tentang hal ini nanti di bahasan berikutnya akan anda temui alasan-alasannya mengapa saya katakan jika Taurat–Injil yang asli telah hilang maka konsekwensinya adalah ayat Al Qur’an juga pasti palsu atau dusta.

3.“Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah, … mengapa kamu mencampuradukan yang benar dengan yang batil, dan menyembunyikan yang benar, padahal kamu mengetahuinya?” (QS. 3:70-71). “Segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Alkitab supaya kamu mengiranya itu sebagian dari Alkitab, padahal bukan dari Alkitab...Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedang mereka mengetahuinya” (QS. 3:78). “Sebagian dari orang-orang Yahudi merobah-robah kalimat-kalimat dari tempat-tempatnya … dengan memutar lidah mereka dan mencela agama …” (QS. 4:46). “Orang-orang Nashara (Nasrani) sengaja melupakan sebagian dari apa yang telah diperingatkan Allah kepada mereka” (QS. 5:14). “Ahli Kitab [Yahudi-Nasrani] banyak yang menyembunyikan isi Alkitab dan membiarkannya” (QS. 5:15).

Tanggapan saya: Kalau kita kritis dan teliti dengan seksama kesaksian ayat-ayat tersebut, justru ayat-ayat tersebut jelas membuktikan bahwa Taurat-Injil yang asli jelas benar-benar masih ada sehingga bisa dikatakan bahwa: sebagian orang berupaya menyembunyikan. Kalau tidak ada yang asli mana mungkin dikatakan bahwa sebagian orang menyembunyikannya, bukan? Ayat-ayat tersebut sama sekali tidak mengklaim bahwa Taurat-Injil yang asli sudah hilang, ayat tersebut hanya bilang bahwa ada sebagian orang yang merubah – berkata dusta – menyembunyikan – melupakan isi dari Alkitab. Yang palsu atau berubah adalah ajaran orang-orang / tokoh-tokoh agamanya, bukan kitab sucinya. Dari ayat tersebut jelas Muhammad tidak mempersoalkan asli tidaknya Taurat-Injil, tetapi yang dikecam adalah orang-orang pembaca Taurat-Injil yang merubah ajaran, berkata dusta, munafik, memutar balikkan kebenaran, sengaja melupakan, dsbnya. Muhammad tidak pernah berkata bahwa Taurat-Injil asli sudah tidak ada, yang Muhammad serang adalah ajaran oknum-oknum Yahudi-Nasrani yang munafik, bukan kitab sucinya! Muhammad tidak pernah memperingatkan adanya Taurat-Injil yang palsu, sebaliknya Muhammad justru membenarkan kebenaran Taurat-Injil yang sudah jauh ada sebelum dia lahir. Sekali lagi saya tegaskan, Muhammad [seperti kecaman yang juga pernah dilakukan oleh Yesus kepada ahli-ahli taurat] kala itu sedang memberi peringatan keras terhadap penyelewengan-penyelewengan ajaran Taurat-Injil. Jelas, penyelewengnyalah yang dikecamnya, bukan palsunya Taurat-Injil yang beredar!

Lagi-lagi Saya Bantah
Pada tulisan-tulisan berikut, kita akan membahas lebih tajam lagi. Benarkah Alkitab (Perjanjian Lama & Perjanjian Baru), yang ada kini Palsu samasekali?
Kita akan menganalisanya lebih jauh. Saya akan buktikan bahwa klaim para penyerang Alkitab tersebut justru perlu dikaji ulang berdasar dari kesaksian Al Qur’an itu sendiri. Mereka mengklaim bahwa Alkitab yang mengandung firman Allah telah terpalsukan atau hilang atau digantikan atau ditukarkan dengan kitab lain karena ulah manusia. Yang asli telah lenyap, yang ada beredar kini hanya Taurat-Injil yang palsu, begitulah klaim mereka.

Pertanyaan-pertanyaan yang musti direnungkan.
Pada bagian ini, Saya akan mulai mengajak anda (pembaca) untuk mulai berpikir kritis dan tajam. Ayo, kita mulai dengan dua pertanyaan kunci.
Pertama. Kalau benar Alkitab sudah palsu samasekali, pertanyaan-pertanyaan penting yang harus bisa dijawab dengan akurat ilmiah dan tepat adalah: Mana Alkitab yang asli? Bukankah sesuatu hanya boleh dianggap palsu jika ada bukti tentang keberadaan yang asli? Tanpa bukti, suatu tuduhan hanyalah akan menjadi fitnah dusta besar penyebar petaka!
Kedua. Jika telah dipalsukan, kapankah masa dilakukannya pemalsuan tersebut, apakah sebelum munculnya Islam di Arab atau sesudahnya? Perlu diketahui saudara-saudari pembaca semua, hingga saat ini -sepengetahuan saya- tidak ada satupun pakar “penyerang Alkitab” dari Islam yang dapat memberikan jawaban memuaskan atas pertanyaan yang sangat sederhana ini. Mereka tidak mau dan memang tidak bisa menjawab, sebab andaikan mau dijawab ”pemalsuan Alkitab terjadi sebelum Islam muncul di Arab”, maka akan menjadi sangat aneh mengapa bertebaran banyak ayat di Al Qur’an justru membenarkan Alkitab dan memerintahkan orang-orang untuk mengimaninya? Artinya kalau Taurat-Injil yang asli sudah tidak ada di zaman Muhammad, maka perintah Al Qur’an yang menyuruh orang beriman pada Taurat-Injil adalah perintah yang salah, karena mana mungkin Allah menyuruh orang untuk beriman pada kitab-kitab yang telah palsu / telah lenyap! Sebaliknya kalau dijawab “pemalsuan Alkitab terjadi sesudah Islam muncul di Arab”, maka serta merta para ‘penyerang Alkitab’ tersebut akan dipermalukan oleh dua hal, pertama: fakta-fakta sejarah yang akurat membuktikan bahwa: naskah-naskah Alkitab yang telah final terkanonisasi* dengan baik (dan hakikatnya sama dengan Alkitab yang beredar hari ini) sudah tersimpan rapi dalam gereja dan museum-museum dunia ratusan tahun jauh sebelum datangnya islam di tanah Arab; kedua: kalau memang pemalsuan Alkitab terjadi setelah Islam muncul, maka itu artinya Al Qur’an adalah kitab yang palsu dan dusta, sebab Al Qur’an sendiri bersaksi-janji bahwa ayat-ayat Allah (tentu termasuk Alkitab yang berisi Taurat-Injil) tidak seorang pun yang sanggup mengubahnya!
(*Catatan: kanon, berasal dari bahasa Yunani yang artinya penggaris atau tongkat untuk mengukur. Maksudnya kata ‘kanon’ ini mengacu pada tolak ukur yang digunakan kepada naskah dalam Alkitab untuk selanjutnya disebut sebagai inspirasi dari Firman Allah.)

Statement yang berteori bahwa “Alkitab yang asli sudah lenyap seluruhnya sebab sudah dipalsukan, dan kini yang ada tinggal hanyalah yang palsu” ini adalah suatu statement pemutar balikkan fakta, suatu teori ciptaan Iblis! Mengapa saya katakan teori ciptaan Iblis? Karena teori itu adalah teori yang melawan kesaksian Allah yang (justru menurut Al Quran) menjamin bahwa ayat-ayat-Nya tidak dapat dirubah atau dihilangkan oleh siapapun juga. Artinya, jika anda percaya bahwa ayat-ayat Allah (Taurat-Injil) bisa dihilangkan atau dipalsukan oleh manusia, padahal Iblis atau setan sekalipun tidaklah dapat merubah atau menghilangkan Firman Allah. Maka kalau sampai ada sesuatu yang disebut sebagai “alkitab asli” tetapi nyatanya kini “alkitab asli” tersebut telah lenyap oleh karena suatu alasan sebab apa pun juga, maka dapat dipastikan “alkitab asli” yang telah lenyap itulah yang sebenarnya palsu adanya! Ketidak eksisannya atau kelenyapannya dari peredaran justru membuktikan kitab itu TIDAK DIJAGA OLEH ALLAH karena MEMANG TIDAK MENGANDUNG KEBENARAN FIRMAN ALLAH!
Iblis tidak berkuasa melenyapkan Alkitab, makanya dia hanya bisa berdusta dengan menyebarkan kabar bohong yaitu “Alkitab yang asli sudah lenyap sebab sudah dipalsukan, dan kini yang ada tinggal hanyalah yang palsu”. Itu teori iblis.

Makin dihambat, makin merambat
Sejarah pun membuktikan, Alkitab tidak pernah berhasil dilenyapkan oleh ulah manusia, karena ia mengandung pernyataan dan Firman Allah yang kekal. Semakin dihambat semakin merambat. Sangat banyak terbitan-terbitan Alkitab telah berusaha dimusnahkan, dinyatakan ilegal, kitab sesat, dilarang dibaca, bahkan ribuan eksemplar Alkitab pernah dibakar orang dan negara. Begitu banyak penyebar-penyebarnya telah disiksa-aniaya, dibunuh atau dibungkam dengan dijebloskan ke dalam penjara. Tetapi Firman Allah yang kekal makin terbukti tidak bisa disembunyikan atau dihilangkan seperti tuduhan sejumlah orang, malahan tahun demi tahun penyebaran Alkitab makin meluas keseluruh penjuru dunia. Bak peribahasa “Mati satu tumbuh seribu”. 1 Alkitab dibakar 1 juta eksemplar dicetak. Setiap tahun jutaan eksemplar Alkitab terus dicetak ulang dalam berbagai versi dan bahasa.
Renungkanlah hal ini saudaraku. Sederhanalah saja, andaikan kitab yang berisi Firman Allah bisa hilang lenyap dari peredaran, maka kita justru patut mencurigai bahwa itu bukanlah kitab Firman Allah yang kekal, melainkan hanya kalimat buatan manusia yang fana belaka.

Ayo, kita buktikan lebih jauh!
Saya setuju bahwa ada beberapa ayat di Alkitab yang memang telah ditambahkan / disisipkan (bukan dihilangkan atau dikurangi!) oleh oknum-oknum tertentu, tapi jelas tidak mungkin jika kini ayat-ayat Taurat-Injil yang asli kini telah menjadi hilang samasekali atau berubah subtansinya. Itu sungguh tidak mungkin! Saya akan buktikan bahwa andaikan Alkitab yang ada kini secara subtansi palsu adanya, maka artinya substansi Al Qur’an justru akan menjadi lebih palsu lagi! Klaim bahwa “Alkitab asli sudah tidak ada samasekali” ternyata justru telah terpatahkan oleh kesaksian Al Qur’an sendiri. Untuk itu mari kita cermati dengan jujur kesaksian-kesaksian Al Qur’an berikut ini:

1.Dalam QS.5:68 Allah memerintahkan: Katakanlah “Hai ahli kitab (Yahudi-Nasrani) tidaklah kamu berada atas suatu kebenaran hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu …”. Ayat tersebut tegas memerintahkan Muhammad untuk menyuruh orang (entah siapapun mereka) supaya menegakkan Taurat-Injil. Nah, bagaimana mungkin orang bisa melaksanakan perintah Allah di QS. 5:68 tersebut andaikan benar Taurat-Injil yang asli sudah tidak ada? Mana bisa Taurat-Injil ditegakkan jika Taurat-Injil yang asli sudah tidak ada lagi? Artinya jelas, jika benar Taurat-Injil yang asli sudah tidak ada, berarti perintah Al Qur’an surat 5:68 tersebut adalah perintah Allah yang salah, yang artinya akan menyusul pada suatu kesimpulan bahwa Al Qur’an adalah salah! Dilema terbesar bagi “orang islam penyerang Alkitab” adalah justru ketika Allah sendiri yang menempatkan Taurat & Injil itu sebagai rujukan kebenaran bagi Muhammad serta pengikutnya. Dengan demikian konsekwensinya jelas, sekali Alkitab dituduh palsu maka otomatis palsu pulalah Al Qur’an itu dengan sendirinya!

2.Perhatikan perintah Allah dalam ayat berikut: QS. 4:136 “Hai orang-orang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan beriman kepada kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya dan kitab yang diturunkan sebelumnya. Dan barangsiapa yang ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sungguh dia telah sesat dengan kesesatan yang jauh”. Perhatikan dengan teliti ayat tersebut. Di situ juga dikatakan dengan tegas bahwa Allah memerintah supaya pengikut Muhammad beriman kepada kitab yang diturunkan sebelumnya, jelas di sini kitab yang dimaksud dengan “kitab yang diturunkan pada rasul-Nya dan kitab sebelumnya” adalah Taurat dan Injil. Jika benar Taurat dan Injil yang asli sudah tidak ada lagi, maka secara langsung artinya jelas bahwa Allah telah salah dalam memberi perintah pada pengikut Muhammad (Otomatis ayat Qur’an tersebut juga salah). Konsekwensinya, kesalahan Al Qur’an akan menjadi dobel-dobel, pertama, Al Qur’an salah karena telah memerintahkan umat-Nya untuk beriman pada kitab Taurat-Injil, sementara Taurat-Injil yang asli sudah tidak ada. Kedua, berarti Allah di Al Qur’an tidak sanggup menjaga ayat-ayat-Nya, padahal pernah berjanji untuk menjaganya. Allah macam apa itu, tidak dapat menjaga ayat-ayat yang pernah diturunkan-Nya + memberikan perintah salah yang tidak mungkin dilakukan umat-Nya?!

3.QS. 10:64 berkata: “..Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat Allah..”. Nah, di sini akan nampak jelas, kalau ada orang mengaku beriman pada kesaksian Al Qur’an, tetapi kemudian berkata bahwa Taurat-Injil (yang jelas berisi kalimat-kalimat Allah) sudah berubah samasekali (subtansinya yang asli sudah hilang), orang tersebut justru sebenarnya jelas-jelas kembali mengingkari kesaksian Al Qur’an yang tegas berkata bahwa TIDAK ADA PERUBAHAN BAGI KALIMAT-KALIMAT ALLAH!

4.QS. 6:34 juga berkata: “…Tiada seorang pun yang dapat menukar kalimat-kalimat Allah..” Al Qur’an tegas bersaksi bahwa tidak ada seorang pun yang dapat menukar atau mengganti (memalsukan substansi) kalimat-kalimat Allah. Sedangkan ayat-ayat Qur’an yang lain mengatakan bahwa umat pengikut Muhammad harus beriman pada Taurat dan Injil (Bandingkan QS. 2:136, QS. 3:84). Nah, bukankah Taurat dan Injil jelas berisi kalimat-kalimat Allah, maka jikalau benar kini kitab Taurat-Injil sudah ditukar dengan injil-injil yang palsu, berarti otomatis ayat QS. 6:34 tersebut tidak bisa dipercaya! Al Qur’an bersaksi bahwa kalimat-kalimat Allah (termasuk Injil) TIDAK SEORANG PUN DAPAT MENUKARNYA, sementara beberapa orang mengklaim bahwa Injil sudah dipalsukan. Nah, konsekwensinya akan jelas, salah satu dari dua hal tersebut pasti salah. Al Qur’an yang salah, atau klaim orang tersebut yang salah? Pikirkanlah, saudaraku.

5.Perhatikan juga ayat QS. 48:23 yang berkata: “Ketentuan Allah yang telah berlaku sejak dahulu dan engkau tiada akan mendapati perubahan bagi ketentuan Allah”. Taurat-Injil jelas di dalamnya berisi ketentuan-ketentuan Allah, jika ketentuan-ketentuan Allah yang tertuang dalam Taurat-Injil ternyata telah ditukar atau dipalsukan, maka Allah telah gagal menjaga ayat-ayatnya, dengan demikian kesaksian Al Qur’an 6:34 dan 10:64 yang berkata bahwa “kalimat-kalimat Allah tidak dapat ditukar oleh seorang pun” juga adalah ayat palsu! Konsekwensinya jelas, jika kalimat-kalimat Allah dalam Taurat-Injil adalah palsu atau telah diubah oleh seseorang, maka dengan sendirinya kesaksian Al Qur’an juga palsu!

6.QS. 5: 44, 46 berkata: “Sesungguhnya Kami (Allah dengan mengutus malaikat-Nya) telah menurunkan Taurat, di dalamnya berisi petunjuk dan cahaya, … Kitab Injil sedang di dalamnya ada petunjuk dan cahaya, dan membenarkan kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa”. Nah, kalau kita camkan ayat tersebut, maka klaim yang mengatakan bahwa Taurat-Injil sudah dipalsukan, terlebih lagi dilenyapkan, maka klaim itu = menghina Allah! Mengapa saya katakan menghina Allah? Orang-orang tersebut jelas menghina Allah karena menganggap bahwa Taurat yang berisi kalimat-kalimat dlam Taurat-Injil yang mengandung petunjuk dan cahaya Allah tersebut telah hilang lenyap. Taurat-Injil yang asli dianggap hilang, kalimat-kalimat petunjuk dan cahaya dari Allah telah hilang? Kasihan sekali Allahnya! Allah yang malang, lemah dan tidak sanggup menjaga Taurat-Nya. Seperti itukah Allah yang saudara sembah, tentu tidak, bukan?

7.Camkan pula ayat berikut: QS. 10:94 “Maka jika engkau (Muhammad) dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka TANYAKANLAH KEPADA ORANG-ORANG YANG MEMBACA KITAB SEBELUM ENGKAU…”. Al Qur’an bersaksi memerintah Muhammad: jika Muhammad ragu, maka Allah menyuruhnya bertanya pada orang-orang yang membaca kitab suci sebelum Muhammad, siapakah orang-orang yang membaca kitab sebelum Muhammad? Apakah itu orang-orang Arab jahilliyah yang kafir dengan kitab-kitab kekafirannya? Tentu tidak. Yang dimaksud pasti orang-orang Yahudi dan Nasrani dengan kitabnya Taurat-Injil. Nah, kalau andai saat itu Taurat-Injil yang asli sudah tidak ada, maka sangat tidak masuk akal jika Allah menurunkan perintah semacam itu pada Muhammad, bukan? Tidak mungkin Allah menyuruh Muhammad untuk berkonsultasi kepada ahli kitab yang beriman pada Taurat-Injil yang telah palsu. Dan perlu dikritisi, kalau Alkitab sudah dipalsukan orang sebelum Muhammad lahir, tentu ayat-ayat Al Qur’an tidak akan memerintahkan Muhammad dan pengikutnya untuk beriman pada Taurat-Injil. Sementara kalau kemudian mereka mengklaim bahwa Taurat-Injil di zaman Muhammad masih asli tetapi setelah tahun 700an sepeninggal Muhammad baru dipalsukan oleh orang-orang kristen, wah …disamping menentang dalil Al Qur’an sendiri yang menjamin bahwa ayat-ayat Allah pasti terjaga, tuduhan tersebut juga akan jelas kelihatan sangat ngawur sekali, karena terjemahan Taurat-Injil yang ada kini jelas sama substansinya dengan naskah-naskah yang tersimpan rapi sejak tahun 400an dalam gereja-gereja dan museum-museum dunia jauh sebelum Muhammad lahir!

8.Kesaksian QS. 2:136, 3:84. Katakanlah, ”Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak-anaknya...Musa dan Isa dan para nabi... Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka...” . Perlu dipikirkan dari ayat tersebut: Jika Allah tidak melakukan pembedaan kepada nabi dan rasulnya, maka masuk akalkah jika kemudian Allah membedakan perlakuan-Nya terhadap kitab-kitab-Nya, di mana yang satu tetap terjaga keasliannya sementara yang lainnya diterlantarkan tak terjaga sehingga telah begitu mudah dipalsukan dan hilang samasekali akibat ulah segelintir manusia? Andaikan ada Allah yang hanya sanggup menjaga keaslian Al Qur’an saja sementara Taurat-Injil tidak, maka Allah yang seperti itu adalah Allah palsu hasil dogma palsu buatan manusia!

Tanya:
Jika Alkitab-Injil benar tidak terpalsukan, mengapa ada ayat-ayat dalam Alkitab yang jelas-jelas berbeda ketika menceritakan hal yang sama, misal perbedaan angka-angka dalam beberapa ayat di Perjanjian Lama jelas berbeda, apakah Firman Allah bisa lupa sehingga berbeda?
Jawab:
Seperti telah Saya jelaskan, Alkitab berisi Firman Allah, tetapi jangan lupa dan musti dipahami betul bahwa Alkitab bagaimanapun bukanlah suatu kitab yang turun dari sorga dengan bersampul kulit yang indah bertaburan permata dan dihiasi halaman-halaman menyilaukan mata yang disepuh emas perak serta turunnya diringi para malaikat-malaikat bersayap. Alkitab adalah kitab yang sangat manusiawi yang tentunya akan memantulkan gaya khas dari masing-masing penulisnya yang dipengaruhi oleh peradaban budaya dan tradisi pada zaman itu. Ia memang penulisannya diilhami dari hubungan manusia dengan Allah atau hubungan Allah dengan manusia, ia juga berisi kisah-kisah sejarah-sejarah manusia kala berhubungan dengan Allah, ekspresi iman, sajak-sajak manusia yang mengungkapkan hubungannya dengan Allah ataupun manusia dengan manusia lain, dan kisah-kisah para nabi lainnya, yang mana semuanya itu dicatat atau ditulis redaksionalnya oleh orang-orang dengan berbagai macam profesi atau latar belakang yang berlainan. Maka misalnya ketika para penulis itu kemudian sedikit mengalami ketidak sempurnaan redaksional di sana-sini tentu wajar saja, tanpa mengubah hakikat atau substansi pesan rohani yang hendak disampaikannya. Karena untuk hal-hal yang prinsipil tentu Allah tidak mungkin akan membiarkannya salah sehingga umatnya menjadi tersesat, bukan?

Tanya:
Tapi jika memang ada redaksional Alkitab yang salah, bukankah sangat beda dengan Al Qur’an yang 100% benar tanpa cacat cela baik secara substansi atau pun secara redaksional, karena ayat-ayatnya jelas adalah Firman Allah yang turun dari langit? Al Qur’an bagaimana pun pasti lebih asli dari Alkitab!
Jawab:
Benarkah Al Qur’an layak diklaim lebih asli dari Alkitab? Apakah klaim bahwa Al Qur’an adalah 100% Firman Allah yang turun dari langit yang 100% terhindar dari cacat cela, bisa disepakati oleh semua umat dan intelektual di kalangan Islam sendiri? Nyatanya tidak, artikel “Tajam” berikut ini Saya harap semoga bisa dikaji dengan hati tulus-ikhlas serta penuh kasih (hati yang wajib dimiliki seorang muslim sejati). Demikianlah artikelnya:


ASLIKAH AL QUR’AN KITA?
(Mengkritisi kaum fundamentalis & fanatik)
Oleh: Mustafa Al Basrie


Pengantar“Bismillaahir rahmaanir rahiim”. Kefanatikan telah membutakan umah Allah, hingga menjadi umah yang bodoh serta terpuruk. Zaman ini banyak ‘orang-orang fanatik’ yang mati-matian (benar-benar berani mati!) mengklaim bahwa ayat-ayat Al Qur’an, yang terdiri dari 30 juz, 114 surah dan 6236 ayat, yang kini ada di zaman kita ini, adalah benar-benar murni 100% berisi kalimat-kalimat Allah yang turun dari langit tanpa campur tangan manusia. Hingga dipandang bahwa Al Qur’an adalah kitab yang tanpa salah dalam hal apapun juga!
Tetapi, pada kenyataannya, sementara kini tidak sedikit pula ‘orang-orang tidak fanatik’ (kaum intelektual / terpelajar muslim yang bernurani jujur) yang, sangat berbeda prinsip dengan kaum fanatik, berani terang-terangan membuktikan bahwa 6236-an ayat-ayat Al Qur’an yang ada sekarang, adalah tidak 100% (tidak murni) wahyu dari langit. Nah, tulisan ini akan menyajikan khusus pandangan-pandangan ilmiah dan teruji dari ‘orang-orang muslim terpelajar yang tidak fanatik’ tersebut.
Sebagaimana Nabi Muhammad ‘alaihi’sh-shalatu wassalam sendiri telah tegas dan gamblang mengatakan: al-din huwa al-‘aql la dina liman la ‘aqla lahu, yang artinya: “agama adalah akal, tidak ada agama bagi mereka yang tidak berakal!”. Bahkan di Qur’an sendiri dikatakan: “… dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya” (QS 10:100). Maka tulisan ilmiah (dan sangat bisa dipertanggung jawabkan) ini ditulis hanya ditujukan khusus kepada orang-orang muslim yang berakal budi, yang lebih mengutamakan akal sehatnya, pakai otak dan bukan emosi, apalagi otot!

JASMERAH (Jangan Sampai Melupakan Sejarah) Penulisan Al Qur’an
Orang yang melupakan sejarah akan menjadi orang “buta”. Para intelektual dan kaum terpelajar islam di berbagai dunia, yang paham sejarah, sangat paham bahwa kitab Quran (kitab “suci” Islam) yang saat ini ada di sekitar kita adalah bukanlah Al Qur’an yang murni 100% berisi kalimat Allah (atau pun wahyu “suci” yang turun dari langit). Tulisan dan kajian Muhammad Husain Haekal (penulis kitab “Sejarah Hidup Muhammad”, yang telah puluhan kali cetak ulang dan telah tersebar ke seluruh penjuru dunia) membuktikan bahwa naskah-naskah (surah-surah) Al Qur’an yang kini ada (yang konon terdiri dari 6666 atau 6236 ayat, entah mana yang tepat), sejatinya merupakan Qur’an made in (hasil pengumpulan) Mushaf Usman, dengan bantuan Zaid bin Thabit. (- Baca: “Sejarah Hidup Muhammad”, pen. Muhammad Husain Haekal, Litera AntarNusa, cetakan ke 29, 2003, halaman lxxvii - lxxviii -).
Surah-surah (-yang kini sering terlanjur dianggap sebagai ayat-ayat suci dari langit-) itu mulanya dikumpulkan oleh Zaid bin Thabit atas kehendak Abu Bakr dan Umar, dari segenap penjuru. Ada yang dari tulisan pada daun-daunan, tulisan pada batu-batu, tulisan pada tulang-tulang unta dan kambing, dan sebagian besar dari yang dihafal oleh orang-orang. Setelah beberapa waktu kemudian terjadilah perselisihan dan perbedaan-perbedaan paham mengenai “Quran” hasil kerja Zaid tersebut, juga terjadi perbedaan Quran versi orang-orang Suria dengan orang Irak. Bahkan Zaid juga sempat berselisih paham dengan sahabat-sahabatnya sendiri!
Nah, karena banyaknya perbedaan-perbedaan berbagai versi Quran-Quran tersebut, akhirnya Usman turun tangan, untuk mengumpulkan kembali naskah-naskah yang saling berbeda tersebut. Setelah selesai, maka naskah-naskah selebihnya dikumpulkan lagi atas perintah Usman lalu dibakar!
Tidak berbeda paham dengan Muhammad Husain Haekal, namun tampak lebih berani dan blak-blakan terus terang, Sumanto Al Qurtuby, intelektual muslim, dalam bukunya tegas mengatakan bahwa 6000-an ayat (yang kini ada dalam Al Qur’an di sekitar kita) adalah “kitab suci” bikinan Usman, yang penuh dengan intervensi kekuasaan Quraisy. (Baca: Lubang Hitam Agama, pen. Sumanto Al Qurtuby, Penerbit Rumah Kata).
Buku Lubang Hitam Agama (Mengkritik Fundamentalisme Agama, Menggugat Islam Tunggal) tersebut dengan tajam dan sangat ilmiah mengungkapkan bahwa:
(halaman 65-66:)…Al Qur’an yang dibaca oleh jutaan umat Islam sekarang ini adalah teks hasil kodifikasi untuk tidak menyebut “kesepakatan terselubung” antara Khalifah Usman (644-656M) dengan panitia pengumpul yang dipimpin Zaid bin Tsabit, sehingga teks ini disebut Mushaf Usmani. Kita pun tahu ada banyak teks Al Qur’an selain teks Usman ini. Arthur Jeffry, dalam Materials for the History of the Text of Al-Quran bahkan merekam keberadaan 15 mushaf primer para sahabat dan 13 mushaf sekunder generasi berikutnya yang kesemuanya merupakan cerminan dari keragaman tradisi teks dan bacaan pra Usman. Diantara sekian mushaf itu, ada empat mushaf paling berpengaruh; yakni (1) mushaf Ubay bin Ka’ab berpengaruh di Syria; (2) kodeks Abdullah bin Mas’ud berpengaruh di Kufah; (3) mushaf Abu Musa Al-Asy’ari berpengaruh di Bashrah; dan (4) kodeks Miqdad bin Aswad yang diikuti penduduk kota Hims.
Mushaf-mushaf Al-Quran para sahabat Nabi yang saling berpengaruh ini saling berbeda juga dengan mushaf resmi yang dikumpulkan pada masa Usman, mulai dari sekuensi dan jumlah surat sampai pada ortografis, teks dan bacaan (banyak sekali perbedaannya!). Popularitas mushaf-mushaf tersebut juga dengan jelas menafikan kemungkinan adanya pengumpulan resmi Al-Quran pada masa kekhalifahan Abu Bakar di samping berbagai alasan lainnya menyangkut kandungan riwayat pengumpulan pertama yang meragukan secara historis. Keragaman tradisi teks dan bacaan Al-Quran yang tampak dalam mushaf-mushaf otoritatif para sahabat ini belakangan mulai mengganggu kesatuan sosio-politik umat Islam sehingga Usman mengambil “kebijakan” melakukan standarisasi teks Al-Quran, dilanjutkan dengan pemusnahan teks-teks lainnya (dibakar!).
Sekalipun mendapat tentangan dari sejumlah sahabat nabi seperti Ibnu mas’ud dan Abu Musa Al-Asy’ari (dua sahabat senior yang mushafnya “ditendang” begitu saja oleh Usman), Mushaf Usmani belakangan berhasil membenamkan mushaf-mushaf sahabat yang berpengaruh ketika itu ke dalam limbo sejarah. Dengan dukungan otoritas politik kerajaan Umayah (Usman yang berkuasa selama 89 tahun dengan tangan besi), Daulah Abbasiyah (berkuasa lebih dari 400 tahun) serta mayoritas Muslim, mushaf ini (Quran made in Usman) berhasil memaparkan dirinya sebagai teks yang disepakati (textus receptus). Di bawah pengawalan ketat kekuasaan ditambah petuah-petuah para ulama tentang sakralitas bahasa Al-Quran (bahasa Arab dianggap bahasa suci alias bahasa surga), pelan tapi pasti, teks yang bernama Al-Quran ini kemudian menjadi “kitab suci” yang dimitoskan dan tak tersentuh. Abu Zayd (pemikir muslim yang diusir kemudian menetap di Belanda) bersama Arkoun (intelektual Aljazair yang hengkang dari negaranya dan tinggal di Perancis) menuding Muhammad Idris Syafi’i sebagai salah satu arsitek dan pionir dalam sakralisasi bahasa Al-Quran.
Maka, penjelasan Al-Quran sebagai “Firman Allah” sungguh tidak memadai justru dari sudut pandang internal (dari dunia Islam sendiri, bukan dari luar Islam!), yakni proses kesejarahan terbentuknya teks AL-Quran (dari komunikasi lisan ke komunikasi tulisan) maupun aspek material dari Al-Quran sendiri yang dipenuhi ambivalensi. Karena itu tidak pada tempatnya, jika ia disebut “Kitab Suci” yang disakralkan, dimitoskan.
Kesimpulan:
Jelas sekali sudah, ayat-ayat Quran yang saat ini ada pada kita, adalah bukan asli “wahyu Allah dari surga”, melainkan tulisan-tulisan hasil [produk] kodifikasi politis dari Usman, yang jelas-jelas penuh muatan kepentingan kekuasaan dan mengalami intervensi politik!
Bagi kaum muslimun dan muslimah, berpikirlah, gunakan akal-budimu, dan ingat peringatan Rasulullah: la dina liman la ‘aqla lahu, tidak ada agama tanpa akal! Wass.

Nah, itulah artikel yang pernah dikirimkan seseorang kepada saya, dan saya rasa cukup bisa menjawab kegundahan hati orang-orang yang bertanya-tanya “benarkah Al Qur’an lebih asli dari pada Alkitab?” Saya bersyukur dengan adanya artikel tersebut, setidaknya artikel itu bisa menjadi tambahan bahan kajian dan pemikiran bagi umat Islam di mana pun berada. Saya juga setuju dengan apa-apa yang ditulis oleh Mustafa Al Basrie tersebut, karena setelah Saya kroscek tulisan tersebut dengan dua buku yang menjadi sumber kajiannya, yaitu tulisan Muhammad Husain Haekal (Sejarah Muhammad) dan Sumanto Al Qurtuby (Lubang Hitam Agama), ternyata memang cocok, tidak ada yang dilebihkan tidak ada dikurangi.

Renungkanlah sobat-sobat!

Bahan untuk direnungkan!
Misal soal: Yesus benar mati disalib atau tidak?.
Dalam hal ini jelas dalam Alkitab banyak sekali bertaburan ayat-ayat yang jelas mengungkapkan bahwa Yesus mati disalib. Sedangkan Di AlQuran ada satu (benar-benar cuma satu! yaitu An Nisa 157) ayat "sulit" yang sering ditafsirkan bahwa Yesus tidak mati disalib (padahal penafsiran seperti itu terhadap ayat itu meragukan dan masih kontroversi).
Setelah menyimak semua tulisan diatas, renungkanlah sobat-sobat:
Seringkali dalam berlogika (pakai akal) saat mau mengukur kebenaran Taurat-Injil-Al Quran, saat berbicara tentang sesuatu tema (misal, tema penyaliban Yesus), Benarkah Yesus disalib? umumnya orang Islam (yang menolak penyaliban Yesus)akan mengklaim bahwa kitab Al Quran (An Nisa 157 sebagai satu-satunya ayat pegangan yang ditafsirkan bahwa Yesus tidak disalib) adalah satu-satunya ukuran yang paling benar, sementara posisi kitab Taurat-Injil (yang di dalamnya bertaburan ayat tentang penyaliban Yesus) musti ditundukkan dibawah penafsiran Al Quran. Menurut Saya hal tersebut jelas terbalik logikanya, sebab penulisan kitab Al Quran dilakukan jauh sekali setelah adanya kitab Taurat-Injil (Alkitab). Artinya sebagai kitab yang paling bungsu, Al Quran ketika ditafsirkan, tentu tidak boleh lari dari apa-apa yang tertuang dalam kitab-kitab yang lebih dulu ada [sebagai "kakak-kakaknya"] yaitu Taurat-Injil (Alkitab). Artinya: Dalam upaya menafsirkan sesuatu hal kebenaran, Bukan Alkitab yang harus tunduk di bawah penafsiran-penafsiran Al Qur’an, tetapi justru saat mau menafsirkan Al Qur’an, maka orang harus terlebih dulu tunduk (menggariskan, mengukurkan) pada kitab-kitab yang ditulis sebelum Al Qur’an yaitu Taurat-Injil! Kalau Anda jujur, tentu Kitab yang lebih lama (tua)-lah yang harus jadi tolak ukurnya, bukan yang baru! Sebagaimana Muhammad juga diperingatkan, jika Muhammad ragu/bingung, maka "tanyakanlah pada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu".