DOKTRIN TRINITAS (ALLAH TRITUNGGAL) AJARAN STEPHEN TONG, BUKAN AJARAN ALKITAB!
(Frans Donald [Unitarian] menjawab fitnah Stephen Tong)
Dalam bukunya yang telah beredar sejak tahun 1990, berjudul “Allah Tritunggal”, Stephen Tong, Pendeta Gereja Reformed Injili Indonesia, menegaskan bahwa Unitarian (di samping Saksi Yehova, Mormon, dan teologi Liberal) adalah ajaran sesat (halaman 72, Stephen Tong, Allah Tritunggal, cetakan ke-9, 2006).
Sebagai seorang Unitarian, tentu saja saya berhak menanggapi tuduhan Stephen Tong tersebut. Tong menganggap Unitarian sesat karena Unitarian tidak beriman pada doktrin Tritunggal (Trinitas). Nah, melalui tulisan ini, saya ingin menyampaikan bahwa tuduhan Tong terhadap kami (Unitarian) adalah tuduhan yang ternyata hanyalah tuduhan yang didasarkan pada teorinya sendiri. Argumen Tong hanya ide atau pikirannya sendiri, sama sekali tidak Alkitabiah! Bahkan di Pendahuluan bukunya, Tong sendiri mengakui bahwa:
Istilah Tritunggal belum pernah muncul di Perjanjian Lama. Istilah ini juga belum pernah muncul di Perjanjian Baru. Jadi istilah ini tidak pernah muncul di seluruh Alkitab. (Hal. 1 buku Allah Tritunggal, karya Stephen Tong, 2006)
Namun, di halaman Prakata bukunya, Tong menegaskan pula bahwa:
Salah satu keunikan Kekristenan adalah kepercayaan terhadap Allah Tritunggal, yang tidak ada pada agama-agama lain. Doktrin yang begitu jelas diajarkan dalam Alkitab ini selalu menjadi kesulitan yang besar bagi orang Kristen maupun orang bukan Kristen. Memang secara terminology istilah ini tidak muncul dalam Alkitab. Namun seluruh Alkitab mengandung ajaran yang penting ini. (Tong, 2006).
Pendapat-pendapat Stephen Tong tersebut sangat ambigu (berstandar ganda). Di satu muka Tong ingin tampak jujur mengakui bahwa istilah Tritunggal itu tidak Alkitabiah, tapi di mukanya yang lain Tong menegaskan bahwa ajaran (doktrin) Tritunggal terkandung di seluruh Alkitab. Istilah Tritunggal jelas tidak Alkitabiah tapi Tritunggal terkandung di Alkitab, kira-kira begitu menurut Tong. Di sini Tong tampak seolah bermuka dua dalam upaya membela doktrin Tritunggal versinya.
Juga pernyataan Tong bahwa “Tritunggal tidak ada pada agama-agama lain” ini jelas adalah sebuah pernyataan yang mengada-ada untuk menyangkal kenyataan yang ada, terbukti di berbagai agama pagan di dunia, adanya dewa-dewa Tritunggal telah banyak dikenal dalam berbagai budaya kafir. Misal:
Di Mesir: Tritunggal Horus-Osiris-Isis berkembang abad 2 SM;
Di Babel: Tritunggal Istar-Sin-Samas, abad ke-2 SM;
Di Palmyra: Tritunggal Allah Bulan-Allah Langit-Allah Matahari, abad 1 M
Dalam buku yang hanya berisi teori-teorinya sendiri itu (tidak Alkitabiah tapi diracik-racik agar terkesan seolah Alkitabiah!), Tong menuliskan juga:
… tidak mungkin Tritunggal dimengerti seluruhnya oleh rasio manusia. … Memang, doktrin Tritunggal adalah doktrin yang paling sulit dimengerti, paling sulit dijelaskan, paling sulit diterima dan sulit dipercaya, diungkapkan dengan kata-kata atau istilah-istilah manusia (hal. 9, Tong, 2006).
Nah, jika Stephen Tong sendiri mengakui bahwa Istilah Tritunggal tidak Alkitabiah, doktrin Tritunggal membingungkan, Tritunggal adalah doktrin yang paling sulit diterima dan sulit dipercaya, tapi sayang sekali mengapa kemudian Tong dengan berani sesumbar mengklaim bahwa Unitarian (dan golongan lain yang tidak percaya Tritunggal, Saksi Yehova, Mormon, Kristen Liberal, dllnya.) adalah sesat!? Menurut saya, tuduhan “sesat” yang dilontarkan Tong terhadap Unitarian adalah black campaign (kampaye hitam) dan fitnah belaka untuk mempropagandakan ajaran organisasinya yang merasa paling benar sendiri!
Tetapi, soal dianggap sebagai “Penyesat”, saya sebagai pengikut Yesus dan saudaranya Yesus, saya justru tersanjung jika ada orang yang menuduh saya sebagai “penyesat”, karena Yesus sendiri juga pernah dianggap sebagai “PENYESAT” oleh tokoh-tokoh agama di zamannya (baca: Matius 27: 62-63). Jadi, gelar “penyesat” yang kerap saya terima justru makin mengukuhkan bahwa saya memang benar-benar adiknya (saudara mudanya) Yesus. Yesus pernah dicap sebagai “PENYESAT” oleh tokoh-tokoh agama (teolog-teolog) di zamannya, maka wajar saja jika saya juga dicap sebagai “PENYESAT” oleh pendeta-pendeta di zaman yang penuh kemunafikan dan tipuan agama ini.
Stephen Tong bukan Kristen!
Kristen = Pengikut Kristus. Ukuran “Kristen” atau “bukan Kristen” standar ukurannya jelas adalah Alkitab dan kata-kata Yesus. Jika seseorang berani mengaku Kristen namun ajarannya tidak didasarkan dari Alkitab / kata-kata Yesus, maka hakikatnya orang tersebut adalah Kristen Palsu (Pengikut Yesus Palsu). Jika Yesus dan para rasul tidak pernah mengajarkan Tritunggal, kemudian ada seseorang yang mengaku pengikut Yesus dan pengikut para rasul tapi kemudian gencar mengajarkan Tritunggal (ajaran baru tidak pernah diajarkan oleh Yesus!), maka ajaran orang tersebut telah menyimpang dari ajaran Yesus / para rasul. Yesus dan para nabi serta rasul tidak pernah mengajarkan Tritunggal, sementara Stephen Tong berkeras mengajarkan Tritunggal yang tidak Alkitabiah. Artinya jelas Stephen Tong bukan pengikut Yesus / para nabi / para rasul! Tong hanyalah pengikut filsafat-filsafat (teori)-nya sendiri! Tong bukan Kristen sejati, maka jika Tong berani mengklaim Unitarian (Kristen Liberal, Mormon, Saksi Yehova, dan agama lain yang tidak percaya Tritunggal termasuk Islam) sebagai “sesat”, hal itu hanyalah seperti “maling yang teriak maling”.
Jadi siapa yang sesat sebenarnya? Agar tidak terjadi fitnah yang berkembang tanpa dasar yang jelas dalam masyarakat, saya sangat berharap Stephen Tong bersedia “dialog/debat terbuka” dengan Unitarian (Saya&Tim) untuk membuktikan tuduhannya di muka umum. Ayo Stephen Tong, jangan cuma jadi tong kosong yang berbunyi nyaring di komunitas gereja anda saja, kalau anda merasa benar dan tidak fitnah, bicaralah di depan wartawan-wartawan, di depan orang-orang Islam, di depan kami (Unitarian), di depan umum! Silahkan saja jika Tong mengklaim kami (Unitarian) sesat, dan sebaliknya kami (Saya & Tim Unitarian) akan buktikan bahwa ajaran Tritunggal Stephen Tong bukan ajaran Kristen, bukan ajaran Yesus, bukan ajaran Alkitab, melainkan ajaran Iblis yang menyamar sebagai malaikat terang!
“Ketahuilah sahabatku, bahwa Tritunggal dilahirkan lewat tiga ratus tahun setelah diberikannya Injil purba; ia (doktrin Tritunggal) dikandung dalam ketidakpahaman, dimunculkan dan dipertahankan oleh kekejaman”- Anthony Buzzard dalam bukunya: The Doctrine of the Trinity.
Encyclopedia Americana mengatakan bahwa doktrin Tritunggal bukan ajaran Kristen! :
“Kekristenan berasal dari Yudaisme, dan Yudaisme adalah Unitarian ketat. Jalan yang membimbing dari Yerusalem ke [konsili] Nicea samasekali tidak lurus. Trinitarianisme abad ke-4 tidak mencerminkan secara akurat ajaran Kristen purba mengenai kodrat Allah; sebaliknya [Trinitas] adalah penyimpangan dari ajaran [Kristen purba] itu. …”- Encyclopedia Americana.
“Asal usul Tritunggal (Trinitas) sepenuhnya kafir”- The Paganism in Our Christianity.
Tuesday, July 22, 2008
Sunday, July 20, 2008
MEREKA BILANG ALKITAB SAYA PALSU!
MEREKA BILANG ALKITAB SAYA PALSU!
BACAAN KHUSUS DEWASA (Tulisan ini adalah pledoi terhadap golongan Islam fundamentalis-fanatik yang sering menyerang Alkitab. Tulisan ini BUKAN DITUJUKAN bagi kaum Islam yang moderat, terbuka, lebih suka mencari titik temu "kalimatun sawa" daripada perbedaan-perbedaan, serta yang menghormati Alkitab)
Pengantar:
Jujur saja, sebenarnya saya tidak ingin menyajikan tulisan yang tajam ini, namun karena serangan membabi buta terhadap Alkitab oleh oknum-oknum tertentu yang kerap menghina Alkitab dengan mengatas namakan pengikut Al Quran dan Muhammad, maka saya -dengan berat hati- merasa perlu menuliskan artikel ini. Dalam buku-buku saya yang telah terbit, tentu dapat dilihat bahwa saya sangat menghormati Al Qur'an-Hadits dan Muhammad, namun sayangnya, orang yang berseberangan dengan saya ternyata tidak menghormati Alkitab saya, bahkan sangat melecehkan. Saya (serta banyak golongan sahabat saya dari islam) lebih menyukai "kalimatun sawa", tetapi "kaum fanatik fundamentalis" (yang mengaku islam juga)tampaknya lebih suka bertikai dengan cara menyerang Alkitab saya.
Seringkali ketika membaca buku saya (judul MENJAWAB DOKTRIN TRITUNGGAL), beberapa orang (yang mengaku "Islam", yang fundamentalis) memuji-muji (menyanjung-sanjung)saya. Mereka memuji-muji saya karena buku tersebut (oleh beberapa orang tertentu) dianggap menguntungkan gerakan Islamisasi mereka guna meruntuhkan doktrin Trinitas Kristen. Namun, ketika mereka membaca yang judul KASUS BESAR YANG KELIRU atau ALLAH DALAM ALKITAB & ALQURAN, beberapa (sebagian kecil kaum fundamentalis fanatik) dari mereka bukannya memuji atau memberi kritik yang santun, sebaliknya mereka marah bahkan mengumpat saya. Umumnya mereka mengumpat saya karena tidak setuju dengan argumen-argumen yang saya dasarkan dari Alkitab yang menjelaskan di antaranya tentang: Hari Sabat, Penyaliban dan kebangkitan Yesus, Yesus adalah Malakh, serta istilah Anak Allah. Mereka tidak setuju dengan kebenaran Sabat, Penyaliban Yesus, Yesus Malaikat, Yesus anak Allah, padahal semua hal tersebut jelas-jelas diungkap dalam banyak ayat yang bertaburan di Taurat-Injil (Alkitab). Mereka berkeras bahwa semua hal yang diungkapkan dalam Alkitab itu (khususnya tentang Sabat, Penyaliban Yesus, istilah anak Allah) semuanya bertentangan dengan AlQuran!
Dengan menolak hal-hal tersebut, artinya mereka jelas menolak kesaksian Alkitab. Setelah saya tanyakan secara baik-baik mengapa menolak kesaksian Alkitab, dengan lugas dan tampak ingin menyakiti hati saya [walau pun kenyataannya hati saya bukan milik saya tapi milik Allah] mereka menjawab: karena Alkitabmu palsu!
Beberapa klaim Mereka:
“Frans Donald, kalau mau dapat kebenaran, anda harus meninggalkan Alkitab anda! Alkitab anda palsu!”
“Hei Frans Donald, sebagai seorang Kristen, kasihan sekali anda, karena Alkitabmu palsu. Kecian deh lu!”
“Wahai kristen bodoh, jangan sembarang nulis buku, ya! Buku-bukumu sesat semua, kok berani-beraninya kamu menyandingkan ayat-ayat Al Qur’an yang suci dengan ayat Alkitabmu yang sesat, bertobatlah! Yang benar hanya Al Qur’an saja, tidak ada yang lain!”
“Alkitabmu palsu, Frans! Harus kamu sadari Taurat atau Injil yang asli sekarang sudah tidak ada, Alkitab yang beredar sekarang tinggal yang palsu karena yang asli sudah dirusak dan hilang lenyap!”
Memang, banyak juga pujian-pujian atau apresiasi positif dari para pembaca buku-buku yang telah saya tulis selama ini (umumnya mereka orang islam-kristen yang terbuka dan menghormati kebebasan berpikir), tapi juga tidak bisa dibilang sedikit orang yang mengapresiasinya dengan nada-nada negatif. Mereka mengkritik pedas, mencerca, mengutuk dan menghujatnya.
Beberapa orang (yang mengaku Islam dan beriman pada Al Qur’an, tetapi tampaknya bukan islam sejati) menghubungi saya dan langsung menyerang dengan statement membabi buta bahwa Alkitab Nasrani (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) yang ada sekarang adalah kitab Palsu. Mereka bilang, Taurat dan Injil yang asli kini sudah tidak ada lagi (sudah lenyap) karena sudah diubah alias digantikan dengan Injil-Injil palsu ciptaan manusia!
Meskipun sebenarnya -kalau mau jujur- tuduhan “Alkitab Nasrani palsu” secara hukum hanya akan sah jika disertai dengan bukti adanya Alkitab yang asli, namun walaupun -sampai tulisan ini saya tulis- mereka tidak pernah bisa menunjukkan mana Taurat-Injil yang asli, tapi mereka bersikukuh bahwa yang tinggal sekarang hanyalah yang mutlak palsu. Mereka mengklaim bahwa kini kitab yang asli 100% hanyalah Al Qur’an saja, tak ada yang lain!
Mari kita Jawab
Saya mendaftar ada beberapa ayat-ayat Al Qur’an yang biasanya dijadikan senjata oleh orang-orang “penyerang Alkitab” (yang mengaku Islam, namun tampaknya bukan islam sejati) itu untuk mengklaim kepalsuan Alkitab, di antaranya ada beberapa ayat yang dipakai, dan berikut tanggapan Saya:
1.“Allah membenarkan apa yang ada pada bani Israil (Taurat). Janganlah mereka mengingkari dan jangan menukarkan ayat-ayat-Nya. Janganlah mereka mencampuradukkan yang hak dengan yang batil dan jangan sembunyikan kebenaran” (QS.2:41-42).
Tanggapan saya: Ayat tersebut memang melarang orang Yahudi untuk tidak mengingkari atau menukar ayat-ayat Allah, tapi ayat tersebut samasekali tidak ada indikasi yang bisa dijadikan dasar kuat untuk mengklaim bahwa Taurat-Injil yang asli telah lenyap, tidak demikian. Ayat tersebut lebih menekankan agar orang-orang Yahudi yang sudah tau kebenaran yang ada pada Taurat janganlah menyembunyikan kebenarannya itu.
2.“Segolongan mereka mengubah firman Allah setelah mengetahuinya” (QS.2:75). “Orang-orang yang menulis Alkitab dengan tangan mereka sendiri, tetapi mengatakan ”Ini dari Allah”, demi memperoleh keuntungan yang sedikit” (QS.2:79).
Tanggapan saya: Ya, saya setuju bahwa bisa dikatakan memang ada ayat dalam Alkitab yang telah berubah, tapi harus segera digaris bawahi dengan tebal bahwa, perubahan yang ada adalah berupa penambahan atau penyisipan ayat, bukan pengurangan atau penghilangan ayat! Artinya Taurat-Injil yang asli tetap ada, dan tidak mungkin berubah substansi (hakikat)nya. Perlu saya tegaskan bahwa: ayat-ayat Taurat-Injil yang asli tidak mungkin hilang justru bisa kita ketahui dari kesaksian Al Qur’an juga. Jika Taurat-Injil yang asli telah hilang atau dipalsukan samasekali, maka Al Qur’an akan otomatis menjadi palsu juga. Tentang hal ini nanti di bahasan berikutnya akan anda temui alasan-alasannya mengapa saya katakan jika Taurat–Injil yang asli telah hilang maka konsekwensinya adalah ayat Al Qur’an juga pasti palsu atau dusta.
3.“Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah, … mengapa kamu mencampuradukan yang benar dengan yang batil, dan menyembunyikan yang benar, padahal kamu mengetahuinya?” (QS. 3:70-71). “Segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Alkitab supaya kamu mengiranya itu sebagian dari Alkitab, padahal bukan dari Alkitab...Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedang mereka mengetahuinya” (QS. 3:78). “Sebagian dari orang-orang Yahudi merobah-robah kalimat-kalimat dari tempat-tempatnya … dengan memutar lidah mereka dan mencela agama …” (QS. 4:46). “Orang-orang Nashara (Nasrani) sengaja melupakan sebagian dari apa yang telah diperingatkan Allah kepada mereka” (QS. 5:14). “Ahli Kitab [Yahudi-Nasrani] banyak yang menyembunyikan isi Alkitab dan membiarkannya” (QS. 5:15).
Tanggapan saya: Kalau kita kritis dan teliti dengan seksama kesaksian ayat-ayat tersebut, justru ayat-ayat tersebut jelas membuktikan bahwa Taurat-Injil yang asli jelas benar-benar masih ada sehingga bisa dikatakan bahwa: sebagian orang berupaya menyembunyikan. Kalau tidak ada yang asli mana mungkin dikatakan bahwa sebagian orang menyembunyikannya, bukan? Ayat-ayat tersebut sama sekali tidak mengklaim bahwa Taurat-Injil yang asli sudah hilang, ayat tersebut hanya bilang bahwa ada sebagian orang yang merubah – berkata dusta – menyembunyikan – melupakan isi dari Alkitab. Yang palsu atau berubah adalah ajaran orang-orang / tokoh-tokoh agamanya, bukan kitab sucinya. Dari ayat tersebut jelas Muhammad tidak mempersoalkan asli tidaknya Taurat-Injil, tetapi yang dikecam adalah orang-orang pembaca Taurat-Injil yang merubah ajaran, berkata dusta, munafik, memutar balikkan kebenaran, sengaja melupakan, dsbnya. Muhammad tidak pernah berkata bahwa Taurat-Injil asli sudah tidak ada, yang Muhammad serang adalah ajaran oknum-oknum Yahudi-Nasrani yang munafik, bukan kitab sucinya! Muhammad tidak pernah memperingatkan adanya Taurat-Injil yang palsu, sebaliknya Muhammad justru membenarkan kebenaran Taurat-Injil yang sudah jauh ada sebelum dia lahir. Sekali lagi saya tegaskan, Muhammad [seperti kecaman yang juga pernah dilakukan oleh Yesus kepada ahli-ahli taurat] kala itu sedang memberi peringatan keras terhadap penyelewengan-penyelewengan ajaran Taurat-Injil. Jelas, penyelewengnyalah yang dikecamnya, bukan palsunya Taurat-Injil yang beredar!
Lagi-lagi Saya Bantah
Pada tulisan-tulisan berikut, kita akan membahas lebih tajam lagi. Benarkah Alkitab (Perjanjian Lama & Perjanjian Baru), yang ada kini Palsu samasekali?
Kita akan menganalisanya lebih jauh. Saya akan buktikan bahwa klaim para penyerang Alkitab tersebut justru perlu dikaji ulang berdasar dari kesaksian Al Qur’an itu sendiri. Mereka mengklaim bahwa Alkitab yang mengandung firman Allah telah terpalsukan atau hilang atau digantikan atau ditukarkan dengan kitab lain karena ulah manusia. Yang asli telah lenyap, yang ada beredar kini hanya Taurat-Injil yang palsu, begitulah klaim mereka.
Pertanyaan-pertanyaan yang musti direnungkan.
Pada bagian ini, Saya akan mulai mengajak anda (pembaca) untuk mulai berpikir kritis dan tajam. Ayo, kita mulai dengan dua pertanyaan kunci.
Pertama. Kalau benar Alkitab sudah palsu samasekali, pertanyaan-pertanyaan penting yang harus bisa dijawab dengan akurat ilmiah dan tepat adalah: Mana Alkitab yang asli? Bukankah sesuatu hanya boleh dianggap palsu jika ada bukti tentang keberadaan yang asli? Tanpa bukti, suatu tuduhan hanyalah akan menjadi fitnah dusta besar penyebar petaka!
Kedua. Jika telah dipalsukan, kapankah masa dilakukannya pemalsuan tersebut, apakah sebelum munculnya Islam di Arab atau sesudahnya? Perlu diketahui saudara-saudari pembaca semua, hingga saat ini -sepengetahuan saya- tidak ada satupun pakar “penyerang Alkitab” dari Islam yang dapat memberikan jawaban memuaskan atas pertanyaan yang sangat sederhana ini. Mereka tidak mau dan memang tidak bisa menjawab, sebab andaikan mau dijawab ”pemalsuan Alkitab terjadi sebelum Islam muncul di Arab”, maka akan menjadi sangat aneh mengapa bertebaran banyak ayat di Al Qur’an justru membenarkan Alkitab dan memerintahkan orang-orang untuk mengimaninya? Artinya kalau Taurat-Injil yang asli sudah tidak ada di zaman Muhammad, maka perintah Al Qur’an yang menyuruh orang beriman pada Taurat-Injil adalah perintah yang salah, karena mana mungkin Allah menyuruh orang untuk beriman pada kitab-kitab yang telah palsu / telah lenyap! Sebaliknya kalau dijawab “pemalsuan Alkitab terjadi sesudah Islam muncul di Arab”, maka serta merta para ‘penyerang Alkitab’ tersebut akan dipermalukan oleh dua hal, pertama: fakta-fakta sejarah yang akurat membuktikan bahwa: naskah-naskah Alkitab yang telah final terkanonisasi* dengan baik (dan hakikatnya sama dengan Alkitab yang beredar hari ini) sudah tersimpan rapi dalam gereja dan museum-museum dunia ratusan tahun jauh sebelum datangnya islam di tanah Arab; kedua: kalau memang pemalsuan Alkitab terjadi setelah Islam muncul, maka itu artinya Al Qur’an adalah kitab yang palsu dan dusta, sebab Al Qur’an sendiri bersaksi-janji bahwa ayat-ayat Allah (tentu termasuk Alkitab yang berisi Taurat-Injil) tidak seorang pun yang sanggup mengubahnya!
(*Catatan: kanon, berasal dari bahasa Yunani yang artinya penggaris atau tongkat untuk mengukur. Maksudnya kata ‘kanon’ ini mengacu pada tolak ukur yang digunakan kepada naskah dalam Alkitab untuk selanjutnya disebut sebagai inspirasi dari Firman Allah.)
Statement yang berteori bahwa “Alkitab yang asli sudah lenyap seluruhnya sebab sudah dipalsukan, dan kini yang ada tinggal hanyalah yang palsu” ini adalah suatu statement pemutar balikkan fakta, suatu teori ciptaan Iblis! Mengapa saya katakan teori ciptaan Iblis? Karena teori itu adalah teori yang melawan kesaksian Allah yang (justru menurut Al Quran) menjamin bahwa ayat-ayat-Nya tidak dapat dirubah atau dihilangkan oleh siapapun juga. Artinya, jika anda percaya bahwa ayat-ayat Allah (Taurat-Injil) bisa dihilangkan atau dipalsukan oleh manusia, padahal Iblis atau setan sekalipun tidaklah dapat merubah atau menghilangkan Firman Allah. Maka kalau sampai ada sesuatu yang disebut sebagai “alkitab asli” tetapi nyatanya kini “alkitab asli” tersebut telah lenyap oleh karena suatu alasan sebab apa pun juga, maka dapat dipastikan “alkitab asli” yang telah lenyap itulah yang sebenarnya palsu adanya! Ketidak eksisannya atau kelenyapannya dari peredaran justru membuktikan kitab itu TIDAK DIJAGA OLEH ALLAH karena MEMANG TIDAK MENGANDUNG KEBENARAN FIRMAN ALLAH!
Iblis tidak berkuasa melenyapkan Alkitab, makanya dia hanya bisa berdusta dengan menyebarkan kabar bohong yaitu “Alkitab yang asli sudah lenyap sebab sudah dipalsukan, dan kini yang ada tinggal hanyalah yang palsu”. Itu teori iblis.
Makin dihambat, makin merambat
Sejarah pun membuktikan, Alkitab tidak pernah berhasil dilenyapkan oleh ulah manusia, karena ia mengandung pernyataan dan Firman Allah yang kekal. Semakin dihambat semakin merambat. Sangat banyak terbitan-terbitan Alkitab telah berusaha dimusnahkan, dinyatakan ilegal, kitab sesat, dilarang dibaca, bahkan ribuan eksemplar Alkitab pernah dibakar orang dan negara. Begitu banyak penyebar-penyebarnya telah disiksa-aniaya, dibunuh atau dibungkam dengan dijebloskan ke dalam penjara. Tetapi Firman Allah yang kekal makin terbukti tidak bisa disembunyikan atau dihilangkan seperti tuduhan sejumlah orang, malahan tahun demi tahun penyebaran Alkitab makin meluas keseluruh penjuru dunia. Bak peribahasa “Mati satu tumbuh seribu”. 1 Alkitab dibakar 1 juta eksemplar dicetak. Setiap tahun jutaan eksemplar Alkitab terus dicetak ulang dalam berbagai versi dan bahasa.
Renungkanlah hal ini saudaraku. Sederhanalah saja, andaikan kitab yang berisi Firman Allah bisa hilang lenyap dari peredaran, maka kita justru patut mencurigai bahwa itu bukanlah kitab Firman Allah yang kekal, melainkan hanya kalimat buatan manusia yang fana belaka.
Ayo, kita buktikan lebih jauh!
Saya setuju bahwa ada beberapa ayat di Alkitab yang memang telah ditambahkan / disisipkan (bukan dihilangkan atau dikurangi!) oleh oknum-oknum tertentu, tapi jelas tidak mungkin jika kini ayat-ayat Taurat-Injil yang asli kini telah menjadi hilang samasekali atau berubah subtansinya. Itu sungguh tidak mungkin! Saya akan buktikan bahwa andaikan Alkitab yang ada kini secara subtansi palsu adanya, maka artinya substansi Al Qur’an justru akan menjadi lebih palsu lagi! Klaim bahwa “Alkitab asli sudah tidak ada samasekali” ternyata justru telah terpatahkan oleh kesaksian Al Qur’an sendiri. Untuk itu mari kita cermati dengan jujur kesaksian-kesaksian Al Qur’an berikut ini:
1.Dalam QS.5:68 Allah memerintahkan: Katakanlah “Hai ahli kitab (Yahudi-Nasrani) tidaklah kamu berada atas suatu kebenaran hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu …”. Ayat tersebut tegas memerintahkan Muhammad untuk menyuruh orang (entah siapapun mereka) supaya menegakkan Taurat-Injil. Nah, bagaimana mungkin orang bisa melaksanakan perintah Allah di QS. 5:68 tersebut andaikan benar Taurat-Injil yang asli sudah tidak ada? Mana bisa Taurat-Injil ditegakkan jika Taurat-Injil yang asli sudah tidak ada lagi? Artinya jelas, jika benar Taurat-Injil yang asli sudah tidak ada, berarti perintah Al Qur’an surat 5:68 tersebut adalah perintah Allah yang salah, yang artinya akan menyusul pada suatu kesimpulan bahwa Al Qur’an adalah salah! Dilema terbesar bagi “orang islam penyerang Alkitab” adalah justru ketika Allah sendiri yang menempatkan Taurat & Injil itu sebagai rujukan kebenaran bagi Muhammad serta pengikutnya. Dengan demikian konsekwensinya jelas, sekali Alkitab dituduh palsu maka otomatis palsu pulalah Al Qur’an itu dengan sendirinya!
2.Perhatikan perintah Allah dalam ayat berikut: QS. 4:136 “Hai orang-orang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan beriman kepada kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya dan kitab yang diturunkan sebelumnya. Dan barangsiapa yang ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sungguh dia telah sesat dengan kesesatan yang jauh”. Perhatikan dengan teliti ayat tersebut. Di situ juga dikatakan dengan tegas bahwa Allah memerintah supaya pengikut Muhammad beriman kepada kitab yang diturunkan sebelumnya, jelas di sini kitab yang dimaksud dengan “kitab yang diturunkan pada rasul-Nya dan kitab sebelumnya” adalah Taurat dan Injil. Jika benar Taurat dan Injil yang asli sudah tidak ada lagi, maka secara langsung artinya jelas bahwa Allah telah salah dalam memberi perintah pada pengikut Muhammad (Otomatis ayat Qur’an tersebut juga salah). Konsekwensinya, kesalahan Al Qur’an akan menjadi dobel-dobel, pertama, Al Qur’an salah karena telah memerintahkan umat-Nya untuk beriman pada kitab Taurat-Injil, sementara Taurat-Injil yang asli sudah tidak ada. Kedua, berarti Allah di Al Qur’an tidak sanggup menjaga ayat-ayat-Nya, padahal pernah berjanji untuk menjaganya. Allah macam apa itu, tidak dapat menjaga ayat-ayat yang pernah diturunkan-Nya + memberikan perintah salah yang tidak mungkin dilakukan umat-Nya?!
3.QS. 10:64 berkata: “..Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat Allah..”. Nah, di sini akan nampak jelas, kalau ada orang mengaku beriman pada kesaksian Al Qur’an, tetapi kemudian berkata bahwa Taurat-Injil (yang jelas berisi kalimat-kalimat Allah) sudah berubah samasekali (subtansinya yang asli sudah hilang), orang tersebut justru sebenarnya jelas-jelas kembali mengingkari kesaksian Al Qur’an yang tegas berkata bahwa TIDAK ADA PERUBAHAN BAGI KALIMAT-KALIMAT ALLAH!
4.QS. 6:34 juga berkata: “…Tiada seorang pun yang dapat menukar kalimat-kalimat Allah..” Al Qur’an tegas bersaksi bahwa tidak ada seorang pun yang dapat menukar atau mengganti (memalsukan substansi) kalimat-kalimat Allah. Sedangkan ayat-ayat Qur’an yang lain mengatakan bahwa umat pengikut Muhammad harus beriman pada Taurat dan Injil (Bandingkan QS. 2:136, QS. 3:84). Nah, bukankah Taurat dan Injil jelas berisi kalimat-kalimat Allah, maka jikalau benar kini kitab Taurat-Injil sudah ditukar dengan injil-injil yang palsu, berarti otomatis ayat QS. 6:34 tersebut tidak bisa dipercaya! Al Qur’an bersaksi bahwa kalimat-kalimat Allah (termasuk Injil) TIDAK SEORANG PUN DAPAT MENUKARNYA, sementara beberapa orang mengklaim bahwa Injil sudah dipalsukan. Nah, konsekwensinya akan jelas, salah satu dari dua hal tersebut pasti salah. Al Qur’an yang salah, atau klaim orang tersebut yang salah? Pikirkanlah, saudaraku.
5.Perhatikan juga ayat QS. 48:23 yang berkata: “Ketentuan Allah yang telah berlaku sejak dahulu dan engkau tiada akan mendapati perubahan bagi ketentuan Allah”. Taurat-Injil jelas di dalamnya berisi ketentuan-ketentuan Allah, jika ketentuan-ketentuan Allah yang tertuang dalam Taurat-Injil ternyata telah ditukar atau dipalsukan, maka Allah telah gagal menjaga ayat-ayatnya, dengan demikian kesaksian Al Qur’an 6:34 dan 10:64 yang berkata bahwa “kalimat-kalimat Allah tidak dapat ditukar oleh seorang pun” juga adalah ayat palsu! Konsekwensinya jelas, jika kalimat-kalimat Allah dalam Taurat-Injil adalah palsu atau telah diubah oleh seseorang, maka dengan sendirinya kesaksian Al Qur’an juga palsu!
6.QS. 5: 44, 46 berkata: “Sesungguhnya Kami (Allah dengan mengutus malaikat-Nya) telah menurunkan Taurat, di dalamnya berisi petunjuk dan cahaya, … Kitab Injil sedang di dalamnya ada petunjuk dan cahaya, dan membenarkan kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa”. Nah, kalau kita camkan ayat tersebut, maka klaim yang mengatakan bahwa Taurat-Injil sudah dipalsukan, terlebih lagi dilenyapkan, maka klaim itu = menghina Allah! Mengapa saya katakan menghina Allah? Orang-orang tersebut jelas menghina Allah karena menganggap bahwa Taurat yang berisi kalimat-kalimat dlam Taurat-Injil yang mengandung petunjuk dan cahaya Allah tersebut telah hilang lenyap. Taurat-Injil yang asli dianggap hilang, kalimat-kalimat petunjuk dan cahaya dari Allah telah hilang? Kasihan sekali Allahnya! Allah yang malang, lemah dan tidak sanggup menjaga Taurat-Nya. Seperti itukah Allah yang saudara sembah, tentu tidak, bukan?
7.Camkan pula ayat berikut: QS. 10:94 “Maka jika engkau (Muhammad) dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka TANYAKANLAH KEPADA ORANG-ORANG YANG MEMBACA KITAB SEBELUM ENGKAU…”. Al Qur’an bersaksi memerintah Muhammad: jika Muhammad ragu, maka Allah menyuruhnya bertanya pada orang-orang yang membaca kitab suci sebelum Muhammad, siapakah orang-orang yang membaca kitab sebelum Muhammad? Apakah itu orang-orang Arab jahilliyah yang kafir dengan kitab-kitab kekafirannya? Tentu tidak. Yang dimaksud pasti orang-orang Yahudi dan Nasrani dengan kitabnya Taurat-Injil. Nah, kalau andai saat itu Taurat-Injil yang asli sudah tidak ada, maka sangat tidak masuk akal jika Allah menurunkan perintah semacam itu pada Muhammad, bukan? Tidak mungkin Allah menyuruh Muhammad untuk berkonsultasi kepada ahli kitab yang beriman pada Taurat-Injil yang telah palsu. Dan perlu dikritisi, kalau Alkitab sudah dipalsukan orang sebelum Muhammad lahir, tentu ayat-ayat Al Qur’an tidak akan memerintahkan Muhammad dan pengikutnya untuk beriman pada Taurat-Injil. Sementara kalau kemudian mereka mengklaim bahwa Taurat-Injil di zaman Muhammad masih asli tetapi setelah tahun 700an sepeninggal Muhammad baru dipalsukan oleh orang-orang kristen, wah …disamping menentang dalil Al Qur’an sendiri yang menjamin bahwa ayat-ayat Allah pasti terjaga, tuduhan tersebut juga akan jelas kelihatan sangat ngawur sekali, karena terjemahan Taurat-Injil yang ada kini jelas sama substansinya dengan naskah-naskah yang tersimpan rapi sejak tahun 400an dalam gereja-gereja dan museum-museum dunia jauh sebelum Muhammad lahir!
8.Kesaksian QS. 2:136, 3:84. Katakanlah, ”Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak-anaknya...Musa dan Isa dan para nabi... Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka...” . Perlu dipikirkan dari ayat tersebut: Jika Allah tidak melakukan pembedaan kepada nabi dan rasulnya, maka masuk akalkah jika kemudian Allah membedakan perlakuan-Nya terhadap kitab-kitab-Nya, di mana yang satu tetap terjaga keasliannya sementara yang lainnya diterlantarkan tak terjaga sehingga telah begitu mudah dipalsukan dan hilang samasekali akibat ulah segelintir manusia? Andaikan ada Allah yang hanya sanggup menjaga keaslian Al Qur’an saja sementara Taurat-Injil tidak, maka Allah yang seperti itu adalah Allah palsu hasil dogma palsu buatan manusia!
Tanya:
Jika Alkitab-Injil benar tidak terpalsukan, mengapa ada ayat-ayat dalam Alkitab yang jelas-jelas berbeda ketika menceritakan hal yang sama, misal perbedaan angka-angka dalam beberapa ayat di Perjanjian Lama jelas berbeda, apakah Firman Allah bisa lupa sehingga berbeda?
Jawab:
Seperti telah Saya jelaskan, Alkitab berisi Firman Allah, tetapi jangan lupa dan musti dipahami betul bahwa Alkitab bagaimanapun bukanlah suatu kitab yang turun dari sorga dengan bersampul kulit yang indah bertaburan permata dan dihiasi halaman-halaman menyilaukan mata yang disepuh emas perak serta turunnya diringi para malaikat-malaikat bersayap. Alkitab adalah kitab yang sangat manusiawi yang tentunya akan memantulkan gaya khas dari masing-masing penulisnya yang dipengaruhi oleh peradaban budaya dan tradisi pada zaman itu. Ia memang penulisannya diilhami dari hubungan manusia dengan Allah atau hubungan Allah dengan manusia, ia juga berisi kisah-kisah sejarah-sejarah manusia kala berhubungan dengan Allah, ekspresi iman, sajak-sajak manusia yang mengungkapkan hubungannya dengan Allah ataupun manusia dengan manusia lain, dan kisah-kisah para nabi lainnya, yang mana semuanya itu dicatat atau ditulis redaksionalnya oleh orang-orang dengan berbagai macam profesi atau latar belakang yang berlainan. Maka misalnya ketika para penulis itu kemudian sedikit mengalami ketidak sempurnaan redaksional di sana-sini tentu wajar saja, tanpa mengubah hakikat atau substansi pesan rohani yang hendak disampaikannya. Karena untuk hal-hal yang prinsipil tentu Allah tidak mungkin akan membiarkannya salah sehingga umatnya menjadi tersesat, bukan?
Tanya:
Tapi jika memang ada redaksional Alkitab yang salah, bukankah sangat beda dengan Al Qur’an yang 100% benar tanpa cacat cela baik secara substansi atau pun secara redaksional, karena ayat-ayatnya jelas adalah Firman Allah yang turun dari langit? Al Qur’an bagaimana pun pasti lebih asli dari Alkitab!
Jawab:
Benarkah Al Qur’an layak diklaim lebih asli dari Alkitab? Apakah klaim bahwa Al Qur’an adalah 100% Firman Allah yang turun dari langit yang 100% terhindar dari cacat cela, bisa disepakati oleh semua umat dan intelektual di kalangan Islam sendiri? Nyatanya tidak, artikel “Tajam” berikut ini Saya harap semoga bisa dikaji dengan hati tulus-ikhlas serta penuh kasih (hati yang wajib dimiliki seorang muslim sejati). Demikianlah artikelnya:
ASLIKAH AL QUR’AN KITA?
(Mengkritisi kaum fundamentalis & fanatik)
Oleh: Mustafa Al Basrie
Pengantar“Bismillaahir rahmaanir rahiim”. Kefanatikan telah membutakan umah Allah, hingga menjadi umah yang bodoh serta terpuruk. Zaman ini banyak ‘orang-orang fanatik’ yang mati-matian (benar-benar berani mati!) mengklaim bahwa ayat-ayat Al Qur’an, yang terdiri dari 30 juz, 114 surah dan 6236 ayat, yang kini ada di zaman kita ini, adalah benar-benar murni 100% berisi kalimat-kalimat Allah yang turun dari langit tanpa campur tangan manusia. Hingga dipandang bahwa Al Qur’an adalah kitab yang tanpa salah dalam hal apapun juga!
Tetapi, pada kenyataannya, sementara kini tidak sedikit pula ‘orang-orang tidak fanatik’ (kaum intelektual / terpelajar muslim yang bernurani jujur) yang, sangat berbeda prinsip dengan kaum fanatik, berani terang-terangan membuktikan bahwa 6236-an ayat-ayat Al Qur’an yang ada sekarang, adalah tidak 100% (tidak murni) wahyu dari langit. Nah, tulisan ini akan menyajikan khusus pandangan-pandangan ilmiah dan teruji dari ‘orang-orang muslim terpelajar yang tidak fanatik’ tersebut.
Sebagaimana Nabi Muhammad ‘alaihi’sh-shalatu wassalam sendiri telah tegas dan gamblang mengatakan: al-din huwa al-‘aql la dina liman la ‘aqla lahu, yang artinya: “agama adalah akal, tidak ada agama bagi mereka yang tidak berakal!”. Bahkan di Qur’an sendiri dikatakan: “… dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya” (QS 10:100). Maka tulisan ilmiah (dan sangat bisa dipertanggung jawabkan) ini ditulis hanya ditujukan khusus kepada orang-orang muslim yang berakal budi, yang lebih mengutamakan akal sehatnya, pakai otak dan bukan emosi, apalagi otot!
JASMERAH (Jangan Sampai Melupakan Sejarah) Penulisan Al Qur’an
Orang yang melupakan sejarah akan menjadi orang “buta”. Para intelektual dan kaum terpelajar islam di berbagai dunia, yang paham sejarah, sangat paham bahwa kitab Quran (kitab “suci” Islam) yang saat ini ada di sekitar kita adalah bukanlah Al Qur’an yang murni 100% berisi kalimat Allah (atau pun wahyu “suci” yang turun dari langit). Tulisan dan kajian Muhammad Husain Haekal (penulis kitab “Sejarah Hidup Muhammad”, yang telah puluhan kali cetak ulang dan telah tersebar ke seluruh penjuru dunia) membuktikan bahwa naskah-naskah (surah-surah) Al Qur’an yang kini ada (yang konon terdiri dari 6666 atau 6236 ayat, entah mana yang tepat), sejatinya merupakan Qur’an made in (hasil pengumpulan) Mushaf Usman, dengan bantuan Zaid bin Thabit. (- Baca: “Sejarah Hidup Muhammad”, pen. Muhammad Husain Haekal, Litera AntarNusa, cetakan ke 29, 2003, halaman lxxvii - lxxviii -).
Surah-surah (-yang kini sering terlanjur dianggap sebagai ayat-ayat suci dari langit-) itu mulanya dikumpulkan oleh Zaid bin Thabit atas kehendak Abu Bakr dan Umar, dari segenap penjuru. Ada yang dari tulisan pada daun-daunan, tulisan pada batu-batu, tulisan pada tulang-tulang unta dan kambing, dan sebagian besar dari yang dihafal oleh orang-orang. Setelah beberapa waktu kemudian terjadilah perselisihan dan perbedaan-perbedaan paham mengenai “Quran” hasil kerja Zaid tersebut, juga terjadi perbedaan Quran versi orang-orang Suria dengan orang Irak. Bahkan Zaid juga sempat berselisih paham dengan sahabat-sahabatnya sendiri!
Nah, karena banyaknya perbedaan-perbedaan berbagai versi Quran-Quran tersebut, akhirnya Usman turun tangan, untuk mengumpulkan kembali naskah-naskah yang saling berbeda tersebut. Setelah selesai, maka naskah-naskah selebihnya dikumpulkan lagi atas perintah Usman lalu dibakar!
Tidak berbeda paham dengan Muhammad Husain Haekal, namun tampak lebih berani dan blak-blakan terus terang, Sumanto Al Qurtuby, intelektual muslim, dalam bukunya tegas mengatakan bahwa 6000-an ayat (yang kini ada dalam Al Qur’an di sekitar kita) adalah “kitab suci” bikinan Usman, yang penuh dengan intervensi kekuasaan Quraisy. (Baca: Lubang Hitam Agama, pen. Sumanto Al Qurtuby, Penerbit Rumah Kata).
Buku Lubang Hitam Agama (Mengkritik Fundamentalisme Agama, Menggugat Islam Tunggal) tersebut dengan tajam dan sangat ilmiah mengungkapkan bahwa:
(halaman 65-66:)…Al Qur’an yang dibaca oleh jutaan umat Islam sekarang ini adalah teks hasil kodifikasi untuk tidak menyebut “kesepakatan terselubung” antara Khalifah Usman (644-656M) dengan panitia pengumpul yang dipimpin Zaid bin Tsabit, sehingga teks ini disebut Mushaf Usmani. Kita pun tahu ada banyak teks Al Qur’an selain teks Usman ini. Arthur Jeffry, dalam Materials for the History of the Text of Al-Quran bahkan merekam keberadaan 15 mushaf primer para sahabat dan 13 mushaf sekunder generasi berikutnya yang kesemuanya merupakan cerminan dari keragaman tradisi teks dan bacaan pra Usman. Diantara sekian mushaf itu, ada empat mushaf paling berpengaruh; yakni (1) mushaf Ubay bin Ka’ab berpengaruh di Syria; (2) kodeks Abdullah bin Mas’ud berpengaruh di Kufah; (3) mushaf Abu Musa Al-Asy’ari berpengaruh di Bashrah; dan (4) kodeks Miqdad bin Aswad yang diikuti penduduk kota Hims.
Mushaf-mushaf Al-Quran para sahabat Nabi yang saling berpengaruh ini saling berbeda juga dengan mushaf resmi yang dikumpulkan pada masa Usman, mulai dari sekuensi dan jumlah surat sampai pada ortografis, teks dan bacaan (banyak sekali perbedaannya!). Popularitas mushaf-mushaf tersebut juga dengan jelas menafikan kemungkinan adanya pengumpulan resmi Al-Quran pada masa kekhalifahan Abu Bakar di samping berbagai alasan lainnya menyangkut kandungan riwayat pengumpulan pertama yang meragukan secara historis. Keragaman tradisi teks dan bacaan Al-Quran yang tampak dalam mushaf-mushaf otoritatif para sahabat ini belakangan mulai mengganggu kesatuan sosio-politik umat Islam sehingga Usman mengambil “kebijakan” melakukan standarisasi teks Al-Quran, dilanjutkan dengan pemusnahan teks-teks lainnya (dibakar!).
Sekalipun mendapat tentangan dari sejumlah sahabat nabi seperti Ibnu mas’ud dan Abu Musa Al-Asy’ari (dua sahabat senior yang mushafnya “ditendang” begitu saja oleh Usman), Mushaf Usmani belakangan berhasil membenamkan mushaf-mushaf sahabat yang berpengaruh ketika itu ke dalam limbo sejarah. Dengan dukungan otoritas politik kerajaan Umayah (Usman yang berkuasa selama 89 tahun dengan tangan besi), Daulah Abbasiyah (berkuasa lebih dari 400 tahun) serta mayoritas Muslim, mushaf ini (Quran made in Usman) berhasil memaparkan dirinya sebagai teks yang disepakati (textus receptus). Di bawah pengawalan ketat kekuasaan ditambah petuah-petuah para ulama tentang sakralitas bahasa Al-Quran (bahasa Arab dianggap bahasa suci alias bahasa surga), pelan tapi pasti, teks yang bernama Al-Quran ini kemudian menjadi “kitab suci” yang dimitoskan dan tak tersentuh. Abu Zayd (pemikir muslim yang diusir kemudian menetap di Belanda) bersama Arkoun (intelektual Aljazair yang hengkang dari negaranya dan tinggal di Perancis) menuding Muhammad Idris Syafi’i sebagai salah satu arsitek dan pionir dalam sakralisasi bahasa Al-Quran.
Maka, penjelasan Al-Quran sebagai “Firman Allah” sungguh tidak memadai justru dari sudut pandang internal (dari dunia Islam sendiri, bukan dari luar Islam!), yakni proses kesejarahan terbentuknya teks AL-Quran (dari komunikasi lisan ke komunikasi tulisan) maupun aspek material dari Al-Quran sendiri yang dipenuhi ambivalensi. Karena itu tidak pada tempatnya, jika ia disebut “Kitab Suci” yang disakralkan, dimitoskan.
Kesimpulan:
Jelas sekali sudah, ayat-ayat Quran yang saat ini ada pada kita, adalah bukan asli “wahyu Allah dari surga”, melainkan tulisan-tulisan hasil [produk] kodifikasi politis dari Usman, yang jelas-jelas penuh muatan kepentingan kekuasaan dan mengalami intervensi politik!
Bagi kaum muslimun dan muslimah, berpikirlah, gunakan akal-budimu, dan ingat peringatan Rasulullah: la dina liman la ‘aqla lahu, tidak ada agama tanpa akal! Wass.
Nah, itulah artikel yang pernah dikirimkan seseorang kepada saya, dan saya rasa cukup bisa menjawab kegundahan hati orang-orang yang bertanya-tanya “benarkah Al Qur’an lebih asli dari pada Alkitab?” Saya bersyukur dengan adanya artikel tersebut, setidaknya artikel itu bisa menjadi tambahan bahan kajian dan pemikiran bagi umat Islam di mana pun berada. Saya juga setuju dengan apa-apa yang ditulis oleh Mustafa Al Basrie tersebut, karena setelah Saya kroscek tulisan tersebut dengan dua buku yang menjadi sumber kajiannya, yaitu tulisan Muhammad Husain Haekal (Sejarah Muhammad) dan Sumanto Al Qurtuby (Lubang Hitam Agama), ternyata memang cocok, tidak ada yang dilebihkan tidak ada dikurangi.
Renungkanlah sobat-sobat!
Bahan untuk direnungkan!
Misal soal: Yesus benar mati disalib atau tidak?.
Dalam hal ini jelas dalam Alkitab banyak sekali bertaburan ayat-ayat yang jelas mengungkapkan bahwa Yesus mati disalib. Sedangkan Di AlQuran ada satu (benar-benar cuma satu! yaitu An Nisa 157) ayat "sulit" yang sering ditafsirkan bahwa Yesus tidak mati disalib (padahal penafsiran seperti itu terhadap ayat itu meragukan dan masih kontroversi).
Setelah menyimak semua tulisan diatas, renungkanlah sobat-sobat:
Seringkali dalam berlogika (pakai akal) saat mau mengukur kebenaran Taurat-Injil-Al Quran, saat berbicara tentang sesuatu tema (misal, tema penyaliban Yesus), Benarkah Yesus disalib? umumnya orang Islam (yang menolak penyaliban Yesus)akan mengklaim bahwa kitab Al Quran (An Nisa 157 sebagai satu-satunya ayat pegangan yang ditafsirkan bahwa Yesus tidak disalib) adalah satu-satunya ukuran yang paling benar, sementara posisi kitab Taurat-Injil (yang di dalamnya bertaburan ayat tentang penyaliban Yesus) musti ditundukkan dibawah penafsiran Al Quran. Menurut Saya hal tersebut jelas terbalik logikanya, sebab penulisan kitab Al Quran dilakukan jauh sekali setelah adanya kitab Taurat-Injil (Alkitab). Artinya sebagai kitab yang paling bungsu, Al Quran ketika ditafsirkan, tentu tidak boleh lari dari apa-apa yang tertuang dalam kitab-kitab yang lebih dulu ada [sebagai "kakak-kakaknya"] yaitu Taurat-Injil (Alkitab). Artinya: Dalam upaya menafsirkan sesuatu hal kebenaran, Bukan Alkitab yang harus tunduk di bawah penafsiran-penafsiran Al Qur’an, tetapi justru saat mau menafsirkan Al Qur’an, maka orang harus terlebih dulu tunduk (menggariskan, mengukurkan) pada kitab-kitab yang ditulis sebelum Al Qur’an yaitu Taurat-Injil! Kalau Anda jujur, tentu Kitab yang lebih lama (tua)-lah yang harus jadi tolak ukurnya, bukan yang baru! Sebagaimana Muhammad juga diperingatkan, jika Muhammad ragu/bingung, maka "tanyakanlah pada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu".
BACAAN KHUSUS DEWASA (Tulisan ini adalah pledoi terhadap golongan Islam fundamentalis-fanatik yang sering menyerang Alkitab. Tulisan ini BUKAN DITUJUKAN bagi kaum Islam yang moderat, terbuka, lebih suka mencari titik temu "kalimatun sawa" daripada perbedaan-perbedaan, serta yang menghormati Alkitab)
Pengantar:
Jujur saja, sebenarnya saya tidak ingin menyajikan tulisan yang tajam ini, namun karena serangan membabi buta terhadap Alkitab oleh oknum-oknum tertentu yang kerap menghina Alkitab dengan mengatas namakan pengikut Al Quran dan Muhammad, maka saya -dengan berat hati- merasa perlu menuliskan artikel ini. Dalam buku-buku saya yang telah terbit, tentu dapat dilihat bahwa saya sangat menghormati Al Qur'an-Hadits dan Muhammad, namun sayangnya, orang yang berseberangan dengan saya ternyata tidak menghormati Alkitab saya, bahkan sangat melecehkan. Saya (serta banyak golongan sahabat saya dari islam) lebih menyukai "kalimatun sawa", tetapi "kaum fanatik fundamentalis" (yang mengaku islam juga)tampaknya lebih suka bertikai dengan cara menyerang Alkitab saya.
Seringkali ketika membaca buku saya (judul MENJAWAB DOKTRIN TRITUNGGAL), beberapa orang (yang mengaku "Islam", yang fundamentalis) memuji-muji (menyanjung-sanjung)saya. Mereka memuji-muji saya karena buku tersebut (oleh beberapa orang tertentu) dianggap menguntungkan gerakan Islamisasi mereka guna meruntuhkan doktrin Trinitas Kristen. Namun, ketika mereka membaca yang judul KASUS BESAR YANG KELIRU atau ALLAH DALAM ALKITAB & ALQURAN, beberapa (sebagian kecil kaum fundamentalis fanatik) dari mereka bukannya memuji atau memberi kritik yang santun, sebaliknya mereka marah bahkan mengumpat saya. Umumnya mereka mengumpat saya karena tidak setuju dengan argumen-argumen yang saya dasarkan dari Alkitab yang menjelaskan di antaranya tentang: Hari Sabat, Penyaliban dan kebangkitan Yesus, Yesus adalah Malakh, serta istilah Anak Allah. Mereka tidak setuju dengan kebenaran Sabat, Penyaliban Yesus, Yesus Malaikat, Yesus anak Allah, padahal semua hal tersebut jelas-jelas diungkap dalam banyak ayat yang bertaburan di Taurat-Injil (Alkitab). Mereka berkeras bahwa semua hal yang diungkapkan dalam Alkitab itu (khususnya tentang Sabat, Penyaliban Yesus, istilah anak Allah) semuanya bertentangan dengan AlQuran!
Dengan menolak hal-hal tersebut, artinya mereka jelas menolak kesaksian Alkitab. Setelah saya tanyakan secara baik-baik mengapa menolak kesaksian Alkitab, dengan lugas dan tampak ingin menyakiti hati saya [walau pun kenyataannya hati saya bukan milik saya tapi milik Allah] mereka menjawab: karena Alkitabmu palsu!
Beberapa klaim Mereka:
“Frans Donald, kalau mau dapat kebenaran, anda harus meninggalkan Alkitab anda! Alkitab anda palsu!”
“Hei Frans Donald, sebagai seorang Kristen, kasihan sekali anda, karena Alkitabmu palsu. Kecian deh lu!”
“Wahai kristen bodoh, jangan sembarang nulis buku, ya! Buku-bukumu sesat semua, kok berani-beraninya kamu menyandingkan ayat-ayat Al Qur’an yang suci dengan ayat Alkitabmu yang sesat, bertobatlah! Yang benar hanya Al Qur’an saja, tidak ada yang lain!”
“Alkitabmu palsu, Frans! Harus kamu sadari Taurat atau Injil yang asli sekarang sudah tidak ada, Alkitab yang beredar sekarang tinggal yang palsu karena yang asli sudah dirusak dan hilang lenyap!”
Memang, banyak juga pujian-pujian atau apresiasi positif dari para pembaca buku-buku yang telah saya tulis selama ini (umumnya mereka orang islam-kristen yang terbuka dan menghormati kebebasan berpikir), tapi juga tidak bisa dibilang sedikit orang yang mengapresiasinya dengan nada-nada negatif. Mereka mengkritik pedas, mencerca, mengutuk dan menghujatnya.
Beberapa orang (yang mengaku Islam dan beriman pada Al Qur’an, tetapi tampaknya bukan islam sejati) menghubungi saya dan langsung menyerang dengan statement membabi buta bahwa Alkitab Nasrani (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) yang ada sekarang adalah kitab Palsu. Mereka bilang, Taurat dan Injil yang asli kini sudah tidak ada lagi (sudah lenyap) karena sudah diubah alias digantikan dengan Injil-Injil palsu ciptaan manusia!
Meskipun sebenarnya -kalau mau jujur- tuduhan “Alkitab Nasrani palsu” secara hukum hanya akan sah jika disertai dengan bukti adanya Alkitab yang asli, namun walaupun -sampai tulisan ini saya tulis- mereka tidak pernah bisa menunjukkan mana Taurat-Injil yang asli, tapi mereka bersikukuh bahwa yang tinggal sekarang hanyalah yang mutlak palsu. Mereka mengklaim bahwa kini kitab yang asli 100% hanyalah Al Qur’an saja, tak ada yang lain!
Mari kita Jawab
Saya mendaftar ada beberapa ayat-ayat Al Qur’an yang biasanya dijadikan senjata oleh orang-orang “penyerang Alkitab” (yang mengaku Islam, namun tampaknya bukan islam sejati) itu untuk mengklaim kepalsuan Alkitab, di antaranya ada beberapa ayat yang dipakai, dan berikut tanggapan Saya:
1.“Allah membenarkan apa yang ada pada bani Israil (Taurat). Janganlah mereka mengingkari dan jangan menukarkan ayat-ayat-Nya. Janganlah mereka mencampuradukkan yang hak dengan yang batil dan jangan sembunyikan kebenaran” (QS.2:41-42).
Tanggapan saya: Ayat tersebut memang melarang orang Yahudi untuk tidak mengingkari atau menukar ayat-ayat Allah, tapi ayat tersebut samasekali tidak ada indikasi yang bisa dijadikan dasar kuat untuk mengklaim bahwa Taurat-Injil yang asli telah lenyap, tidak demikian. Ayat tersebut lebih menekankan agar orang-orang Yahudi yang sudah tau kebenaran yang ada pada Taurat janganlah menyembunyikan kebenarannya itu.
2.“Segolongan mereka mengubah firman Allah setelah mengetahuinya” (QS.2:75). “Orang-orang yang menulis Alkitab dengan tangan mereka sendiri, tetapi mengatakan ”Ini dari Allah”, demi memperoleh keuntungan yang sedikit” (QS.2:79).
Tanggapan saya: Ya, saya setuju bahwa bisa dikatakan memang ada ayat dalam Alkitab yang telah berubah, tapi harus segera digaris bawahi dengan tebal bahwa, perubahan yang ada adalah berupa penambahan atau penyisipan ayat, bukan pengurangan atau penghilangan ayat! Artinya Taurat-Injil yang asli tetap ada, dan tidak mungkin berubah substansi (hakikat)nya. Perlu saya tegaskan bahwa: ayat-ayat Taurat-Injil yang asli tidak mungkin hilang justru bisa kita ketahui dari kesaksian Al Qur’an juga. Jika Taurat-Injil yang asli telah hilang atau dipalsukan samasekali, maka Al Qur’an akan otomatis menjadi palsu juga. Tentang hal ini nanti di bahasan berikutnya akan anda temui alasan-alasannya mengapa saya katakan jika Taurat–Injil yang asli telah hilang maka konsekwensinya adalah ayat Al Qur’an juga pasti palsu atau dusta.
3.“Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mengingkari ayat-ayat Allah, … mengapa kamu mencampuradukan yang benar dengan yang batil, dan menyembunyikan yang benar, padahal kamu mengetahuinya?” (QS. 3:70-71). “Segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Alkitab supaya kamu mengiranya itu sebagian dari Alkitab, padahal bukan dari Alkitab...Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedang mereka mengetahuinya” (QS. 3:78). “Sebagian dari orang-orang Yahudi merobah-robah kalimat-kalimat dari tempat-tempatnya … dengan memutar lidah mereka dan mencela agama …” (QS. 4:46). “Orang-orang Nashara (Nasrani) sengaja melupakan sebagian dari apa yang telah diperingatkan Allah kepada mereka” (QS. 5:14). “Ahli Kitab [Yahudi-Nasrani] banyak yang menyembunyikan isi Alkitab dan membiarkannya” (QS. 5:15).
Tanggapan saya: Kalau kita kritis dan teliti dengan seksama kesaksian ayat-ayat tersebut, justru ayat-ayat tersebut jelas membuktikan bahwa Taurat-Injil yang asli jelas benar-benar masih ada sehingga bisa dikatakan bahwa: sebagian orang berupaya menyembunyikan. Kalau tidak ada yang asli mana mungkin dikatakan bahwa sebagian orang menyembunyikannya, bukan? Ayat-ayat tersebut sama sekali tidak mengklaim bahwa Taurat-Injil yang asli sudah hilang, ayat tersebut hanya bilang bahwa ada sebagian orang yang merubah – berkata dusta – menyembunyikan – melupakan isi dari Alkitab. Yang palsu atau berubah adalah ajaran orang-orang / tokoh-tokoh agamanya, bukan kitab sucinya. Dari ayat tersebut jelas Muhammad tidak mempersoalkan asli tidaknya Taurat-Injil, tetapi yang dikecam adalah orang-orang pembaca Taurat-Injil yang merubah ajaran, berkata dusta, munafik, memutar balikkan kebenaran, sengaja melupakan, dsbnya. Muhammad tidak pernah berkata bahwa Taurat-Injil asli sudah tidak ada, yang Muhammad serang adalah ajaran oknum-oknum Yahudi-Nasrani yang munafik, bukan kitab sucinya! Muhammad tidak pernah memperingatkan adanya Taurat-Injil yang palsu, sebaliknya Muhammad justru membenarkan kebenaran Taurat-Injil yang sudah jauh ada sebelum dia lahir. Sekali lagi saya tegaskan, Muhammad [seperti kecaman yang juga pernah dilakukan oleh Yesus kepada ahli-ahli taurat] kala itu sedang memberi peringatan keras terhadap penyelewengan-penyelewengan ajaran Taurat-Injil. Jelas, penyelewengnyalah yang dikecamnya, bukan palsunya Taurat-Injil yang beredar!
Lagi-lagi Saya Bantah
Pada tulisan-tulisan berikut, kita akan membahas lebih tajam lagi. Benarkah Alkitab (Perjanjian Lama & Perjanjian Baru), yang ada kini Palsu samasekali?
Kita akan menganalisanya lebih jauh. Saya akan buktikan bahwa klaim para penyerang Alkitab tersebut justru perlu dikaji ulang berdasar dari kesaksian Al Qur’an itu sendiri. Mereka mengklaim bahwa Alkitab yang mengandung firman Allah telah terpalsukan atau hilang atau digantikan atau ditukarkan dengan kitab lain karena ulah manusia. Yang asli telah lenyap, yang ada beredar kini hanya Taurat-Injil yang palsu, begitulah klaim mereka.
Pertanyaan-pertanyaan yang musti direnungkan.
Pada bagian ini, Saya akan mulai mengajak anda (pembaca) untuk mulai berpikir kritis dan tajam. Ayo, kita mulai dengan dua pertanyaan kunci.
Pertama. Kalau benar Alkitab sudah palsu samasekali, pertanyaan-pertanyaan penting yang harus bisa dijawab dengan akurat ilmiah dan tepat adalah: Mana Alkitab yang asli? Bukankah sesuatu hanya boleh dianggap palsu jika ada bukti tentang keberadaan yang asli? Tanpa bukti, suatu tuduhan hanyalah akan menjadi fitnah dusta besar penyebar petaka!
Kedua. Jika telah dipalsukan, kapankah masa dilakukannya pemalsuan tersebut, apakah sebelum munculnya Islam di Arab atau sesudahnya? Perlu diketahui saudara-saudari pembaca semua, hingga saat ini -sepengetahuan saya- tidak ada satupun pakar “penyerang Alkitab” dari Islam yang dapat memberikan jawaban memuaskan atas pertanyaan yang sangat sederhana ini. Mereka tidak mau dan memang tidak bisa menjawab, sebab andaikan mau dijawab ”pemalsuan Alkitab terjadi sebelum Islam muncul di Arab”, maka akan menjadi sangat aneh mengapa bertebaran banyak ayat di Al Qur’an justru membenarkan Alkitab dan memerintahkan orang-orang untuk mengimaninya? Artinya kalau Taurat-Injil yang asli sudah tidak ada di zaman Muhammad, maka perintah Al Qur’an yang menyuruh orang beriman pada Taurat-Injil adalah perintah yang salah, karena mana mungkin Allah menyuruh orang untuk beriman pada kitab-kitab yang telah palsu / telah lenyap! Sebaliknya kalau dijawab “pemalsuan Alkitab terjadi sesudah Islam muncul di Arab”, maka serta merta para ‘penyerang Alkitab’ tersebut akan dipermalukan oleh dua hal, pertama: fakta-fakta sejarah yang akurat membuktikan bahwa: naskah-naskah Alkitab yang telah final terkanonisasi* dengan baik (dan hakikatnya sama dengan Alkitab yang beredar hari ini) sudah tersimpan rapi dalam gereja dan museum-museum dunia ratusan tahun jauh sebelum datangnya islam di tanah Arab; kedua: kalau memang pemalsuan Alkitab terjadi setelah Islam muncul, maka itu artinya Al Qur’an adalah kitab yang palsu dan dusta, sebab Al Qur’an sendiri bersaksi-janji bahwa ayat-ayat Allah (tentu termasuk Alkitab yang berisi Taurat-Injil) tidak seorang pun yang sanggup mengubahnya!
(*Catatan: kanon, berasal dari bahasa Yunani yang artinya penggaris atau tongkat untuk mengukur. Maksudnya kata ‘kanon’ ini mengacu pada tolak ukur yang digunakan kepada naskah dalam Alkitab untuk selanjutnya disebut sebagai inspirasi dari Firman Allah.)
Statement yang berteori bahwa “Alkitab yang asli sudah lenyap seluruhnya sebab sudah dipalsukan, dan kini yang ada tinggal hanyalah yang palsu” ini adalah suatu statement pemutar balikkan fakta, suatu teori ciptaan Iblis! Mengapa saya katakan teori ciptaan Iblis? Karena teori itu adalah teori yang melawan kesaksian Allah yang (justru menurut Al Quran) menjamin bahwa ayat-ayat-Nya tidak dapat dirubah atau dihilangkan oleh siapapun juga. Artinya, jika anda percaya bahwa ayat-ayat Allah (Taurat-Injil) bisa dihilangkan atau dipalsukan oleh manusia, padahal Iblis atau setan sekalipun tidaklah dapat merubah atau menghilangkan Firman Allah. Maka kalau sampai ada sesuatu yang disebut sebagai “alkitab asli” tetapi nyatanya kini “alkitab asli” tersebut telah lenyap oleh karena suatu alasan sebab apa pun juga, maka dapat dipastikan “alkitab asli” yang telah lenyap itulah yang sebenarnya palsu adanya! Ketidak eksisannya atau kelenyapannya dari peredaran justru membuktikan kitab itu TIDAK DIJAGA OLEH ALLAH karena MEMANG TIDAK MENGANDUNG KEBENARAN FIRMAN ALLAH!
Iblis tidak berkuasa melenyapkan Alkitab, makanya dia hanya bisa berdusta dengan menyebarkan kabar bohong yaitu “Alkitab yang asli sudah lenyap sebab sudah dipalsukan, dan kini yang ada tinggal hanyalah yang palsu”. Itu teori iblis.
Makin dihambat, makin merambat
Sejarah pun membuktikan, Alkitab tidak pernah berhasil dilenyapkan oleh ulah manusia, karena ia mengandung pernyataan dan Firman Allah yang kekal. Semakin dihambat semakin merambat. Sangat banyak terbitan-terbitan Alkitab telah berusaha dimusnahkan, dinyatakan ilegal, kitab sesat, dilarang dibaca, bahkan ribuan eksemplar Alkitab pernah dibakar orang dan negara. Begitu banyak penyebar-penyebarnya telah disiksa-aniaya, dibunuh atau dibungkam dengan dijebloskan ke dalam penjara. Tetapi Firman Allah yang kekal makin terbukti tidak bisa disembunyikan atau dihilangkan seperti tuduhan sejumlah orang, malahan tahun demi tahun penyebaran Alkitab makin meluas keseluruh penjuru dunia. Bak peribahasa “Mati satu tumbuh seribu”. 1 Alkitab dibakar 1 juta eksemplar dicetak. Setiap tahun jutaan eksemplar Alkitab terus dicetak ulang dalam berbagai versi dan bahasa.
Renungkanlah hal ini saudaraku. Sederhanalah saja, andaikan kitab yang berisi Firman Allah bisa hilang lenyap dari peredaran, maka kita justru patut mencurigai bahwa itu bukanlah kitab Firman Allah yang kekal, melainkan hanya kalimat buatan manusia yang fana belaka.
Ayo, kita buktikan lebih jauh!
Saya setuju bahwa ada beberapa ayat di Alkitab yang memang telah ditambahkan / disisipkan (bukan dihilangkan atau dikurangi!) oleh oknum-oknum tertentu, tapi jelas tidak mungkin jika kini ayat-ayat Taurat-Injil yang asli kini telah menjadi hilang samasekali atau berubah subtansinya. Itu sungguh tidak mungkin! Saya akan buktikan bahwa andaikan Alkitab yang ada kini secara subtansi palsu adanya, maka artinya substansi Al Qur’an justru akan menjadi lebih palsu lagi! Klaim bahwa “Alkitab asli sudah tidak ada samasekali” ternyata justru telah terpatahkan oleh kesaksian Al Qur’an sendiri. Untuk itu mari kita cermati dengan jujur kesaksian-kesaksian Al Qur’an berikut ini:
1.Dalam QS.5:68 Allah memerintahkan: Katakanlah “Hai ahli kitab (Yahudi-Nasrani) tidaklah kamu berada atas suatu kebenaran hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu …”. Ayat tersebut tegas memerintahkan Muhammad untuk menyuruh orang (entah siapapun mereka) supaya menegakkan Taurat-Injil. Nah, bagaimana mungkin orang bisa melaksanakan perintah Allah di QS. 5:68 tersebut andaikan benar Taurat-Injil yang asli sudah tidak ada? Mana bisa Taurat-Injil ditegakkan jika Taurat-Injil yang asli sudah tidak ada lagi? Artinya jelas, jika benar Taurat-Injil yang asli sudah tidak ada, berarti perintah Al Qur’an surat 5:68 tersebut adalah perintah Allah yang salah, yang artinya akan menyusul pada suatu kesimpulan bahwa Al Qur’an adalah salah! Dilema terbesar bagi “orang islam penyerang Alkitab” adalah justru ketika Allah sendiri yang menempatkan Taurat & Injil itu sebagai rujukan kebenaran bagi Muhammad serta pengikutnya. Dengan demikian konsekwensinya jelas, sekali Alkitab dituduh palsu maka otomatis palsu pulalah Al Qur’an itu dengan sendirinya!
2.Perhatikan perintah Allah dalam ayat berikut: QS. 4:136 “Hai orang-orang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan beriman kepada kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya dan kitab yang diturunkan sebelumnya. Dan barangsiapa yang ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sungguh dia telah sesat dengan kesesatan yang jauh”. Perhatikan dengan teliti ayat tersebut. Di situ juga dikatakan dengan tegas bahwa Allah memerintah supaya pengikut Muhammad beriman kepada kitab yang diturunkan sebelumnya, jelas di sini kitab yang dimaksud dengan “kitab yang diturunkan pada rasul-Nya dan kitab sebelumnya” adalah Taurat dan Injil. Jika benar Taurat dan Injil yang asli sudah tidak ada lagi, maka secara langsung artinya jelas bahwa Allah telah salah dalam memberi perintah pada pengikut Muhammad (Otomatis ayat Qur’an tersebut juga salah). Konsekwensinya, kesalahan Al Qur’an akan menjadi dobel-dobel, pertama, Al Qur’an salah karena telah memerintahkan umat-Nya untuk beriman pada kitab Taurat-Injil, sementara Taurat-Injil yang asli sudah tidak ada. Kedua, berarti Allah di Al Qur’an tidak sanggup menjaga ayat-ayat-Nya, padahal pernah berjanji untuk menjaganya. Allah macam apa itu, tidak dapat menjaga ayat-ayat yang pernah diturunkan-Nya + memberikan perintah salah yang tidak mungkin dilakukan umat-Nya?!
3.QS. 10:64 berkata: “..Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat Allah..”. Nah, di sini akan nampak jelas, kalau ada orang mengaku beriman pada kesaksian Al Qur’an, tetapi kemudian berkata bahwa Taurat-Injil (yang jelas berisi kalimat-kalimat Allah) sudah berubah samasekali (subtansinya yang asli sudah hilang), orang tersebut justru sebenarnya jelas-jelas kembali mengingkari kesaksian Al Qur’an yang tegas berkata bahwa TIDAK ADA PERUBAHAN BAGI KALIMAT-KALIMAT ALLAH!
4.QS. 6:34 juga berkata: “…Tiada seorang pun yang dapat menukar kalimat-kalimat Allah..” Al Qur’an tegas bersaksi bahwa tidak ada seorang pun yang dapat menukar atau mengganti (memalsukan substansi) kalimat-kalimat Allah. Sedangkan ayat-ayat Qur’an yang lain mengatakan bahwa umat pengikut Muhammad harus beriman pada Taurat dan Injil (Bandingkan QS. 2:136, QS. 3:84). Nah, bukankah Taurat dan Injil jelas berisi kalimat-kalimat Allah, maka jikalau benar kini kitab Taurat-Injil sudah ditukar dengan injil-injil yang palsu, berarti otomatis ayat QS. 6:34 tersebut tidak bisa dipercaya! Al Qur’an bersaksi bahwa kalimat-kalimat Allah (termasuk Injil) TIDAK SEORANG PUN DAPAT MENUKARNYA, sementara beberapa orang mengklaim bahwa Injil sudah dipalsukan. Nah, konsekwensinya akan jelas, salah satu dari dua hal tersebut pasti salah. Al Qur’an yang salah, atau klaim orang tersebut yang salah? Pikirkanlah, saudaraku.
5.Perhatikan juga ayat QS. 48:23 yang berkata: “Ketentuan Allah yang telah berlaku sejak dahulu dan engkau tiada akan mendapati perubahan bagi ketentuan Allah”. Taurat-Injil jelas di dalamnya berisi ketentuan-ketentuan Allah, jika ketentuan-ketentuan Allah yang tertuang dalam Taurat-Injil ternyata telah ditukar atau dipalsukan, maka Allah telah gagal menjaga ayat-ayatnya, dengan demikian kesaksian Al Qur’an 6:34 dan 10:64 yang berkata bahwa “kalimat-kalimat Allah tidak dapat ditukar oleh seorang pun” juga adalah ayat palsu! Konsekwensinya jelas, jika kalimat-kalimat Allah dalam Taurat-Injil adalah palsu atau telah diubah oleh seseorang, maka dengan sendirinya kesaksian Al Qur’an juga palsu!
6.QS. 5: 44, 46 berkata: “Sesungguhnya Kami (Allah dengan mengutus malaikat-Nya) telah menurunkan Taurat, di dalamnya berisi petunjuk dan cahaya, … Kitab Injil sedang di dalamnya ada petunjuk dan cahaya, dan membenarkan kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa”. Nah, kalau kita camkan ayat tersebut, maka klaim yang mengatakan bahwa Taurat-Injil sudah dipalsukan, terlebih lagi dilenyapkan, maka klaim itu = menghina Allah! Mengapa saya katakan menghina Allah? Orang-orang tersebut jelas menghina Allah karena menganggap bahwa Taurat yang berisi kalimat-kalimat dlam Taurat-Injil yang mengandung petunjuk dan cahaya Allah tersebut telah hilang lenyap. Taurat-Injil yang asli dianggap hilang, kalimat-kalimat petunjuk dan cahaya dari Allah telah hilang? Kasihan sekali Allahnya! Allah yang malang, lemah dan tidak sanggup menjaga Taurat-Nya. Seperti itukah Allah yang saudara sembah, tentu tidak, bukan?
7.Camkan pula ayat berikut: QS. 10:94 “Maka jika engkau (Muhammad) dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka TANYAKANLAH KEPADA ORANG-ORANG YANG MEMBACA KITAB SEBELUM ENGKAU…”. Al Qur’an bersaksi memerintah Muhammad: jika Muhammad ragu, maka Allah menyuruhnya bertanya pada orang-orang yang membaca kitab suci sebelum Muhammad, siapakah orang-orang yang membaca kitab sebelum Muhammad? Apakah itu orang-orang Arab jahilliyah yang kafir dengan kitab-kitab kekafirannya? Tentu tidak. Yang dimaksud pasti orang-orang Yahudi dan Nasrani dengan kitabnya Taurat-Injil. Nah, kalau andai saat itu Taurat-Injil yang asli sudah tidak ada, maka sangat tidak masuk akal jika Allah menurunkan perintah semacam itu pada Muhammad, bukan? Tidak mungkin Allah menyuruh Muhammad untuk berkonsultasi kepada ahli kitab yang beriman pada Taurat-Injil yang telah palsu. Dan perlu dikritisi, kalau Alkitab sudah dipalsukan orang sebelum Muhammad lahir, tentu ayat-ayat Al Qur’an tidak akan memerintahkan Muhammad dan pengikutnya untuk beriman pada Taurat-Injil. Sementara kalau kemudian mereka mengklaim bahwa Taurat-Injil di zaman Muhammad masih asli tetapi setelah tahun 700an sepeninggal Muhammad baru dipalsukan oleh orang-orang kristen, wah …disamping menentang dalil Al Qur’an sendiri yang menjamin bahwa ayat-ayat Allah pasti terjaga, tuduhan tersebut juga akan jelas kelihatan sangat ngawur sekali, karena terjemahan Taurat-Injil yang ada kini jelas sama substansinya dengan naskah-naskah yang tersimpan rapi sejak tahun 400an dalam gereja-gereja dan museum-museum dunia jauh sebelum Muhammad lahir!
8.Kesaksian QS. 2:136, 3:84. Katakanlah, ”Kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak-anaknya...Musa dan Isa dan para nabi... Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka...” . Perlu dipikirkan dari ayat tersebut: Jika Allah tidak melakukan pembedaan kepada nabi dan rasulnya, maka masuk akalkah jika kemudian Allah membedakan perlakuan-Nya terhadap kitab-kitab-Nya, di mana yang satu tetap terjaga keasliannya sementara yang lainnya diterlantarkan tak terjaga sehingga telah begitu mudah dipalsukan dan hilang samasekali akibat ulah segelintir manusia? Andaikan ada Allah yang hanya sanggup menjaga keaslian Al Qur’an saja sementara Taurat-Injil tidak, maka Allah yang seperti itu adalah Allah palsu hasil dogma palsu buatan manusia!
Tanya:
Jika Alkitab-Injil benar tidak terpalsukan, mengapa ada ayat-ayat dalam Alkitab yang jelas-jelas berbeda ketika menceritakan hal yang sama, misal perbedaan angka-angka dalam beberapa ayat di Perjanjian Lama jelas berbeda, apakah Firman Allah bisa lupa sehingga berbeda?
Jawab:
Seperti telah Saya jelaskan, Alkitab berisi Firman Allah, tetapi jangan lupa dan musti dipahami betul bahwa Alkitab bagaimanapun bukanlah suatu kitab yang turun dari sorga dengan bersampul kulit yang indah bertaburan permata dan dihiasi halaman-halaman menyilaukan mata yang disepuh emas perak serta turunnya diringi para malaikat-malaikat bersayap. Alkitab adalah kitab yang sangat manusiawi yang tentunya akan memantulkan gaya khas dari masing-masing penulisnya yang dipengaruhi oleh peradaban budaya dan tradisi pada zaman itu. Ia memang penulisannya diilhami dari hubungan manusia dengan Allah atau hubungan Allah dengan manusia, ia juga berisi kisah-kisah sejarah-sejarah manusia kala berhubungan dengan Allah, ekspresi iman, sajak-sajak manusia yang mengungkapkan hubungannya dengan Allah ataupun manusia dengan manusia lain, dan kisah-kisah para nabi lainnya, yang mana semuanya itu dicatat atau ditulis redaksionalnya oleh orang-orang dengan berbagai macam profesi atau latar belakang yang berlainan. Maka misalnya ketika para penulis itu kemudian sedikit mengalami ketidak sempurnaan redaksional di sana-sini tentu wajar saja, tanpa mengubah hakikat atau substansi pesan rohani yang hendak disampaikannya. Karena untuk hal-hal yang prinsipil tentu Allah tidak mungkin akan membiarkannya salah sehingga umatnya menjadi tersesat, bukan?
Tanya:
Tapi jika memang ada redaksional Alkitab yang salah, bukankah sangat beda dengan Al Qur’an yang 100% benar tanpa cacat cela baik secara substansi atau pun secara redaksional, karena ayat-ayatnya jelas adalah Firman Allah yang turun dari langit? Al Qur’an bagaimana pun pasti lebih asli dari Alkitab!
Jawab:
Benarkah Al Qur’an layak diklaim lebih asli dari Alkitab? Apakah klaim bahwa Al Qur’an adalah 100% Firman Allah yang turun dari langit yang 100% terhindar dari cacat cela, bisa disepakati oleh semua umat dan intelektual di kalangan Islam sendiri? Nyatanya tidak, artikel “Tajam” berikut ini Saya harap semoga bisa dikaji dengan hati tulus-ikhlas serta penuh kasih (hati yang wajib dimiliki seorang muslim sejati). Demikianlah artikelnya:
ASLIKAH AL QUR’AN KITA?
(Mengkritisi kaum fundamentalis & fanatik)
Oleh: Mustafa Al Basrie
Pengantar“Bismillaahir rahmaanir rahiim”. Kefanatikan telah membutakan umah Allah, hingga menjadi umah yang bodoh serta terpuruk. Zaman ini banyak ‘orang-orang fanatik’ yang mati-matian (benar-benar berani mati!) mengklaim bahwa ayat-ayat Al Qur’an, yang terdiri dari 30 juz, 114 surah dan 6236 ayat, yang kini ada di zaman kita ini, adalah benar-benar murni 100% berisi kalimat-kalimat Allah yang turun dari langit tanpa campur tangan manusia. Hingga dipandang bahwa Al Qur’an adalah kitab yang tanpa salah dalam hal apapun juga!
Tetapi, pada kenyataannya, sementara kini tidak sedikit pula ‘orang-orang tidak fanatik’ (kaum intelektual / terpelajar muslim yang bernurani jujur) yang, sangat berbeda prinsip dengan kaum fanatik, berani terang-terangan membuktikan bahwa 6236-an ayat-ayat Al Qur’an yang ada sekarang, adalah tidak 100% (tidak murni) wahyu dari langit. Nah, tulisan ini akan menyajikan khusus pandangan-pandangan ilmiah dan teruji dari ‘orang-orang muslim terpelajar yang tidak fanatik’ tersebut.
Sebagaimana Nabi Muhammad ‘alaihi’sh-shalatu wassalam sendiri telah tegas dan gamblang mengatakan: al-din huwa al-‘aql la dina liman la ‘aqla lahu, yang artinya: “agama adalah akal, tidak ada agama bagi mereka yang tidak berakal!”. Bahkan di Qur’an sendiri dikatakan: “… dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya” (QS 10:100). Maka tulisan ilmiah (dan sangat bisa dipertanggung jawabkan) ini ditulis hanya ditujukan khusus kepada orang-orang muslim yang berakal budi, yang lebih mengutamakan akal sehatnya, pakai otak dan bukan emosi, apalagi otot!
JASMERAH (Jangan Sampai Melupakan Sejarah) Penulisan Al Qur’an
Orang yang melupakan sejarah akan menjadi orang “buta”. Para intelektual dan kaum terpelajar islam di berbagai dunia, yang paham sejarah, sangat paham bahwa kitab Quran (kitab “suci” Islam) yang saat ini ada di sekitar kita adalah bukanlah Al Qur’an yang murni 100% berisi kalimat Allah (atau pun wahyu “suci” yang turun dari langit). Tulisan dan kajian Muhammad Husain Haekal (penulis kitab “Sejarah Hidup Muhammad”, yang telah puluhan kali cetak ulang dan telah tersebar ke seluruh penjuru dunia) membuktikan bahwa naskah-naskah (surah-surah) Al Qur’an yang kini ada (yang konon terdiri dari 6666 atau 6236 ayat, entah mana yang tepat), sejatinya merupakan Qur’an made in (hasil pengumpulan) Mushaf Usman, dengan bantuan Zaid bin Thabit. (- Baca: “Sejarah Hidup Muhammad”, pen. Muhammad Husain Haekal, Litera AntarNusa, cetakan ke 29, 2003, halaman lxxvii - lxxviii -).
Surah-surah (-yang kini sering terlanjur dianggap sebagai ayat-ayat suci dari langit-) itu mulanya dikumpulkan oleh Zaid bin Thabit atas kehendak Abu Bakr dan Umar, dari segenap penjuru. Ada yang dari tulisan pada daun-daunan, tulisan pada batu-batu, tulisan pada tulang-tulang unta dan kambing, dan sebagian besar dari yang dihafal oleh orang-orang. Setelah beberapa waktu kemudian terjadilah perselisihan dan perbedaan-perbedaan paham mengenai “Quran” hasil kerja Zaid tersebut, juga terjadi perbedaan Quran versi orang-orang Suria dengan orang Irak. Bahkan Zaid juga sempat berselisih paham dengan sahabat-sahabatnya sendiri!
Nah, karena banyaknya perbedaan-perbedaan berbagai versi Quran-Quran tersebut, akhirnya Usman turun tangan, untuk mengumpulkan kembali naskah-naskah yang saling berbeda tersebut. Setelah selesai, maka naskah-naskah selebihnya dikumpulkan lagi atas perintah Usman lalu dibakar!
Tidak berbeda paham dengan Muhammad Husain Haekal, namun tampak lebih berani dan blak-blakan terus terang, Sumanto Al Qurtuby, intelektual muslim, dalam bukunya tegas mengatakan bahwa 6000-an ayat (yang kini ada dalam Al Qur’an di sekitar kita) adalah “kitab suci” bikinan Usman, yang penuh dengan intervensi kekuasaan Quraisy. (Baca: Lubang Hitam Agama, pen. Sumanto Al Qurtuby, Penerbit Rumah Kata).
Buku Lubang Hitam Agama (Mengkritik Fundamentalisme Agama, Menggugat Islam Tunggal) tersebut dengan tajam dan sangat ilmiah mengungkapkan bahwa:
(halaman 65-66:)…Al Qur’an yang dibaca oleh jutaan umat Islam sekarang ini adalah teks hasil kodifikasi untuk tidak menyebut “kesepakatan terselubung” antara Khalifah Usman (644-656M) dengan panitia pengumpul yang dipimpin Zaid bin Tsabit, sehingga teks ini disebut Mushaf Usmani. Kita pun tahu ada banyak teks Al Qur’an selain teks Usman ini. Arthur Jeffry, dalam Materials for the History of the Text of Al-Quran bahkan merekam keberadaan 15 mushaf primer para sahabat dan 13 mushaf sekunder generasi berikutnya yang kesemuanya merupakan cerminan dari keragaman tradisi teks dan bacaan pra Usman. Diantara sekian mushaf itu, ada empat mushaf paling berpengaruh; yakni (1) mushaf Ubay bin Ka’ab berpengaruh di Syria; (2) kodeks Abdullah bin Mas’ud berpengaruh di Kufah; (3) mushaf Abu Musa Al-Asy’ari berpengaruh di Bashrah; dan (4) kodeks Miqdad bin Aswad yang diikuti penduduk kota Hims.
Mushaf-mushaf Al-Quran para sahabat Nabi yang saling berpengaruh ini saling berbeda juga dengan mushaf resmi yang dikumpulkan pada masa Usman, mulai dari sekuensi dan jumlah surat sampai pada ortografis, teks dan bacaan (banyak sekali perbedaannya!). Popularitas mushaf-mushaf tersebut juga dengan jelas menafikan kemungkinan adanya pengumpulan resmi Al-Quran pada masa kekhalifahan Abu Bakar di samping berbagai alasan lainnya menyangkut kandungan riwayat pengumpulan pertama yang meragukan secara historis. Keragaman tradisi teks dan bacaan Al-Quran yang tampak dalam mushaf-mushaf otoritatif para sahabat ini belakangan mulai mengganggu kesatuan sosio-politik umat Islam sehingga Usman mengambil “kebijakan” melakukan standarisasi teks Al-Quran, dilanjutkan dengan pemusnahan teks-teks lainnya (dibakar!).
Sekalipun mendapat tentangan dari sejumlah sahabat nabi seperti Ibnu mas’ud dan Abu Musa Al-Asy’ari (dua sahabat senior yang mushafnya “ditendang” begitu saja oleh Usman), Mushaf Usmani belakangan berhasil membenamkan mushaf-mushaf sahabat yang berpengaruh ketika itu ke dalam limbo sejarah. Dengan dukungan otoritas politik kerajaan Umayah (Usman yang berkuasa selama 89 tahun dengan tangan besi), Daulah Abbasiyah (berkuasa lebih dari 400 tahun) serta mayoritas Muslim, mushaf ini (Quran made in Usman) berhasil memaparkan dirinya sebagai teks yang disepakati (textus receptus). Di bawah pengawalan ketat kekuasaan ditambah petuah-petuah para ulama tentang sakralitas bahasa Al-Quran (bahasa Arab dianggap bahasa suci alias bahasa surga), pelan tapi pasti, teks yang bernama Al-Quran ini kemudian menjadi “kitab suci” yang dimitoskan dan tak tersentuh. Abu Zayd (pemikir muslim yang diusir kemudian menetap di Belanda) bersama Arkoun (intelektual Aljazair yang hengkang dari negaranya dan tinggal di Perancis) menuding Muhammad Idris Syafi’i sebagai salah satu arsitek dan pionir dalam sakralisasi bahasa Al-Quran.
Maka, penjelasan Al-Quran sebagai “Firman Allah” sungguh tidak memadai justru dari sudut pandang internal (dari dunia Islam sendiri, bukan dari luar Islam!), yakni proses kesejarahan terbentuknya teks AL-Quran (dari komunikasi lisan ke komunikasi tulisan) maupun aspek material dari Al-Quran sendiri yang dipenuhi ambivalensi. Karena itu tidak pada tempatnya, jika ia disebut “Kitab Suci” yang disakralkan, dimitoskan.
Kesimpulan:
Jelas sekali sudah, ayat-ayat Quran yang saat ini ada pada kita, adalah bukan asli “wahyu Allah dari surga”, melainkan tulisan-tulisan hasil [produk] kodifikasi politis dari Usman, yang jelas-jelas penuh muatan kepentingan kekuasaan dan mengalami intervensi politik!
Bagi kaum muslimun dan muslimah, berpikirlah, gunakan akal-budimu, dan ingat peringatan Rasulullah: la dina liman la ‘aqla lahu, tidak ada agama tanpa akal! Wass.
Nah, itulah artikel yang pernah dikirimkan seseorang kepada saya, dan saya rasa cukup bisa menjawab kegundahan hati orang-orang yang bertanya-tanya “benarkah Al Qur’an lebih asli dari pada Alkitab?” Saya bersyukur dengan adanya artikel tersebut, setidaknya artikel itu bisa menjadi tambahan bahan kajian dan pemikiran bagi umat Islam di mana pun berada. Saya juga setuju dengan apa-apa yang ditulis oleh Mustafa Al Basrie tersebut, karena setelah Saya kroscek tulisan tersebut dengan dua buku yang menjadi sumber kajiannya, yaitu tulisan Muhammad Husain Haekal (Sejarah Muhammad) dan Sumanto Al Qurtuby (Lubang Hitam Agama), ternyata memang cocok, tidak ada yang dilebihkan tidak ada dikurangi.
Renungkanlah sobat-sobat!
Bahan untuk direnungkan!
Misal soal: Yesus benar mati disalib atau tidak?.
Dalam hal ini jelas dalam Alkitab banyak sekali bertaburan ayat-ayat yang jelas mengungkapkan bahwa Yesus mati disalib. Sedangkan Di AlQuran ada satu (benar-benar cuma satu! yaitu An Nisa 157) ayat "sulit" yang sering ditafsirkan bahwa Yesus tidak mati disalib (padahal penafsiran seperti itu terhadap ayat itu meragukan dan masih kontroversi).
Setelah menyimak semua tulisan diatas, renungkanlah sobat-sobat:
Seringkali dalam berlogika (pakai akal) saat mau mengukur kebenaran Taurat-Injil-Al Quran, saat berbicara tentang sesuatu tema (misal, tema penyaliban Yesus), Benarkah Yesus disalib? umumnya orang Islam (yang menolak penyaliban Yesus)akan mengklaim bahwa kitab Al Quran (An Nisa 157 sebagai satu-satunya ayat pegangan yang ditafsirkan bahwa Yesus tidak disalib) adalah satu-satunya ukuran yang paling benar, sementara posisi kitab Taurat-Injil (yang di dalamnya bertaburan ayat tentang penyaliban Yesus) musti ditundukkan dibawah penafsiran Al Quran. Menurut Saya hal tersebut jelas terbalik logikanya, sebab penulisan kitab Al Quran dilakukan jauh sekali setelah adanya kitab Taurat-Injil (Alkitab). Artinya sebagai kitab yang paling bungsu, Al Quran ketika ditafsirkan, tentu tidak boleh lari dari apa-apa yang tertuang dalam kitab-kitab yang lebih dulu ada [sebagai "kakak-kakaknya"] yaitu Taurat-Injil (Alkitab). Artinya: Dalam upaya menafsirkan sesuatu hal kebenaran, Bukan Alkitab yang harus tunduk di bawah penafsiran-penafsiran Al Qur’an, tetapi justru saat mau menafsirkan Al Qur’an, maka orang harus terlebih dulu tunduk (menggariskan, mengukurkan) pada kitab-kitab yang ditulis sebelum Al Qur’an yaitu Taurat-Injil! Kalau Anda jujur, tentu Kitab yang lebih lama (tua)-lah yang harus jadi tolak ukurnya, bukan yang baru! Sebagaimana Muhammad juga diperingatkan, jika Muhammad ragu/bingung, maka "tanyakanlah pada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu".
Tuesday, July 8, 2008
Menjawab Klaim Penganut Ortodoks Syria
Menjawab Klaim Penganut Ortodoks Syria
Seseorang yang mengaku penganut Ortodoks Syria (sepertinya anak buahnya Bambang Noorsena) pernah menghubungi saya. Hal-hal berikut inti pembicaraannya serta tanggapan Saya:
Klaim: Frans Donald, anda tidak mengerti soal Tritunggal adalah karena anda tidak ahli bahasa Ibrani dan Yunani. Coba anda memahami Alkitab bahasa Ibrani-Yunani dan bahasa Arab seperti Bambang Noorsena, tentu anda bisa memahami kebenaran Tritunggal.
Jawab: Kalau anda (si penganut paham Ortodoks Syria atau anak buahnya Noorsena) menganggap saya tidak mengimani doktrin Tritunggal hanya dikarenakan (atau gara-gara) saya bukan ahli bahasa Ibrani-Yunani atau Arab, pandangan anda tersebut jelas terlalu sempit dan tidak realistis. Karena pada kenyataannya fakta-fakta riilnya justru telah banyak orang-orang yang ahli atau paham betul bahasa Ibrani dan Yunani yang malahan jelas-jelas tidak percaya pada doktrin Tritunggal. Misal: Profesor Tomas Mc Elwain, penulis buku Bacalah Bibel (ada di Gramedia); juga di Indonesia ada misal: Guru Besar Emeritus Romo Tom Jacobs, SJ lulusan Roma, ada juga Hortensius SSL, Pembina Penerjemah Alkitab L.A.I; Profesor Banawiratma; Ioanes Rahmat, dosen STT Jakarta, dllnya. Terlebih lagi jika bahasa Arab mau ikut-ikutan dijadikan alasan, begitu banyak sarjana ahli bahasa Arab yang justru sangat tegas menolak Tritunggal, bung!
Saya serta rekan-rekan saya (Unitarian) yang dulunya kami adalah penganut Tritunggal di mana saat itu kami belum mempelajari bahasa Ibrani-Yunani, tapi, justru dengan mulai mempelajari beberapa kata bahasa Ibrani-Yunani justru semakin menuntun kami menjadi tidak lagi percaya pada rumusan doktrin Tritunggal!
Faktanya sangat jelas, ahli tidaknya seseorang dalam bahasa Ibrani / Yunani / Arab samasekali bukan jaminan atau menjadi dasar mutlak apakah orang itu beriman pada Tritunggal atau tidak. Pada kenyataannya begitu banyak orang gereja awam yang menjadi percaya Tritunggal tanpa mereka memahami bahasa Ibrani / Yunani, sementara sebaliknya orang-orang yang ahli atau paham Ibrani / Yunani / Arab malah tidak sedikit yang menolak tegas rumusan doktrin Tritunggal! Tapi ada juga orang yang mengaku mahir bahasa Ibrani-Yunani-Arab (seperti Bambang Noorsena) yang memilih beriman pada Tritunggal.
Jadi intinya, teori orang yang bilang bahwa Frans Donald (Unitarian) tidak mengimani Tritunggal disebabkan Frans Donald bukan ahli Ibrani / Yunani / Arab, itu jelas hanyalah suatu teori yang omong kosong dan sangat lemah faktanya! Karena justru begitu banyak ahli atau orang yang paham bahasa Ibrani / Yunani / Arab yang jelas-jelas menolak Tritunggal!
Klaim: Anda (Frans Donald) kan belum baca tulisan-tulisan Targum Yahudi dan tulisan Bapa-Bapa Gereja pra konsili Nicea, juga tulisan-tulisan murid-murid Yohanes seperti Polycarpus, Ignatius, Yustin Martyr, Irenaeus, Clement, Tertulianus, yang jelas mereka menuliskan bahwa Yesus itu ilahi atau Allah dan bukan ciptaan!
Jawab: Kalau anda (serta Bambang Noorsena) mendasari konsep Tritunggal dari tulisan-tulisan selain Alkitab, seperti tradisi Yahudi (Targum) dan bapa-bapa gereja yang pro Nicea, maka hal itu sesungguhnya samasekali tidak kuat untuk dijadikan dasar argumen bahwa rumusan doktrin Tritunggal itu benar Alkitabiah adanya. Dasar argumen saya, karena:
Pertama. Tulisan tradisi bapa gereja yang sekarang ada yang mungkin mengesankan pro Tritunggal adalah tidak layak dijadikan standar tulisan yang sejajar keabsahannya dengan kitab-kitab yang telah terkanonisasi (terukur keabsahannya) di Alkitab. Mengapa? Lha wong tulisan Yohanes di 1 Yoh 5:7 (ayat yang seolah mengajarkan adanya Tritunggal) itu saja bisa sukses ditambahkan (dipalsukan!) oleh orang-orang yang pro Tritunggal dalam upaya memasukkan konsep Tritunggal ke dalam Alkitab pada tahun 400-an. Nah, apalagi sebagian tulisan-tulisan tradisi bapa-bapa gereja yang tidak banyak diperhatikan / dipedulikan orang dan tanpa mengalami kanonisasi ketat, maka sangat besar potensinya mengalami distorsi / penyelewengan / penambahan / perubahan makna dalam terbitan-terbitannya di kemudian hari.
Misal, mengingat teks Alkitab saja bisa dipalsukan, maka bisa jadi tulisan beberapa bapa gereja yang tadinya menuliskan: “Yesus itu ilahi (devine)” kemudian oleh penggagas Tritunggal yang gencar, tulisan tersebut dicetak / ditulis ulang dengan disusupi tambahan menjadi “Yesus itu ilahi dan bukan ciptaan”, agar terkesan bahwa Yesus itu Allah sejati. Ingat kasus 1Yoh 5:7 yang adalah ayat palsu, telah cukup sukses hingga kini masih tercantum dalam Alkitab. Lha tulisan Yohanes saja bisa ditambahi / dipalsukan, maka tulisan-tulisan bapa-bapa gereja akan terlebih lagi sangat mungkin untuk dipalsukan! Sebagai contoh, anda silakan baca juga fitnah dan pemalsuan fakta sejarah / dusta besar yang telah dilakukan Bambang Noorsena terhadap kami (Unitarian), pada tulisan saya yang berjudul “Ternyata Bambang Noorsena adalah Saksi Dusta”. Di situ menjadi contoh nyata bahwa untuk sejarah peristiwa yang baru terjadi dan dekat di Indonesia saja seorang Noorsena berani berdusta, apalagi untuk sejarah-sejarah ribuan tahun yang lalu dan jauh dari Indonesia, sangat mungkin Noorsena akan lebih berani lagi mengumbar dusta-dustanya guna membela doktrinnya!
Kedua. Namun seandainya, sekali lagi saya tegaskan, andaikata, tulisan-tulisan asli orang-orang yang sempat berkuasa menduduki kursi bapa-bapa gereja (murid-murid setelah Yohanes) di abad-abad awal itu memang benar-benar mengajarkan konsep “Yesus Allah sejati” atau “Yesus Bukan Mahluk Ciptaan” itupun tidaklah menjamin bahwa pandangan mereka (para tokoh gereja) di abad I-II itu pasti benar adanya. Karena sekalipun mereka adalah murid-murid penerus Yohanes, namun status murid-guru samasekali tidak menjamin bahwa pandangan mereka mutlak sama adanya. Fakta-fakta sejarah diberbagai belahan dunia membuktikan dengan kuat dan akurat. Misal:
Plato dan Aristoteles, hubungannya adalah guru dan murid, dan kenyataannya pandangan-pandangan / pikiran-pikiran antara guru-murid itu terdapat perbedaan paham yang akhirnya melahirkan 2 golongan aliran berbeda. Di Indonesia, Soekarno dan muridnya, faktanya murid-murid Soekarno berbeda prinsip / paham dengan pahamnya Soekarno, bahkan ada muridnya yang justru berkhianat pada Soekarno. Frans Donald dengan gurunya, gurunya (Pdt. Tomas, Pdt. Tobing, Pdt. Kristiyono dllnya) adalah penganut dan pengajar Tritunggal, tapi kenyataannya jelas Frans Donald (sebagai murid) tidak mengimani Tritunggal. Hubungan guru-murid samasekali bukan jaminan!
Contoh lain, di Alkitab: Nabi Daud dengan Salomo, bahkan bukan Cuma status guru-murid, tapi anak Daud sendiri yaitu Salomo bisa sangat bertentangan dengan kepercayaan Daud (baca 1 Raja 11:5-6). Juga Imam Eli, anak-anaknya sendiri berbeda dengan Imam Eli, mereka malahan menghujat Allah (baca 1Samuel 2:12). Juga Gideon dengan seisi rumahnya, setelah menang malahan justru menyembah Efod emas (Hakim 8:27).
Nah, fakta-fakta sangat jelas, bahwa hubungan guru-murid bahkan bapak-anak, samasekali bukan jaminan kesamaan paham / pikiran antara mereka. Maka demikian pula dalam kasus status hubungan kemuridan seperti Polycarpus, Ignatius dllnya, juga tidak jaminan bahwa mereka sepaham 100% dengan guru mereka yaitu Yohanes. Artinya, kalau andaikata benar Ignatius dllnya (orang-orang yang dianggap sebagai penerus Yohanes) itu betul-betul meyakini konsep Tritunggal seperti anggapan yang diyakini oleh Bambang Noorsena, tidaklah jaminan atau berarti mutlak Yohanes dan para rasul penulis Alkitab juga percaya Tritunggal, tidak!
Ketiga. Karena dasar iman kekristenan yang telah diakui oleh seluruh Kristen adalah Alkitab dan bukan tradisi-tradisi targum Yahudi atau pun tulisan-tulisan orang yang disebut sebagai “bapa-bapa gereja”, maka kalau anda (sebagai penganut Ortodoks Syria) mau dialog / debat dengan komunitas Kristen selain organisasi anda (Ortodoks Syria), maka seyogyanya standar yang dipakai ya musti Alkitab saja. Beda halnya kalau anda mau khusus dialog / diskusi di komunitas anda (Ortodoks Syria) yang ternyata –seperti diakui oleh Bambang Noorsena sendiri- mendasarkan imannya dari tulisan-tulisan selain Alkitab (tulisan Targum, bapa gereja dllnya.) itu hak anda, tapi kalau lintas komunitas Kristen maka standar dasar yang layak dipakai ya harus Alkitab saja yang jadi acuannya.
Setelah beberapa kali berhubungan dengan orang-orang yang mengaku Ortodoks Syria atau simpatisan Noorsena, Saya makin yakin bahwa sebenarnya mereka tahu betul bahwa doktrin Tritunggal yang mereka dirikan itu lemah jika ditinjau dari dasar Alkitab. Itu pula sebabnya, seorang kawan yang pernah hadir di seminarnya Bambang Noorsena mengatakan bahwa Bambang Noorsena pernah bilang: “gobloknya orang Kristen kalau mau diajak adu ayat Alkitab!”. Di situ tampak sekali Noorsena menghindari dialog yang hanya berdasar ayat-ayat Alkitab. Beberapa orang memang pernah memberitahu Saya bahwa Noorsena selalu menghindari dialog / debat Alkitab dan lebih suka membahas targum-targum atau tulisan-tulisan lainnya. Mengapa Noorsena terkesan takut / menghindari debat Alkitab? Kemungkinan besar adalah karena ayat-ayat Alkitab memang jelas-jelas tidaklah mendukung argumen / teori-teorinya tentang Tritunggal!
Seseorang yang mengaku penganut Ortodoks Syria (sepertinya anak buahnya Bambang Noorsena) pernah menghubungi saya. Hal-hal berikut inti pembicaraannya serta tanggapan Saya:
Klaim: Frans Donald, anda tidak mengerti soal Tritunggal adalah karena anda tidak ahli bahasa Ibrani dan Yunani. Coba anda memahami Alkitab bahasa Ibrani-Yunani dan bahasa Arab seperti Bambang Noorsena, tentu anda bisa memahami kebenaran Tritunggal.
Jawab: Kalau anda (si penganut paham Ortodoks Syria atau anak buahnya Noorsena) menganggap saya tidak mengimani doktrin Tritunggal hanya dikarenakan (atau gara-gara) saya bukan ahli bahasa Ibrani-Yunani atau Arab, pandangan anda tersebut jelas terlalu sempit dan tidak realistis. Karena pada kenyataannya fakta-fakta riilnya justru telah banyak orang-orang yang ahli atau paham betul bahasa Ibrani dan Yunani yang malahan jelas-jelas tidak percaya pada doktrin Tritunggal. Misal: Profesor Tomas Mc Elwain, penulis buku Bacalah Bibel (ada di Gramedia); juga di Indonesia ada misal: Guru Besar Emeritus Romo Tom Jacobs, SJ lulusan Roma, ada juga Hortensius SSL, Pembina Penerjemah Alkitab L.A.I; Profesor Banawiratma; Ioanes Rahmat, dosen STT Jakarta, dllnya. Terlebih lagi jika bahasa Arab mau ikut-ikutan dijadikan alasan, begitu banyak sarjana ahli bahasa Arab yang justru sangat tegas menolak Tritunggal, bung!
Saya serta rekan-rekan saya (Unitarian) yang dulunya kami adalah penganut Tritunggal di mana saat itu kami belum mempelajari bahasa Ibrani-Yunani, tapi, justru dengan mulai mempelajari beberapa kata bahasa Ibrani-Yunani justru semakin menuntun kami menjadi tidak lagi percaya pada rumusan doktrin Tritunggal!
Faktanya sangat jelas, ahli tidaknya seseorang dalam bahasa Ibrani / Yunani / Arab samasekali bukan jaminan atau menjadi dasar mutlak apakah orang itu beriman pada Tritunggal atau tidak. Pada kenyataannya begitu banyak orang gereja awam yang menjadi percaya Tritunggal tanpa mereka memahami bahasa Ibrani / Yunani, sementara sebaliknya orang-orang yang ahli atau paham Ibrani / Yunani / Arab malah tidak sedikit yang menolak tegas rumusan doktrin Tritunggal! Tapi ada juga orang yang mengaku mahir bahasa Ibrani-Yunani-Arab (seperti Bambang Noorsena) yang memilih beriman pada Tritunggal.
Jadi intinya, teori orang yang bilang bahwa Frans Donald (Unitarian) tidak mengimani Tritunggal disebabkan Frans Donald bukan ahli Ibrani / Yunani / Arab, itu jelas hanyalah suatu teori yang omong kosong dan sangat lemah faktanya! Karena justru begitu banyak ahli atau orang yang paham bahasa Ibrani / Yunani / Arab yang jelas-jelas menolak Tritunggal!
Klaim: Anda (Frans Donald) kan belum baca tulisan-tulisan Targum Yahudi dan tulisan Bapa-Bapa Gereja pra konsili Nicea, juga tulisan-tulisan murid-murid Yohanes seperti Polycarpus, Ignatius, Yustin Martyr, Irenaeus, Clement, Tertulianus, yang jelas mereka menuliskan bahwa Yesus itu ilahi atau Allah dan bukan ciptaan!
Jawab: Kalau anda (serta Bambang Noorsena) mendasari konsep Tritunggal dari tulisan-tulisan selain Alkitab, seperti tradisi Yahudi (Targum) dan bapa-bapa gereja yang pro Nicea, maka hal itu sesungguhnya samasekali tidak kuat untuk dijadikan dasar argumen bahwa rumusan doktrin Tritunggal itu benar Alkitabiah adanya. Dasar argumen saya, karena:
Pertama. Tulisan tradisi bapa gereja yang sekarang ada yang mungkin mengesankan pro Tritunggal adalah tidak layak dijadikan standar tulisan yang sejajar keabsahannya dengan kitab-kitab yang telah terkanonisasi (terukur keabsahannya) di Alkitab. Mengapa? Lha wong tulisan Yohanes di 1 Yoh 5:7 (ayat yang seolah mengajarkan adanya Tritunggal) itu saja bisa sukses ditambahkan (dipalsukan!) oleh orang-orang yang pro Tritunggal dalam upaya memasukkan konsep Tritunggal ke dalam Alkitab pada tahun 400-an. Nah, apalagi sebagian tulisan-tulisan tradisi bapa-bapa gereja yang tidak banyak diperhatikan / dipedulikan orang dan tanpa mengalami kanonisasi ketat, maka sangat besar potensinya mengalami distorsi / penyelewengan / penambahan / perubahan makna dalam terbitan-terbitannya di kemudian hari.
Misal, mengingat teks Alkitab saja bisa dipalsukan, maka bisa jadi tulisan beberapa bapa gereja yang tadinya menuliskan: “Yesus itu ilahi (devine)” kemudian oleh penggagas Tritunggal yang gencar, tulisan tersebut dicetak / ditulis ulang dengan disusupi tambahan menjadi “Yesus itu ilahi dan bukan ciptaan”, agar terkesan bahwa Yesus itu Allah sejati. Ingat kasus 1Yoh 5:7 yang adalah ayat palsu, telah cukup sukses hingga kini masih tercantum dalam Alkitab. Lha tulisan Yohanes saja bisa ditambahi / dipalsukan, maka tulisan-tulisan bapa-bapa gereja akan terlebih lagi sangat mungkin untuk dipalsukan! Sebagai contoh, anda silakan baca juga fitnah dan pemalsuan fakta sejarah / dusta besar yang telah dilakukan Bambang Noorsena terhadap kami (Unitarian), pada tulisan saya yang berjudul “Ternyata Bambang Noorsena adalah Saksi Dusta”. Di situ menjadi contoh nyata bahwa untuk sejarah peristiwa yang baru terjadi dan dekat di Indonesia saja seorang Noorsena berani berdusta, apalagi untuk sejarah-sejarah ribuan tahun yang lalu dan jauh dari Indonesia, sangat mungkin Noorsena akan lebih berani lagi mengumbar dusta-dustanya guna membela doktrinnya!
Kedua. Namun seandainya, sekali lagi saya tegaskan, andaikata, tulisan-tulisan asli orang-orang yang sempat berkuasa menduduki kursi bapa-bapa gereja (murid-murid setelah Yohanes) di abad-abad awal itu memang benar-benar mengajarkan konsep “Yesus Allah sejati” atau “Yesus Bukan Mahluk Ciptaan” itupun tidaklah menjamin bahwa pandangan mereka (para tokoh gereja) di abad I-II itu pasti benar adanya. Karena sekalipun mereka adalah murid-murid penerus Yohanes, namun status murid-guru samasekali tidak menjamin bahwa pandangan mereka mutlak sama adanya. Fakta-fakta sejarah diberbagai belahan dunia membuktikan dengan kuat dan akurat. Misal:
Plato dan Aristoteles, hubungannya adalah guru dan murid, dan kenyataannya pandangan-pandangan / pikiran-pikiran antara guru-murid itu terdapat perbedaan paham yang akhirnya melahirkan 2 golongan aliran berbeda. Di Indonesia, Soekarno dan muridnya, faktanya murid-murid Soekarno berbeda prinsip / paham dengan pahamnya Soekarno, bahkan ada muridnya yang justru berkhianat pada Soekarno. Frans Donald dengan gurunya, gurunya (Pdt. Tomas, Pdt. Tobing, Pdt. Kristiyono dllnya) adalah penganut dan pengajar Tritunggal, tapi kenyataannya jelas Frans Donald (sebagai murid) tidak mengimani Tritunggal. Hubungan guru-murid samasekali bukan jaminan!
Contoh lain, di Alkitab: Nabi Daud dengan Salomo, bahkan bukan Cuma status guru-murid, tapi anak Daud sendiri yaitu Salomo bisa sangat bertentangan dengan kepercayaan Daud (baca 1 Raja 11:5-6). Juga Imam Eli, anak-anaknya sendiri berbeda dengan Imam Eli, mereka malahan menghujat Allah (baca 1Samuel 2:12). Juga Gideon dengan seisi rumahnya, setelah menang malahan justru menyembah Efod emas (Hakim 8:27).
Nah, fakta-fakta sangat jelas, bahwa hubungan guru-murid bahkan bapak-anak, samasekali bukan jaminan kesamaan paham / pikiran antara mereka. Maka demikian pula dalam kasus status hubungan kemuridan seperti Polycarpus, Ignatius dllnya, juga tidak jaminan bahwa mereka sepaham 100% dengan guru mereka yaitu Yohanes. Artinya, kalau andaikata benar Ignatius dllnya (orang-orang yang dianggap sebagai penerus Yohanes) itu betul-betul meyakini konsep Tritunggal seperti anggapan yang diyakini oleh Bambang Noorsena, tidaklah jaminan atau berarti mutlak Yohanes dan para rasul penulis Alkitab juga percaya Tritunggal, tidak!
Ketiga. Karena dasar iman kekristenan yang telah diakui oleh seluruh Kristen adalah Alkitab dan bukan tradisi-tradisi targum Yahudi atau pun tulisan-tulisan orang yang disebut sebagai “bapa-bapa gereja”, maka kalau anda (sebagai penganut Ortodoks Syria) mau dialog / debat dengan komunitas Kristen selain organisasi anda (Ortodoks Syria), maka seyogyanya standar yang dipakai ya musti Alkitab saja. Beda halnya kalau anda mau khusus dialog / diskusi di komunitas anda (Ortodoks Syria) yang ternyata –seperti diakui oleh Bambang Noorsena sendiri- mendasarkan imannya dari tulisan-tulisan selain Alkitab (tulisan Targum, bapa gereja dllnya.) itu hak anda, tapi kalau lintas komunitas Kristen maka standar dasar yang layak dipakai ya harus Alkitab saja yang jadi acuannya.
Setelah beberapa kali berhubungan dengan orang-orang yang mengaku Ortodoks Syria atau simpatisan Noorsena, Saya makin yakin bahwa sebenarnya mereka tahu betul bahwa doktrin Tritunggal yang mereka dirikan itu lemah jika ditinjau dari dasar Alkitab. Itu pula sebabnya, seorang kawan yang pernah hadir di seminarnya Bambang Noorsena mengatakan bahwa Bambang Noorsena pernah bilang: “gobloknya orang Kristen kalau mau diajak adu ayat Alkitab!”. Di situ tampak sekali Noorsena menghindari dialog yang hanya berdasar ayat-ayat Alkitab. Beberapa orang memang pernah memberitahu Saya bahwa Noorsena selalu menghindari dialog / debat Alkitab dan lebih suka membahas targum-targum atau tulisan-tulisan lainnya. Mengapa Noorsena terkesan takut / menghindari debat Alkitab? Kemungkinan besar adalah karena ayat-ayat Alkitab memang jelas-jelas tidaklah mendukung argumen / teori-teorinya tentang Tritunggal!
Subscribe to:
Posts (Atom)