Sunday, June 22, 2008
Good News!
TERNYATA BAMBANG NOORSENA ADALAH SAKSI DUSTA
(Edisi Revisi, lebih tajam)
Ternyata Bambang Noorsena adalah Saksi Dusta
Pengantar: Oleh karena tulisan berjudul "Tanggapan atas Sesumbar Bambang Noorsena" yang saya posting tanggal 27 April 2008 lalu ternyata mendapat respon-respon positif dari berbagai pihak kristen berbagai sekte yang ternyata juga tidak simpati terhadap sepak terjang Bambang Noorsena, maka sebagai apresiasi serta ekspresi pikiran bebas saya, saya ingin memberikan revisinya, lebih tajam lagi. Sebagai berikut:
Di cover belakang bukunya tertulis: Ojo Kagetan, Ojo Gumunan, Ojo Goblok! Bambang Noorsena Spesialis penyembuh penyakit pikiran, pengamat hubungan antaragama dan pendiri Institute for Syriac Christian Studies (ISCS). Sementara di cover depannya tertulis judulnya: SEKTE UNITARIAN BUKAN KRISTEN TAUHID Oleh: Bambang Noorsena, SH, MA. Setelah saya baca buku tipis 40 halaman itu, saya tersenyum sendiri sambil bergumam: “He..he..he.., nekad benar orang ini”. Kenapa saya anggap dia nekad? Berikut sekilas infonya:
Pada Tanggal 8 April 2008, Saya (Frans Donald) beserta Tim Unitarian (Benny Irawan, Oktino Irawan dan Tirto Sujoko) hadir di acara ISCS di Gedung Keuskupan Surabaya. Pembicara saat itu adalah Benny Irawan (Unitarian) dan Bambang Noorsena (Trinitarian, Ortodoks Syria).
Saya hanya akan menanggapi sedikit saja sesuatu hal yang menarik dan cukup mengejutkan terjadi ditengah-tengah acara itu, yaitu salah satu pernyataan “sesumbar / tantangan” dari Bambang Noorsena. Sambil menunjukkan buku tulisannya yang berjudul SEKTE UNITARIAN BUKAN KRISTEN TAUHID (buku yang diterbitkan untuk menyerang Unitarian), Bambang Noorsena berkata-kata di depan banyak orang yang hadir kala itu, kira-kira demikian:
“Kalau ada tulisan saya yang salah, silahkan saya dituntut! Tuntutlah saya dengan pasal pencemaran nama baik!”
Nah, hal yang sedikit mengejutkan saya hari itu adalah berkenaan dengan pernyataan Bambang tersebut. Saya terkejutnya adalah karena setelah saya baca buku karya Bambang setelah acara malam tersebut (buku: SEKTE UNITARIAN BUKAN KRISTEN TAUHID), ternyata buku itu isinya memang benar-benar mengandung “Pencemaran Nama Baik” serta “Kebohongan Publik”, sementara beberapa jam sebelumnya saya mendengar sesumbarnya menantang kami untuk menuntut jika ada tulisannya yang salah. He..he..he.. Saya agak heran. Padahal Bambang Noorsena adalah seorang yang bergelar “SH” alias Sarjana Hukum, bahkan pernah saya dengar dia adalah juga Dosen di salah satu universitas, serta juga mengaku-ngaku sebagai Intelektual Kristen. Sarjana Hukum (ahli Hukum yang tentunya wajib menegakkan kebenaran), Dosen dan Intelektual Kristen, kok nekad berani mempermalukan (merusak citra) dirinya sendiri dengan berbohong dan sesumbar begitu, ya? Apa jadinya bangsa kita jika memiliki Sarjana Hukum dan Dosen yang berakhlak buruk dan memalukan seperti itu? (Silahkan pembaca renungkan).
Apa saja “Kebohongan/penipuan Publik” dan “Pencemaran Nama Baik” yang nyata-nyata telah dilakukan Bambang Noorsena melalui bukunya yang berjudul: SEKTE UNITARIAN BUKAN KRISTEN TAUHID tersebut?
Cukup banyak kandungan fitnah dan penipuannya, saya tidak akan membahas seluruhnya, tetapi di antaranya misalnya:
1.Dalam buku yang tampaknya diterbitkan dengan tujuan khusus untuk menyerang Unitarian (yaitu Saya dan rekan-rekan saya) itu, Bambang Noorsena menuliskan:
Malahan, ketika seorang rekan menyodorkan buku Frans Donald, Allah dalam alkitab dan AlQur’an: Sesembahan yang Sama atau Berbeda, saya hanya mengirimkan SMS yang membodoh-bodohkan mereka. Kalau bukan begitu, lalu dengan kata apa lagi yang tepat? Mungkin saja Donald merasa terpukul dengan “bahasa Jawa Timuran” saya, dan balas mengkritik saya dan menyebut saya “kemaki”. …” (Hal.15, Unitarian Bukan Kristen Tauhid, tulisan Bambang Noorsena, 2008).
Bambang Noorsena, Sarjana Hukum (yang seharusnya wajib menjunjung tinggi kebenaran dan hukum), mengatakan bahwa Saya (Frans Donald) membalas mengkritik dan menyebut Bambang Noorsena “kemaki”. Padahal saya tidak pernah membalas SMS Bambang Noorsena tersebut dengan mengatai Bambang Noorsena “kemaki”. Pernyataan Bambang Noorsena dalam hal ini jelas-jelas adalah FITNAH dan PENIPUAN Publik!
2. Bambang Noorsena juga menuliskan:
“…mereka (Unitarian, maksudnya Pdt. Tjahjadi Nugroho, Frans Donald dan rekan-rekannya) reaksi dengan menggelar seminar yang menghadirkan Rm. Tom Jacobs, Rm. Banawiratma, Hortensius F. Mandaru dari Lembaga Alkitab Indonesia (LAI), dan Nugroho sendiri, di Semarang, 28 April 2007. Tujuan seminar itu jelas, untuk mencari dukungan para ahli seolah-olah membenarkan ajaran mereka. Hal itu tampak dari pertanyaan “menggiring” pewawancara, Hanna Lie, salah satu penganut ajaran Unitarian yang menjadi wartawan Crescendo.” (Hal.15, Unitarian Bukan Kristen Tauhid, karya Bambang Noorsena).
Tulisan Bambang Noorsena, Sarjana Hukum, tersebut jelas nyata-nyata sebagai suatu upaya pemelintiran (Penipuan Publik) atas fakta kejadian peristiwa (suatu sejarah) yang terjadi di tahun 2007 yang lalu. Bambang Noorsena telah memberikan informasi palsu (saksi dusta) kepada publik / masyarakat yang membaca bukunya, di antaranya:
1.Bambang Noorsena menuliskan bahwa acara seminar pada 28 April 2007 di Semarang, yang menggelar (mengadakan) adalah Unitarian (maksudnya: Pdt Tjahjadi Nugroho dan kawan-kawan saya sesame Unitarian), padahal kenyataannya jelas-jelas acara tersebut samasekali tidak digelar atas kemauan atau inisiatif sedikitpun dari Pdt. Tjahjadi Nugroho atau pun rekan-rekan saya sesama unitarian. Pernyataan Bambang Noorsena Ini jelas dusta alias “Penipuan kepada Publik”! Sangat banyak orang saksi yang tahu betul bahwa penyelenggara seminar tersebut adalah Majalah Lintas Denominasi Crescendo serta Yayasan Gema Kasih (yayasan Kristen yang sepengetahuan saya justru merupakan orang-orang yang menganut paham Trinitas) dan penyelenggaraan seminar 28 april 2007 itu tidak ada sama sekali campur tangan dari pihak kami (Unitarian).
2.Bambang Noorsena menuliskan juga bahwa seminar 28 April 2007 di Semarang ketika itu menghadirkan Nugroho (sebagai salah satu nara sumber). Ini nyata-nyata merupakan dusta atau Penipuan Publik! Pdt. Tjahjadi Nugroho saat seminar itu sama sekali tidak hadir, karena pak Nugroho memang bukan sebagai Pembicara saat itu. Nara sumber yang dihadirkan ketika itu ada 4 orang, yaitu: Romo Tom Jacobs, SJ, Profesor JB. Banawiratma, Hortensius F M, SSL dari L.A.I dan Pdt. Drie S Brotosudarmo, M.Th.
3.Bambang Noorsena menuliskan pula: Tujuan seminar itu jelas untuk mencari dukungan para ahli seolah-olah membenarkan ajaran mereka (ajaran Unitarian). Pernyataan ini juga jelas penuh dusta alias “Penipuan kepada Publik”. Karena banyak orang saksi yang tahu betul bahwa penyelenggara seminar tersebut adalah Majalah Lintas Denominasi Crescendo serta Yayasan Gema Kasih (yayasan Kristen yang sepengetahuan saya justru merupakan orang-orang yang menganut paham Trinitas). Tujuan acara itu nyata-nyata bukanlah sebagaimana fitnahan Bambang Noorsena terhadap kami (Unitarian) tersebut!
4.Di situ Bambang Noorsena menuliskan pula bahwa Hana Lie adalah salah satu penganut ajaran Unitarian yang menjadi wartawan Crescendo. Ini juga merupakan penyaksian yang dusta. Hanna Lie ketika itu adalah redaktur Crescendo dan bukan orang yang berorganisasi atau pun tergabung dalam jajaran Kristen Tauhid atau Unitarian Indonesia.
Hal-hal di atas adalah beberapa contoh bukti nyata dan akurat perihal kebohongan/penipuan Publik (Saksi Dusta) yang telah dilakukan oleh Bambang Noorsena. Dan di buku karya Bambang Noorsena tersebut masih ada lagi fitnahan ngawur terhadap Pdt. Tjahjadi Nugroho (yang menjabat ketua Asosiasi Pendeta Indonesia) serta juga mengandung pemelintiran-pemelintiran lain berkenaan dengan pernyataan-pernyataan yang dikemukakan oleh Romo Tom Jacobs mau pun Profesor Banawiratma dalam seminar di Semarang tersebut, guna seolah-olah membenarkan argumen-argumen Bambang. Tragis!
Salah satunya, kesan yang muncul dari tulisan Bambang tersebut seolah-olah Romo Tom Jacobs sebenarnya percaya bahwa Yesus itu Allah tetapi oleh pewawancara digiring agar Romo Tom mendukung pikiran pewawancara. Ini adalah fitnah, saya tahu betul pewawancara (Hanna Lie) bukanlah anggota Unitarian / Kristen Tauhid, Hanna Lie dalam wawancaranya sama sekali tidak bermaksud menggiring Romo Tom agar mengeluarkan statement yang menolak rumusan Trinitas. Saya punya bukti akurat berupa CD* dan wawancara Tom Jacobs yang tegas terang-terangan menolak rumusan doktrin Trinitas. Beberapa di antaranya, Tom Jacobs berkata:
“Sejak tahun 1974 sampai sekarang saya sudah tidak percaya bahwa Yesus itu Allah; Saya lebih kristiani sejak percaya bahwa Yesus itu bukan Allah dari pada sebelumnya. Yang benar ya Bapa itu Allah, Yesus itu jalan menuju Allah”. Serta pernyataan-pernyataan lain yang jelas sekali di mana Romo Tom menolak tegas rumusan-rumusan doktrin Trinitas!
Pendapat Saya, buku Unitarian Bukan Kristen Tauhid yang berisi fitnah, pencemaran dan penipuan publik tersebut sepertinya hanyalah berisi ungkapan-ungkapan sentiment pribadi Bambang Noorsena terhadap kami, entah mengapa dia begitu terkesan “kebakaran jenggot” atas keberadaan kami (Unitarian), saya tidak tahu pastinya. Tapi, kami, yang telah difitnah dan dicemarkan oleh Bambang Noorsena, merasa belum perlu menuntut “kejahatan” Bambang Noorsena tersebut sebagaimana sesumbarnya: “Tuntutlah saya kalau ada tulisan yang salah, dengan tuntutan pencemaran nama baik!”. Yang saya rasa lebih penting adalah kiranya publik, yang bisa berpikir lurus dan jujur di hadapan Tuhan, mengetahui mana yang benar dan mana yang dusta. Dan himbauan saya bagi antek-anteknya Noorsena, yang sering mengirim SMS gelap pada saya, sebaiknya anda semua camkan bahwa jika selama ini anda-anda begitu menyanjung-sanjung Noorsena serta mudah percaya dengan cerita-cerita tentang sejarah-sejarah doktrin gereja versi Noorsena, kini saatnya anda-anda pikirkan kembali, yaitu Haruskah Anda Percaya Bambang Noorsena yang sering mengaku sebagai peneliti dan intelektual Kristen, sementara terbukti nyata-nyata saat menganalisa / meneliti peristiwa sejarah di Indonesia yang baru terjadi 1 tahun berlalu dan masih hangat saja Noorsena terbukti jelas-jelas ngawur + fitnah + berani nekad terang-terangan menipu pada khalayak ramai, apalagi ketika Noorsena bicara sejarah-sejarah ribuan tahun yang silam, patut dipikirkan ulang. Demi kepentingan pribadi / golongannya, maka sangat mungkin Noorsena bisa jadi akan lebih berani lagi untuk mengubah sejarah dan memutar balikkan fakta-fakta! Sejarah yang baru, masih hangat, serta saksi-saksi hidup masih ada saja berani dipalsukan, apalagi sejarah yang terjadi nun jauh di sana di masa ribuan tahun yang silam di mana saksi-saksi hidup sudah tidak ada sama sekali! Ingatlah bahwa tentang Saksi Dusta Alkitab bersaksi:
“Enam perkara ini yang dibenci TUHAN, bahkan tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hati-Nya: mata sombong, lidah dusta …, hati yang membuat rencana-rencana yang jahat, … seorang saksi dusta yang menyemburkan kebohongan …” Amsal 6:16-19
“Saksi yang setia tidak berbohong, tetapi siapa menyembur-nyemburkan kebohongan adalah saksi dusta.” Amsal 14:5
“Saksi dusta tidak akan luput dari hukuman..” Amsal 19:5
Iblis adalah Bapa para pendusta (Yoh 8:44), jadi seorang Saksi Dusta = anak Iblis! Camkanlah semua itu.
Terimakasih.
(Frans Donald, kontak telp. 081 7971 9991)
*Note: Bagi yang berminat copyan CD Seminar Romo Tom Jacobs, yang berisi statemen terang-terangan beliau menolak rumusan Trinitas dan tidak percaya Yesus Allah, silakan hubungi saya.
Wednesday, March 5, 2008
Tuesday, February 26, 2008
YESUS KRISTUS JELAS BUKAN ALLAH SEJATI
Statement dari pendeta-pendeta dan teolog-teolog yang mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah Allah sejati, itu jelas suatu statement yang keliru. Kelirunya di mana?
Pertama, dari nama YESUS KRISTUS sebenarnya [kalau mau jujur], sudah cukup jelas merepresentasikan bahwa dia bukanlah Allah sejati, sebab arti dan makna kata ‘KRISTUS’ itu = ‘orang yang diurapi / disahkan / dilantik oleh Allah’. Yesus Kristus = Yesus yang diurapi oleh Allah, maka: karena ‘diurapi / disahkan / dilantik oleh Allah’, tentu dia bukan Allah itu sendiri. Yesus adalah pribadi ‘yang diurapi / dipilih (disahkan)’ sedangkan Allah adalah ‘yang mengurapi / memilih (mengesahkan). Yesus adalah utusan, sedangkan Allah adalah ‘yang mengutus’.
Kalau Yesus dipandang sebagai Allah sejati maka akan membuat nama (gelar) ‘Kristus’ pada diri Yesus itu gugur maknanya, karena ‘YESUS KRISTUS’ = ‘YESUS YANG DIURAPI OLEH ALLAH’. Maka artinya: kalau andaikata benar ‘Yesus = Allah sejati’ maka nama Yesus Kristus akan menjadi bermakna sebagai ‘ALLAH SEJATI YANG DIURAPI OLEH ALLAH SEJATI’. Allah sejati mengurapi Allah sejati??? Jadi di sini akan ada 2 pribadi Allah sejati di mana Allah yang satu mengurapi / mengesahkan / mengutus Allah yang lain. Nah, pertanyaannya: Apakah benar adanya Allah sejati harus diurapi oleh Allah sejati yang lainnya? Kalau Allah sejati musti diurapi atau disahkan oleh Allah yang lain maka dengan sendirinya hal itu justru akan menggugurkan kesejatiannya! Seperti ungkapan ‘masa jeruk minum jeruk?’. Artinya, dia (Yesus) yang diurapi (Kristus) itu jelas bukan Allah sejati adanya, karena Allah sejati tidaklah perlu diurapi. Allah sejati tidak butuh pengurapan / pengesahan dari siapapun. Sedangkan Yesus, dia jelas-jelas mengalami ‘pengkristusan’ alias pengurapan / pengesahan dari Allah. Di sini jelas dia bukan Allah sejati! Dan lagi pula Alkitab tidak pernah menyatakan adanya lebih dari satu pribadi Allah sejati, apalagi 3 pribadi sebagaimana diajarkan oleh doktrin Tritunggal.
KRISTUS = DIURAPI / DISAHKAN OLEH ALLAH. YESUS KRISTUS = YESUS YANG DIURAPI / DISAHKAN OLEH ALLAH. Jelas dia bukan Allah sejati! Dari nama ‘Yesus Kristus’ jelas terang benderang sudah dengan sendirinya membuktikan dia bukan Allah sejati adanya. Dengan demikian jika ada orang-orang yang ngotot mengklaim Yesus sebagai Allah sejati, sebenarnya mereka keliru fatal dan tidak layak menyebut Yesus sebagai Kristus. Tidak patut mereka menyebut Kristus, karena kata ‘Kristus’ justru membuktikan secara langsung dan akurat maknanya bahwa dia bukan Allah sejati, melainkan utusan yang diurapi / disahkan oleh Allah. Kesimpulannya tegas: seorang Kristus jelas bukan Allah sejati! Kalau Yesus = Allah sejati, maka dia bukanlah Kristus!
Yang kedua, hari ini banyak orang mengatakan : “Yesus adalah Allah sejati” atau “Yesus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia”. Itu pikiran-pikiran banyak orang Kristen hari ini. Tetapi sebenarnya pikiran-pikiran ide-ide tersebut tidaklah didasarkan pada Alkitab, tapi semua itu dihasilkan dari tradisi dan filsafat-filsafat hasil ide-ide pikiran manusia. Sedangkan bagaimana dengan kesaksian Alkitab? Nah, mari kita lihat, untuk kasus ini, hal yang serupa tercatat sangat jelas di Matius 16: 13-17: (silahkan baca dengan seksama dalam Alkitab anda):
13"..Yesus ..bertanya kepada murid-muridnya: "Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" 14Jawab mereka: "Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan Elia dan ada pula yang mengatakan : Yeremia atau salah seorang dari para nabi." 15Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?" 16Maka jawab Simon Petrus: "Engkau adalah Mesias, Anak dari Allah yang hidup!" 17Kata Yesus kepadanya: "Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-ku yang di sorga.
Hari itu, di zaman itu, Yesus bertanya kepada orang-orang di sekitarnya: Hai sobat-sobat, bapak-bapak, ibu-ibu sekalian, menurut kamu dan menurut orang-orang siapakah aku? Maka orang-orang mulai menjawab dengan ide-ide cemerlang dan pemikirannya masing-masing. Ada yang bilang: “o.. Yesus, engkau adalah Yohanes pembaptis”, yang lain berkata “engkau Elia”, “engkau Yeremia”, “engkau seorang dari para nabi”. Ada berbagai ide dan pendapat orang tentang SIAPA YESUS.
Nah, demikian juga kondisinya hari ini, di zaman ini, ketika membahas soal Yesus, ketika ada pertanyaan Siapakah Yesus itu? Atau andaikata Yesus datang di zaman ini di hadapan kita, kemudian dia bertanya kepada kita: “Menurutmu siapakah aku?” maka dapat dipastikan akan banyak pendeta-pendeta dan orang-orang Kristen yang akan menjawab demikian:
“Yesus, engkau adalah Allah”
“Engkau adalah Allah sejati yang menjelma menjadi manusia”
Seorang pendeta dengan idenya yang mempesona mungkin akan berkata:
“O Yesus, engkau Allah sejati yang karena begitu besar kasihmu akan dunia ini maka demi menyelamatkan manusia, maka, bagaikan manusia yang mau menyelamatkan semut ia menjadi semut pula, engkau Allah sejati rela turun dari surga menjadi manusia dan mati di kayu salib”.
Sementara Pdt. Stephen Tong dan anak-anak buahnya sebagai penganut doktrin Tritunggal, mungkin akan berkata: "Yesus engkau adalah pribadi kedua dalam Allah Tritunggal!”.
Nah, benarkah jawaban-jawaban itu semua? Benarkah ide-ide pikiran yang mengatakan bahwa Yesus adalah pribadi ke-2 dari Allah yang Tritunggal adanya? Benarkah ide pikiran yang mengatakan bahwa Yesus adalah Allah sejati yang menjelma menjadi manusia? Benarkah ide pikiran yang mengatakan bahwa Yesus adalah Allah sejati yang telah mati disalib? Benarkah jawaban-jawaban para teolog dan pendeta-pendeta itu sesuai dengan kesaksian Alkitab?
Sekarang mari kita simak jawaban apakah yang paling tepat dan Alkitabiah untuk pertanyaan ‘SIAPAKAH YESUS?’.
Ayat 16, Simon berkata bahwa Yesus adalah MESIAS (KRISTUS). Yesus adalah Kristus, Yesus adalah seorang yang diurapi oleh Allah! Itu jawaban Simon. Dan apa kata Yesus kemudian? Ayat 17: “…berbahagialah engkau Simon, sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapaku yang di surga …” Di sini Yesus menegaskan bahwa yang menyatakan kepada Simon bahwa ‘Yesus itu adalah Mesias (Kristus)’ adalah Bapa (Allah) yang di surga.
Yesus adalah Mesias. Yesus adalah Kristus. Yesus adalah seorang yang diurapi / disahkan oleh Allah, itu bukan pernyataan dari Simon atau manusia, bukan pernyataan dari pendeta-pendeta atau teolog-teolog, bukan pernyataan dari professor-profesor atau doktor-doktor teologi, bahkan itu bukan pernyataan dari Yesus sendiri, tapi, itu adalah pernyataan dari Bapa (Allah) di surga! Allah sendiri yang menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias! Allah sendiri yang menyatakan bahwa Yesus adalah seorang yang diurapi (disahkan, dipilih, diutus) oleh Allah!
Dalam Matius 16: 15-17 ini, Alkitab bersaksi sangat jelas bahwa: tentang Siapakah Yesus itu? Allah sendiri (Bapa di surga) menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias (Utusan yang diurapi oleh Allah). Allah, dalam Alkitab tidak pernah menyatakan bahwa Yesus adalah Allah sejati yang menjelma menjadi manusia, tidak pernah! Tapi jelas-jelas Allah menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias (Kristus)! Allah tidak pernah menyatakan bahwa Yesus adalah pribadi ke-2 dari Allah Tritunggal, tidak pernah!!! Tapi Alkitab tegas berulang kali menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias. Yesus adalah utusan yang diurapi oleh Allah. Nah, kalau Bapa (Allah) sendiri menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias (orang yang diurapi oleh Allah), maka ajaran Tritunggal yang mengklaim Yesus adalah Allah sejati akan tampak jelas tidak sesuai kesaksian Alkitab. Doktrin Tritunggal telah melompati kesaksian-kesaksian Alkitab!
Sebagai tambahan, mari kita simak juga injil Yohanes 20: 30-31: (Silahkan baca dengan seksama dalam Alkitab Anda)
"Tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa YESUSLAH MESIAS, ANAK ALLAH, ..."
Hari ini, zaman ini, banyak teolog Kristen penganut doktrin Tritunggal yang berupaya membela doktrinya dengan mencoba menafsirkan dan memelintir beberapa ayat-ayat dalam injil tulisan Yohanes, untuk meneguhkan doktrin Tritunggal. Tulisan-tulisan Yohanes diklaim sebagai mengajarkan doktrin Tritunggal. Ya, memang bisa saja orang semaunya sendiri menafsirkan [demi kepentingannya sendiri] ayat-ayat dalam injil Yohanes. Tapi, jelas, Yohanes sendiri, si penulis injil itu sendiri telah menegaskan dengan sangat gamblang dan terang benderang bahwa: SEMUA HAL YANG DIA TULIS DI INJILNYA ADALAH UNTUK MEMBUKTIKAN BAHWA YESUS ADALAH MESIAS (ORANG YANG DIURAPI OLEH ALLAH). Yohanes tidak pernah menyatakan bahwa injil yang dia tulis adalah untuk membuktikan bahwa Yesus itu Allah sejati atau Allah itu Tritunggal adanya, tidak pernah!!! Dalam injilnya, Yohanes jelas menyatakan bahwa satu-satunya Allah yang benar (Allah yang sejati, The True God) hanya Bapa saja, dan Yesus adalah utusan Allah. (Yohanes 17:3).
Oleh karena itu jika saat ini banyak orang yang berupaya ‘meracik-racik’ dan memanfaatkan ayat-ayat injil Yohanes semata-mata untuk membuktikan atau dijadikan dasar bahwa doktrin Tritunggal itu benar atau Yesus itu Allah sejati, maka hal tersebut telah jelas jauh menyimpang dari maksud dan tujuan Yohanes menuliskan kitab suci. Ide ‘Yesus adalah Allah sejati yang menjelma menjadi manusia’ tidak pernah ada dalam benak tujuan Yohanes menulis kitab suci. Yang ada adalah Yesus itu Mesias (Utusan yang diurapi oleh Allah)!
Injil Yohanes bukan suatu injil atau kabar tentang ke-allah-an Yesus, melainkan injil kabar tentang ke-Mesias-an Yesus! Sehingga sangat tidak tepat jika orang memanfaatkan atau memakai ayat-ayat injil Yohanes untuk mendukung pikiran guna mengklaim Yesus sebagai Allah sejati.
Wednesday, February 20, 2008
MENJAWAB KOMENTAR BAMBANG NOORSENA & PENGIKUTNYA (PENGANUT PAHAM ORTODOKS SYRIA)
Beberapa Pernyataan Bambang Noorsena & anak buah-anak buahnya:
Frans Donald guobloook sekali!
Mas Donald, bukumu hanya bombastis, kalau benar ada pendeta-pendeta yang bingung .. ya mereka goblok, masa gitu aja gempar?
Ada kabar gembira buat warga unitarian dan saksi jehovah bidat-bidat akhir jaman,DI KOTA SEMARANG TGL 23 FEB 08, GEDUNG WANITA, SEMINAR SEHARI, BY BAMBANG N, TEMA: MENELANJANGI KESESATAN DAN KEGOBLOKKAN UNITARIAN DAN SAKSI JEHOVAH!! ... (SMS gelap dari 087851404457); Hai goblok unitarian, penyembah malaikat mikhael, jgn lupa tgl 23 feb, di gedung wanita smg, jateng! Biar kamu dapat pencerahan, dan pimpinan kamu yang goblok juga itu! (SMS gelap dari 081938230283).
Kalau firman itu suatu ilah tetapi bukan Allah, pertanyaannya apa ada yang ilahi diluar Allah?
Kalau “allah” untuk sang Firman itu sekedar gelar, bagaimana mungkin mahluk bisa menciptakan bersama-sama Allah? (Yoh 1:3). Masa Allah memerlukan bantuan ciptaanNya?
Komentar Frans Donald :
Untuk pernyataan I, II dan III, dalam hal menganggap diri sendiri paling pintar dan gemar menjelekkan / menghina orang lain dan menganggap orang lain sebagai “goblok” atau “guobloook” itu kan sepertinya memang gaya dan style dari Bambang Noorsena dan orang-orang hasil didikannya (dari buahnya, mereka akan dikenal). Gaya ‘menginjilnya’ Bambang Noorsena dkknya sepertinya ya memang begitu itu. Itu pula sebabnya tak heran ketika beberapa orang Kristen sendiri mengomentari Bambang Noorsena sebagai orang yang kemaki dan sok pintar. Tentunya orang-orang yang bijak akan bisa menilainya sendiri, apakah Bambang Noorsena + pengikut-pengikutnya yang gemar menghina / memaki orang itu benar-benar pengikut Kristus yang sejati atau bukan. Apa yang mereka perbuat upahnya akan mereka terima dengan sendirinya.
Untuk pernyataan IV, Apa ada yang ilahi selain Allah sejati? Pertanyaan tersebut telah saya jawab dalam buku MENJAWAB DOKTRIN TRITUNGGAL, 2007/2008, halaman 15-16. Silakan simak di dalam buku tersebut. Dan Info: untuk bahasan mengenai Yesus adalah Malaikat, silakan simak buku KASUS BESAR YANG KELIRU TERNYATA YESUS MALAIKAT, 2007, 2008.
Untuk pernyataan V, soal statement: Apakah Allah memerlukan bantuan dari ciptaanNya? Berikut ini jawaban saya:
Allah (Yhwh) Mencipta, Berkarya dan Menyelamatkan Dunia MELALUI Yesus
Dalam proses karya penciptaan, Allah (Yhwh) telah memberi kuasa wewenang kepada Yesus untuk mencipta-berkarya-dan menyelamatkan ciptaannya yang rusak (menyelamatkan dunia). Apakah itu artinya Allah Yhwh perlu bantuan dari Yesus? Allah Yhwh yang adalah Sang Pencipta Sejati perlu mendapat bantuan dari ciptaanNya??? Apakah Yesus perlu membantu Allah Yhwh untuk berkarya mencipta dan menyelamatkan dunia?
Jawabannya adalah: Tidak! Bambang Noorsena dan pengikutnya akan salah sangka jika mereka berpikir bahwa saya berpandangan bahwa Allah Yhwh perlu dibantu oleh Yesus.
Allah Yhwh Mahakuasa, Ia tidak perlu bantuan dari siapapun untuk menciptakan atau berkarya sesuatu hal. Jika di Bibel Yoh 1:3, Kolose 1:16 dan Ibrani 1:2 dituliskan bahwa: “… dunia dijadikan melalui Yesus; … segala sesuatu diciptakan melalui Yesus; …melalui dia, Allah telah menjadikan alam semesta..” apakah kata “melalui” (English: Through, Yunani: dia) di ayat-ayat tersebut dapat diartikan bahwa ‘Yesus telah membantu Allah dalam mencipta?’ atau ‘Allah dalam berkarya perlu mendapat bantuan dari Yesus?’
Yesus memang telah diberi kuasa oleh Allah (Matius 28:18, Kisah 2:22) itu sebabnya Allah berkarya melalui Yesus, tetapi peran serta Yesus dalam hal mencipta akan sangat keliru jika semata-mata diartikan bahwa saat itu Yesus sedang membantu Allah Yhwh atau ‘Allah Yhwh harus dibantu oleh Yesus’. Ini sebuah tuduhan dan pemahaman yang tidak tepat, karena seolah akan menuju pada kesimpulan bahwa Allah Sejati (Sang Pencipta Sejati) perlu bantuan dari ciptaanNya.
Allah Yhwh memang telah memberi kuasa alias wewenang kepada Yesus untuk mencipta dan melakukan berbagai pekerjaan besar dan mujizat-mujizat. Allah Yhwh adalah Pemberi atau Sumber kuasa, sedangkan Yesus adalah penerima kuasa. Pemberi kuasa tentu lebih berkuasa dari pada penerima kuasa. Seorang yang sangat kayaraya tentu saja sanggup memberikan sejumlah besar kekayaannya kepada orang lain yang dikehendakinya, Allah (Yhwh) yang Mahakuasa, sebagai Sumber segala kuasa tentu sanggup memberi suatu kuasa luarbiasa kepada siapa saja yang dikehendakiNya.
Dalam karya penciptaan-penciptaan yang bersumber dari Allah dan dilaksanakan melalui Yesus, kala itu Yesus bukan dan tidak sedang dalam rangka membantu Allah!, dan Allah memang tidak perlu dibantu oleh siapapun termasuk Yesus yang adalah ciptaanNya! Tetapi Allah Yhwh berkenan memberi kuasa kepada Yesus untuk mencipta sesuatu dan berkarya besar adalah sebagai bukti bahwa begitu besar kasih Allah kepada Yesus ciptaanNya. Allah benar-benar sangat mengasihi Yesus sehingga Ia berkenan melibatkan Yesus dalam berkarya di dunia.
Yesus adalah permulaan/ awal [Yunani:arkhe] dari ciptaan Allah, Wahyu 3:14. Yesus diciptakan oleh Allah bukan untuk sekedar ada atau pun menjadi ‘pembantu Allah’, tetapi Yesus diciptakan untuk menjadi mahluk kesayangan Allah yang selanjutnya disebut sebagai ‘Anak Allah’. Anak Allah adalah mahluk ciptaan Allah yang sangat dikasihi oleh Allah. Hubungan Allah dengan ciptaan yang dikasihiNya seperti hubungan Bapak dengan anak. Karena sangat disayangi, maka anak (Yesus) senantiasa dijadikan "sekutu"* Bapa (Allah) dalam melaksanakan karya-karya besarNya. Yesus senantiasa dilibatkan dalam setiap pekerjaan-pekerjaan Allah. Melibatkan Yesus dalam pekerjaan-pekerjaan Allah bukan karena Allah butuh bantuan dari Yesus, tetapi hal itu menjadi bukti nyata bahwa Allah Yhwh benar-benar sangat mengasihi dan menghargai keberadaan (eksistensi) Yesus.
Analogi perumpamaan: Sebagai seorang bapak, saya sering memberi tugas, hak kuasa dan wewenang kepada anak saya untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu. Saya sering menyertakan, menyuruh dan melibatkan anak saya dalam kehidupan saya adalah bukan semata-mata karena alasan bahwa saya perlu bantuan dari anak, tidak. Dalam beberapa aspek kehidupan saya, saya bisa dan telah mahir melakukan pekerjaan-pekerjaan terntu seorang diri tanpa perlu bantuan siapapun juga, tetapi mengapa saya sebagai bapak musti memberi kuasa atau wewenang tertentu kepada anak saya untuk melakukan pekerjaan tertentu? Tentu jawabannya adalah: karena saya mengasihi dan menyayangi anak saya sehingga saya akan benar-benar menghargai keberadaannya serta berkenan melibatkannya dalam aspek-aspek kehidupan saya.. Saya berkenan melibatkan anak dalam kehidupan saya karena saya betul-betul mengakui eksistensi bahwa anak itu benar-benar anak saya. Dia bukan seorang patung anak, hiasan hidup atau robot atau sekedar mahluk ciptaan yang tidak berharga, melainkan dia adalah manusia yang sangat berharga, berguna, berharkat martabat dan eksis. Sebagai manusia yang memiliki suatu ego kepribadian dan eksistensi, dia perlu suatu bukti dan kebanggaan harga diri keberadaan dia. Nah, dengan seringnya diberi kepercayaan, diberi kuasa atau wewenang suatu pekerjaan, maka anak saya akan menjadi pribadi yang akan mengenali siapa dirinya, jati dirinya, dan hargadiri, martabat keeksistensiannya menjadi jelas/nyata bahwa dia adalah anak dari bapaknya yang mengasihi dan mengakui eksistensi dirinya. Intinya, seorang bapak yang bijaksana dan mengasihi anaknya pasti akan menjunjung tinggi harkat dan martabat anaknya. Nah, untuk menyatakan dan menghidupkan rasa harga diri dan kebanggaan serta eksistensi dalam pribadi anak tersebut, ia perlu diberi kuasa dan tugas atas suatu pekerjaan-pekerjaan serta dilibatkan di dalam pekerjaan-pekerjaan bapaknya. Semakin banyak seorang anak dilibatkan dan diberi kuasa dalam karya-karya/pekerjaan-pekerjaan bapaknya yang besar, maka artinya semakin besar pula kasih dan kepercayaan sang bapak pada anaknya. Sebaliknya, jika anak tidak dilibatkan dan diberi kuasa kepercayaan dalam karya-karya bapaknya, maka artinya semakin kecil pula kasih seorang bapak pada anaknya tersebut.
Nah, Bapa Yhwh, sebagai Pencipta Sejati yang Maha bijaksana dan sangat mengasihi mahluk-mahluk ciptaanNya, Ia tentu saja tidak hanya menciptakan suatu mahluk hanya untuk tujuan agar mahluk itu sekedar menjadi robot penyembah saja. Tetapi sebagai mahluk ciptaan Allah, yang sangat dikasihi Allah, tentu akan dimuliakan, ditinggikan harkat martabat dan eksistensinya oleh Allah sendiri. Adam dan Hawa, manusia-manusia pertama, ditinggikan martabatnya dengan diberi hak kuasa dan wewenang untuk mengelola seluruh bumi serta beranak cucu menggarap isi bumi (Kejadian 1:28). Hal itu adalah bukan karena Allah perlu bantuan dari manusia untuk mengelola bumi. Tetapi, manusia diberi kuasa untuk menjadi penguasa atas bumi, hal itu adalah karena kasih Allah pada manusia ciptaan-Nya itu. Nah, demikian halnya dengan Yesus, Yesus sebagai mahluk permulaan ciptaan Allah (Wahyu 3:14), Ia telah diberi kuasa dan tugas atau pekerjaan-pekerjaan yang sangat besar oleh Bapanya sebagai bukti nyata bahwa Bapa Yhwh sangat mengasihi, mempercayai, memuliakan serta meninggikan keberadaan Yesus di atas ciptaan-ciptaan yang lainnya.
Seorang bapak yang tidak pernah memberi kuasa atau pekerjaan tertentu pada anaknya, jelas adalah bapak yang sebenarnya tidak menghargai atau tidak mengakui keberadaan (eksistensi) harkat martabat dan kehadiran anaknya tersebut. Bapa Surgawi [Yhwh] adalah Allah yang Mahakasih, artinya adalah Allah yang sangat menghargai dan mengasihi ciptaan-ciptaanNya, itulah sebabnya Ia berkenan menjadi “sekutu”* dalam berkarya bagi mahluk ciptaanNya. Ia tidak berkarya secara single fighter atau one man show, tetapi Ia senantiasa berkenan memberi kepercayaan kuasa dan pekerjaan-pekerjaan besar kepada mahluk ciptaan yang dikasihiNya.
Musa, Elia, Elisa, Yesaya, Yeremia, Yehezkiel, dan para nabi dan rasul semua telah diberi kuasa dan wewenang yang sangat besar oleh Allah, untuk melakukan karya-karya besar penyelamatan dunia, adalah bukan karena Allah Yhwh perlu bantuan dari para nabi tersebut. Yhwh memberi kuasa kenabian kepada Musa, Elia, Yesaya, dllnya bukan karena Ia butuh pertolongan bantuan dari mahluk-mahluk ciptaan tersebut, tetapi semua itu justru menjadi bukti nyata bahwa Yhwh benar-benar memperlakukan ciptaanNya seperti perlakuan Bapak kepada anaknya. Ia berkenan menjadi "sekutu"* manusia dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah yang sangat besar, ajaib dan mulia. Demikian halnya Yesus, yang juga diberi kuasa sebagai Mesias (utusan yang dilantik oleh Allah), dia juga telah diberi kuasa atas pemerintahan management langit dan bumi (Mat 28:18), serta karya-karya besar termasuk ciptaan sampai penghakiman dunia yang dilaksanakan oleh Allah melalui Yesus, semua itu adalah bukan karena Allah semata-mata perlu bantuan dari Yesus, tetapi Allah Yhwh adalah Allah yang berkenan menjadi ‘sekutu’ bagi ciptaanNya, dengan senantiasa melibatkan dalam berkarya.
Sebagai Pribadi yang Mahakuasa, Allah tidak perlu berkarya dengan gagah perkasa one man show seorang diri tanpa melibatkan ciptaanNya, tetapi karena Ia sangat mengasihi mahluk ciptaanNya, maka Ia senantiasa melibatkan mahluk ciptaanNya itu dalam segala karya-karya besarNya.
Kesimpulan: Yhwh Sang Sumber Kuasa Sejati telah melibatkan atau mengikut sertakan dengan memberi kuasa kepada Yesus untuk mencipta, adalah samasekali bukan karena Yhwh perlu bantuan dari Yesus, tetapi hal itu adalah menjadi bukti nyata bahwa Yhwh sangat mengasihi Yesus, ciptaanNya yang awal itu.
Jika bapak anda tidak pernah melibatkan anda dalam karya-karya hidupnya, itu artinya anda tidaklah diakui atau tidak dihargai keberadaan (eksistensi) anda sebagai anaknya, bukan?
* Note: * "sekutu" = ciptaan kesayangan, mahluk yang diperkenan menjadi rekan perantara (utusan) dalam berkarya.
Wednesday, May 9, 2007
Menjawab Doktrin Trinitas
Tanya-jawab ini ditulis (dalam perspektif Alkitab) guna menjawab klaim-klaim Doktrin Trinitas/Tritunggal hasil rumusan dari konsili-konsili Gereja yang sarat tekanan dan kepentingan politik tahun 300-400an Masehi, yang menyatakan bahwa: Allah yang Sejati terdiri dari tiga pribadi (Allah Bapa, Allah Anak/Yesus, dan Allah Roh Kudus) yang satu dalam hakikat. Dalam Catholic Encyclopedia diterangkan: "Tritunggal adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan doktrin utama agama Kristen. Sang Bapa adalah Allah, Sang Anak (Yesus) adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah, …dalam Tritunggal ini … pribadinya sama kekal dan setara, semuanya tidak diciptakan dan Mahakuasa".
Hasil rumusan doktrin Trinitas/Tritunggal telah menjadikan Yesus sebagai AllahSejati. Tampaknya itulah yang menjadi pemicu pergulatan dan pertikaian teologi mengenai keilahian Yesus Kristus selama ribuan tahun. Alkitab, oleh para penerus doktrin Trinitas, dianggap mengandung ayat-ayat yang membuktikan bahwa doktrin Trinitas itu Alkitabiah adanya. Sebaliknya kaum Unitarian atau kaum AntiTrinitas justru punya pemahaman yang berbeda, Trinitas dipandang sebagai tidak Alkitabiah!
Penulis (seorang Unitarian) ingin mengajak pembaca untuk bersama-sama menjawab klaim-klaim Trinitarian serta ingin membuktikan secara Alkitabiah bahwa doktrin Trinitas yang menyatakan Yesus sebagai AllahSejati (Pribadi kedua dari Allah Trinitas) itu benar-benar perlu dikaji ulang keabsahannya. Semoga tulisan ini berguna bagi setiap orang yang membacanya!
"Menjawab Trinitas"
Perihal ke-allah-an Yesus Kristus
Yohanes 1:1
Klaim Trinitarian: Pada Frase terakhir ayat ini menyatakan bahwa Firman [yang mengacu pada Yesus] itu adalah Allah. Bukankah itu berarti Yesus sama dengan Allah?
Jawab: Istilah kata "Allah/allah" dalam Alkitab merupakan padanan kata elohyim (Ibrani), theos (Yunani), God (Inggris). Sebagai catatan: dalam bahasa Ibrani [teks asli Alkitab] tidak ada pembedaan huruf besar-kecil. Jadi Allah dan allah sama saja, tidak ada bedanya. Istilah "allah" [elohyim / theos] dalam Alkitab bisa berarti dua macam makna:
Pertama, "allah" menunjuk pada 'allah sejati' [The True God] yaitu Bapa / Yahweh, satu-satunya Allah yang benar (Yohanes 17:3).
Kedua, "allah" yang tertulis dalam Alkitab juga bisa berarti 'mahluk-mahluk ilahi/sorgawi' atau divinity (bukan menunjuk pada Allah Sejati). Seperti halnya kata theos di Yoh 1:1 yang oleh LAI diterjemahkan sebagai "allah" (Firman itu adalah Allah) tidak dengan sendirinya menunjuk kepada Allah Sejati, karena kata "allah" [elohyim/theos] di Alkitab digunakan secara umum dalam pengertian mahluk ilahi/sorgawi, atau bahkan nabi dan raja yang secara fungsional menjadi utusan AllahSejati juga bisa disebut sebagai "allah", sebagaimana tertulis dalam:
Keluaran 7:1. Musa, sebagai nabi/juru bicara/utusan dari Allah Sejati, dia juga disebut "allah"[elohyim].
Mazmur 82:6. Mahluk-mahluk sorgawi juga disebut sebagai "allah"[elohyim].
Ibrani 1:8 yang MENGUTIP Mazmur 45:7-8 yang berbicara tentang pernikahan raja ("…Tahtamu ya Allah…") dalam PerjanjianLama, raja juga disebut "allah/elohyim" (dalam arti 'hakim' atau orang yang diagungkan/sangat dihormati).
Yesaya 9:5, "Seorang anak telah lahir …namanya disebutkan orang Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, …". Ayat ini berbicara mengenai anak raja Ahaz dan juga bisa ditafsirkan sebagai nubuatan yang mengacu kepada Yesus. Anak Ahaz disebut orang sebagai Allah yang Perkasa (karena di dalam anak itu Allah-Yahweh menyatakan kehadiran dan pertolongan-Nya).
Yohanes 10:35 menegaskan bahwa 'penerima dan pembawa' Firman [kepada siapa Firman itu disampaikan] bisa disebut sebagai "allah" juga.
Nah, dengan demikian kita bisa memahami bahwa DI DALAM ALKITAB: Musa disebut allah, para malaikat disebut para allah, raja juga disebut allah, anak raja Ahaz juga disebut allah, Penerima & Pembawa Firman juga disebut allah. Maka tidak masalah jika Yesus [sebagai Penerima & Pembawa Firman, yang bergelar ho logos, Sang Firman] kemudian di Yoh 1:1 bisa juga disebut sebagai "allah" (kai theos en ho logos, sang firman adalah allah). Dan bisa dipahami, bahwa sekalipun Musa, mahluk-mahluk sorgawi, raja, anak raja, dan penerima-pembawa Firman [termasuk Yesus], mereka semua bisa disebut sebagai "allah", tetapi mereka semua tentu bukanlah AllahSejati.
Dalam Yohanes 1:1 terjemahan Indonesia (LAI) kita jumpai ada dua kata "allah", di frase kedua dan ketiga. Tanpa meneliti bahasa Yunaninya, maka pembacanya sering menangkap "allah" pada frase kedua dan ketiga dianggap sama. Namun, kalau kita meneliti bahasa aslinya, tampak jelas sekali bahwa "allah" pada frase "Firman itu bersama dengan Allah" mengandung perbedaan makna dengan "allah" pada frase "Firman itu adalah Allah".
Untuk lebih jelasnya, mari kita pahami Yohanes 1:1 dalam bahasa aslinya, Yunani:
a) "en arkhe en ho logos" (pada mulanya adalah sang firman)
b) "kai ho logos en pros ton theon" (sang firman itu bersama-sama dengan sang allah/the god)
c) "kai theos en ho logos" (sang firman itu adalah allah)
Di bahasa Yunaninya, untuk "allah" pada frase b) dan frase c) tertulis berbeda: 'ton theon' dan 'theos'. Yang pertama memakai kata sandang, sementara yang kedua tidak. Di sini ada kesenjangan makna yang fatal antara bahasa Yunani dan bahasa Indonesia jika tidak dipahami artinya.
Bahasa Yunani "theos" bisa bermakna sebagai kata benda dan bisa juga mengacu sebagai kata sifat. "ton" adalah kata sandang. Jadi "ton theon" (di Yohanes 1:1b) berarti The God atau Sang Allah, mengacu pada Allah Sejati. Akan tetapi, tanpa kata sandang "ton" maka "theos" (di Yohanes 1:1c) bisa berarti suatu "sifat ilahi" (a god). Sebagai perbandingan kata, sama halnya seperti 'si manis' tidak sama artinya dengan 'manis'. Tambahan kata sandang "si" membuat "si manis" menjadi kata benda, tetapi tanpa "si" maka "manis" adalah kata sifat.
Dengan pemahaman yang lazim, "theos" dalam penggalan Yohanes 1:1c (firman itu adalah allah; kai theos en ho logos) memiliki arti yang berbeda dengan "ton theon" dalam penggalan kedua (firman itu bersama-sama dengan allah; kai ho logos en pros ton theos). Penggalan Yohanes 1:1c terjemahan Indonesia yang saat ini terbaca "Firman itu adalah Allah", sebenarnya lebih tepat dipahami sebagai: "Firman itu adalah ilahi" atau "firman itu bersifat ilahi".
Dalam berbagai terjemahan bahasa Inggris, Yohanes 1:1c menjadi sangat jelas bahwa Firman itu adalah suatu allah (a god, bersifat ilahi) - The word was a god. Namun, sayangnya banyak kaum Trinitarian mengklaim bahwa yang menterjemahkan frase terakhir Yohanes 1:1 "The Word was a god" itu hanyalah Alkitab New World Translation milik sekte Saksi Yehuwa [yang dianggap sesat], sementara Alkitab lainnya menerjemahkan sebagai The word was God (sang firman adalah Allah[sejati]). Tetapi argumentasi serta penyangkalan tersebut ternyata tidaklah benar, karena ternyata Yohanes 1:1c di dalam banyak versi Alkitab justru semakin jelas mencatat bahwa "sang firman itu adalah suatu allah/bersifat ilahi [a god/divine]", sama sekali bukan "sang firman itu adalah Allah sejati [the god]". Bukti-bukti akurat tersebut di antaranya tercatat dalam banyak sekali terjemahan berbagai versi Alkitab berikut ini:
"and the word was a god" (Newcome, 1808)
"the Word was God’s" (Crellius,as quoted in The New Testament in an Improved Version)
"and the Word was a divine being." (La Bible du Centenaire, L’Evangile selon Jean, by Maurice Goguel,1928)
"the Logos was a god (John Samuel Thompson, The Montessoran; or The Gospel History According to the Four Evangelists, Baltimore; published by the translator, 1829)
"the Word was divine" (Goodspeed’s An American Translation, 1939)
"the word was a god." (Revised Version-Improved and Corrected)
"and god[-ly/-like] was the Word." (Prof. Felix Just, S.J. - Loyola Marymount University)
"the Logos was divine" (Moffatt’s The Bible, 1972)
"the Word was God*[ftn. or Deity, Divine, which is a better translation, because the Greek definite article is not present before this Greek word] (International English Bible-Extreme New Testament, 2001)
"and the Word was a god" (Reijnier Rooleeuw, M.D. -The New Testament of Our Lord Jesus Christ, translated from the Greek, 1694)
"[A]s a god the Command was" (Hermann Heinfetter, A Literal Translation of the New Testament,1863)
"The Word was a God" (Abner Kneeland-The New Testament in Greek and English, 1822)
"[A]nd a God (i.e. a Divine Being) was the Word" (Robert Young, LL.D. (Concise Commentary on the Holy Bible [Grand Rapids: Baker, n.d.], 54). 1885)
"the Word was a god" (Belsham N.T. 1809)
"And the logos was a god" (Leicester Ambrose, The Final Theology, Volume 1, New York, New York; M.B. Sawyer and Company, 1879)
"the Word was Deistic [=The Word was Godly] (Charles A.L. Totten, The Gospel of History, 1900)
"[A]nd was a god" (J.N. Jannaris, Zeitschrift fur die Newtestameutlich Wissencraft, (German periodical) 1901, International Bible Translators N.T. 1981)
"[A] Divine Person." (Samuel Clarke, M.A., D.D., rector of St. James, Westminster, A Paraphrase on the Gospel of John, London)
"a God" (Joseph Priestley, LL.D., F.R.S. [Philadelphia: Thomas Dobson, 1794], 37).)
"a God" (Lant Carpenter, LL.D (in Unitarianism in the Gospels [London: C. Stower, 1809], 156).)
"a god" (Andrews Norton, D.D. [Cambridge: Brown, Shattuck, and Company, 1833], 74).)
"a God" (Paul Wernle,(in The Beginnings of Christianity, vol. 1, The Rise of Religion [1903], 16).)
"and the [Marshal] [Word] was a god." (21st Century Literal)
[A]nd (a) God was the word" (George William Horner, The Coptic Version of the New Testament, 1911)
"[A]nd the Word was of divine nature" (Ernest Findlay Scott, The Literature of the New Testament, New York, Columbia University Press, 1932)
[T]he Word was a God" (James L. Tomanec, The New Testament of our Lord and Savior Jesus Anointed, 1958)
"The Word had the same nature as God" (Philip Harner, JBL, Vol. 92, 1974)
"And a god (or, of a divine kind) was the Word" (Siegfried Schulz, Das Evangelium nach Johannes, 1975)
"and godlike sort was the Logos" (Johannes Schneider, Das Evangelium nach Johannes, 1978)
"the Word was a divine Being" (Scholar’s Version-The Five Gospels, 1993)
"The Divine word and wisdom was there with God, and it was what God was" (J. Madsen, New Testament A Rendering , 1994)
"a God/god was the Logos/logos" (Jurgen Becker, Das Evangelium nach Johannes, 1979)
"The Word/word was itself a divine Being/being." (Curt Stage, The New Testament, 1907)
"the Word was of divine kind" (Lyder Brun (Norw. professor of NT theology), 1945)
"was of divine Kind/kind" (Fredrich Pfaefflin, The New Testament, 1949)
"godlike Being/being had the Word/word" (Albrecht, 1957)
"the word of the world was a divine being" (Smit, 1960)
"God(=godlike Being/being) was the Word/word" (Menge, 1961)
"divine (of the category divinity)was the Logos" (Haenchen (tr. By R. Funk), 1984)
"And the Word was divine." (William Temple, Archbishop of York, Readings in St. John’s Gospel, London, Macmillan & Co.,1933)
The Word of Speech was a God" (John Crellius, Latin form of German, The 2 Books of John Crellius Fancus, Touching One God the Father, 1631)
"the word was with Allah[God] and the word was a god" (Greek Orthodox /Arabic Calendar, incorporating portions of the 4 Gospels, Greek Orthodox Patriarchy or Beirut, May, 1983)
"And the Word was Divine" (Ervin Edward Stringfellow (Prof. of NT Language and Literature/Drake University, 1943)
"and the Logos was divine (a divine being)" (Robert Harvey, D.D., Professor of New Testament Language and Literature, Westminster College, Cambridge, in The Historic Jesus in the New Testament, London, Student Movement Christian Press1931)
‘the word was a divine being.’ (Jesuit John L. McKenzie, 1965, wrote in his Dictionary of the Bible: "Jn 1:1 should rigorously be translated . . . ‘the word was a divine being.’)
"In a beginning was the Word, and the Word was with the God, and a god was the Word." (Interlineary Word for Word English Translation-Emphatic Diaglott)
Kesimpulan: Frase "Firman itu adalah Allah" di Yohanes 1:1c tidak bermakna bahwa Yesus itu adalah AllahSejati. Yohanes 1:1 tidaklah tepat untuk dijadikan dasar ayat guna membuktikan seolah-olah Yesus itu adalah AllahSejati (The true God) seperti klaim kaum Trinitarian. Yohanes 1:1 samasekali tidak menerangkan bahwa Yesus itu adalah Allah sejati/The true God. "Firman itu adalah Allah" (kai theos en ho logos) hanya akan tepat dipahami sebagai "sang firman itu adalah suatu allah/mahluk yang bersifat ilahi".
Filipi 2:6
Klaim Trinitarian: Yesus, oleh Paulus, disebut "dalam rupa Allah". Bukankah itu artinya Yesus adalah AllahSejati?
Jawab: Terjemahan LAI untuk Filipi 2:6 adalah "(Yesus) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai milik yang harus dipertahankan". Penulis kitab Filipi adalah Paulus. Apakah benar Paulus menganggap Yesus setara dengan Bapa/Yahweh? Paulus tegas mengatakan bahwa "hanya ada satu Allah yaitu Bapa"(1korintus 8:6), dan kata Paulus, Bapa itu adalah Allah dari Yesus Kristus (Allah-nya Yesus). Hal itu tertulis di surat Paulus kepada jemaat Efesus: "..the God and father of our lord Jesus Christ [Sang Allah dan Bapa-nya tuan kita Yesus kristus]" (Efesus 1:3, bdkn Efesus 1:17).
Membandingkan dengan terjemahan bahasa Inggris akan tampak jelas bahwa Filipi 2:6 terjemahan LAI ternyata kurang tepat. Dalam Revised Stamdard Version dikatakan: "..thought it not robbery to be equal with God". Jadi terjemahan bahasa Indonesia oleh LAI sangat tidak tepat, karena sebenarnya samasekali tidak ada kata dipertahankan, melainkan yang ada kata perampasan (robbery). Maka terjemahan yang benar seharusnya: "..(Yesus) yang dalam bentuk ilahi, tidak memikirkan perampasan untuk menjadi setara dengan Allah". Kalau dibaca keseluruhan Filipi 2:5-11 mengungkapkan ketaatan dan kerendahan hati Yesus kepada Allah.
Paulus tidak menyebut Yesus sebagai Allah! Hal itu juga ditegaskan oleh Pembina Penerjemahan Alkitab dari Lembaga Alkitab Indonesia, Hortensius F. Mandaru, SSL, mengatakan: "Paulus tidak pernah menyebut Yesus kristus sebagai Allah!" (Crescendo 323, 2007, hlm. 49).
Yohanes 10:30
Klaim Trinitarian: Di ayat ini Yesus berkata "Aku dan Bapa adalah satu". Satu artinya satu hakikat, berarti Yesus itu ya AllahSejati karena satu hakikat dengan Bapa.
Jawab: Apakah ayat itu semata-mata harus mutlak ditafsirkan bahwa Yesus dan Bapa [Allah] adalah satu hakikat? Tidak demikian. Memahami kata 'satu' di Yoh 10:30 tentu tidak bisa lepas dari konteks Yoh 10:25 [ayat sebelum Yoh 10:30] yang berbicara soal Yesus melakukan pekerjaan-pekerjaan dalam nama Bapa/Allah. Kata 'satu' tersebut sama halnya ketika Yesus memohon pada Bapa dalam Yoh 17:11, 21-23: "…Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepadaku, supaya mereka menjadi satu sama seperti kita". Ayat 21: "supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau ya Bapa, di dalam aku dan aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam kita, ..". Ayat 22-23: "…supaya mereka menjadi satu, sama seperti kita adalah satu: Aku di dalam mereka, dan Engkau di dalam aku, supaya mereka sempurna menjadi satu …".
Dapat dipahami dengan tepat, makna kata 'satu' sesuai konteksnya adalah : Satu pekerjaan [baca Yoh 10:25 Yesus melakukan pekerjaan-pekerjaan dalam nama Bapa], satu visi, satu spirit, satu hati satu pikir. Bukan satu hakikat! Karena kalau diartikan sebagai satu hakikat, apakah ini berarti orang-orang percaya yang hidup "di dalam Yesus dan di dalam Bapa" mereka menjadi satu hakikat pula dengan Allah atau mereka menjadi Allah semua?! Tentu tidak.
Matius 28:19
Klaim Trinitarian: "Baptislah dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus". Bukankah ayat ini mengajarkan adanya tiga pribadi Allah (Trinitas)?
Jawab: Memang ayat itu menyebutkan Bapa, Anak dan Roh Kudus, tapi samasekali tidak mengatakan 'Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus'. Jadi jelas sekali, tanpa ditambahi embel-embel kata 'Allah', ayat itu tidak menerangkan tentang adanya tiga pribadi Allah / Trinitas.
Ulangan 6:4
Klaim Trinitarian: Di Ul 6:4 "TUHAN itu Allah (elohyim) kita, TUHAN itu Esa (echad)!" Kata "esa" (Ibrani: echad) itu artinya satu kesatuan atau himpunan dan bukan satu dalam pengertian matematis. Juga halnya dengan kata "elohyim"[allah] itu juga bisa berarti jamak, lebih dari satu.
Jawab: Echad bukan kesatuan [himpunan]. Echad adalah numerik, satu benar-benar satu. Echad muncul dalam penerjemahan sebagai satu numerik, hanya satu (only), sendiri (alone), tunggal (undivided), satu-satunya (one single) (Theological Dictionary of the Old Testament, Grand Rapids: Erdmans, 1974, Jilid 1:194). Sebagai bukti: kata 'echad' dipakai pula dalam Yosua 12:9-24 "Raja negeri Yerikho, satu[echad]; raja negeri Yerusalem, satu[echad]; raja negeri Hebron, satu[echad]; raja negeri Yarmut, satu[echad];… jadi jumlah semua raja itu tiga puluh satu orang". Di sini jelas kata 'echad' dipakai untuk merinci daftar raja yang dikalahkan Yosua, maka jelas di situ kata 'echad' memiliki arti 'satu' dalam numerik/matematis hingga bisa disebutkan jumlah keseluruhan raja-raja tersebut 'tigapuluh satu orang'. Memang kata 'echad' dapat dipakai untuk menunjukkan himpunan, misalnya: "satu suku" yang artinya terdiri dari beberapa manusia, tetapi [kita harus teliti dan cermat] di situ yang dimaksudkan 'satu' adalah "satu suku", bukan dua suku atau tiga suku. Sukunya sendiri cuma satu. Dalam "satu suku" tidak mungkin terdiri dari beberapa suku. Demikian halnya dalam kasus "satu allah" tidaklah terdiri dari beberapa allah. Dan bagi orang Yahudi yang mempunyai pola pikir kongkret, satu ya satu, tidak ada ide abstrak tiga tapi satu - satu tapi tiga seperti doktrin Trinitas.
Soal kata "elohyim", secara umum akhiran -im merupakan bentuk plural. Apakah ini tidak menunjukkan bahwa Allah itu lebih dari satu? Secara umum benar bahwa akhiran -im biasanya mengindikasikan kemajemukan tetapi ada akhiran -im yang tidak mengacu pada kemajemukan melainkan keagungan (kebesaran), misalnya akhiran -im pada Panim (wajah), atau Shamayim (langit). Jadi bentuk -im yang mengacu pada keagungan (majestic pluralistic) adalah bentuk plural yang bermakna tunggal. Sebagai bukti pula, Musa di Keluaran 7:1 disebut sebagai elohyim (allah) dan tentu tidak berarti seorang Musa terdiri dari beberapa orang Musa, bukan?
1 Yohanes 5:7
Klaim Trinitarian: 1 Yoh 5:7 jelas mengatakan ada kesaksian di sorga: "Bapa, Firman dan Roh Kudus, dan ketiganya adalah satu". Bukankah ayat ini jelas sekali menyatakan adanya Allah Trinitas?
Jawab: Memang seolah-olah ayat itu ingin menegaskan bahwa di sorga ada 3 pribadi ke-Allah-an alias Trinitas. Tetapi setelah diselidiki, ternyata ayat itu adalah ayat sisipan (tambahan) yang ditambahkan oleh oknum-oknum yang tampaknya berupaya mengajarkan doktrin Trinitas. Padahal sebenarnya pada naskah aslinya ayat tersebut tidak ada!
Pakar Alkitab, Romo Tom Jacobs, Guru Besar Emeritus Tafsir Kitab Suci, Sanata Dharma - Yogya dan juga Hortensius F. Mandaru, SSL. dari Lembaga Alkitab Indonesia, keduanya [di Seminar Keilahian Yesus, 28 April 2007 di Semarang] sama-sama tegas menyatakan bahwa pada naskah asli Alkitab tidak ada ayat tersebut! Dan juga teolog terkenal Charles C. Ryrie dalam bukunya Teologi Dasar I halaman 70, menuliskan bahwa 1Yoh 5:7: jelas bukan bagian dari teks asli Kitab Suci. Teolog Dr. Herbert W. Amstrong memaparkan bahwa ayat ini ditambahkan ke Alkitab edisi Vulgata Latin ketika terjadi kontroversi panas antara Roma, Arius [pelopor Arianisme], dan umat Allah. Dua teolog ternama lain, Edward Gibbon dan Richard Porson, dari penelitian mereka sama-sama sepakat bahwa ayat 1Yoh 5:7 baru pertama kali dimasukkan oleh Gereja ke dalam Alkitab tahun 400 Masehi (Secrets of Mount Sinai, James Bentley, hlm. 30-33). Karena kuatnya bukti-bukti 'pemalsuan' ayat ini, maka dalam edisi-edisi Alkitab baru bahasa Inggris seperti The Revised Standart Version, The New Revised Standard Version, The New American Standard Bible, The New English Bible, The Philips Modern English Bible, dan lain-lain, para sarjana Alkitab meniadakan ayat itu dalam terjemahan mereka. Hanya King James Version yang masih mencantumkan ayat 'palsu' tersebut.
Kejadian 1:26
Klaim Trinitarian: Kej 1:26 "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut rupa dan gambar Kita.." Bukankah ayat ini adalah bukti bahwa Allah / elohyim itu adalah jamak[kesatuan]?
Jawab: Allah yang sejati [Yahweh / Bapa] memang tidak seorang diri ketika menciptakan langit dan bumi. Kita bisa bandingkan Amsal 8:27 dimana Hikmat (Hikmat: gelar untuk Yesus, 1Korintus 1:24) berkata: "Ketika Ia[Allah] mempersiapkan langit, aku ada di sana, ketika Ia menggaris kaki langit ….aku ada sertaNya sebagai anak kesayangan, serta setiap hari aku menjadi kesenangan-Nya, dan senantiasa bermain-main di hadapan-Nya".
Anak (pra eksistensi manusia Yesus) memang ikut aktif dalam peristiwa penciptaan, bahkan Allah mencipta segala sesuatu melalui perantaraan Anak, bandingkan dengan Yoh 1:3, Kolose 1:15-17, Ibrani 1:2. tetapi hal ini tidak berarti dengan sendirinya bahwa Anak adalah setara dengan Bapa. Bapa tetap lebih besar dari pada Yesus (Yoh 14:28).
Ibrani 1:2, Kolose 1:16, Yohanes 1:3
Klaim Trinitarian: Ayat-ayat tersebut menyebut Yesus sebagai pencipta, bukankah artinya dia adalah AllahSejati?
Jawab: Yesus pencipta alam semesta, langit dan bumi serta manusia? Itu benar. Yesus memang adalah pencipta manusia, langit dan bumi, tapi tunggu dulu, jangan keburu menyimpulkan Yesus sebagai Allah sejati. Dalam Wahyu 3:14 Yesus yang bergelar Amin adalah awal dari ciptaan Allah, Kolose 1:15 Yesus disebut sebagai ciptaan yang sulung (=ciptaan awal). Nah, selanjutnya, Yesus sebagai ciptaan Allah yang awal, kemudian Ia memang terlibat proses penciptaan-penciptaan yang lainnya. Yesus sangat luar biasa! Dia adalah mahluk ilahi yang diberi kuasa oleh Allah untuk menciptakan manusia dan isi dunia, sebagaimana tertulis dalam Kitab Suci:
"Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia [Allah] telah berbicara kepada kita DENGAN PERANTARAAN anak-Nya [Yesus], yang telah Ia [Allah] tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia [oleh Yesus], Allah telah menjadikan alam semesta" (Ibrani 1:1-2)
"Ia [Yesus] adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan, karena di dalam dialah [Yesus] telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan ada di bumi, yang kelihatan dan tidak kelihatan,… segala sesuatu diciptakan oleh dia [Yesus] dan untuk dia" (Kolose 1:15-17)
"Segala sesuatu dijadikan oleh dia dan tanpa dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang dijadikan… Ia [Yesus] telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan olehnya, tetapi dunia tidak mengenalnya" (Yohanes 1:3, 10)
Menarik sekali memang! menurut Alkitab Yesus ternyata adalah pencipta manusia dan semesta alam! Tetapi dalam ayat yang lain yang biasa disebut sebagai Sang Pencipta adalah Yahweh "Tidakkah kau tahu, dan tidakkah kau dengar? Yahweh ialah Allah kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung …Akulah Yahweh yang menciptakan semuanya ini. Akulah yang menjadikan bumi dan yang menciptakan manusia di atasnya; tangan-Kulah yang membentangkan langit, dan Akulah yang memberi perintah kepada seluruh tentaranya" (Yesaya 40:28; 45:8,12). Jadi ada dua premis. Yahweh adalah Pencipta dan Yesus adalah Pencipta, maka tidak heran jika muncul kesimpulan bahwa Yesus itu Yahweh sendiri atau Allah yang sejati. Kesimpulan yang wajar saja menurut logika, sekalipun masih bisa dipertanyakan. Apakah jika dua Pribadi melakukan pekerjaan yang sama, maka keduanya pasti Pribadi yang sama atau kedudukan keduanya pasti setara dan sehakikat? Jawaban kami: belum tentu! Dalam hidup keseharian, khususnya di dunia hukum, ada yang namanya "bertindak untuk dan atas nama". Seorang advokat, misalnya, berwenang untuk melakukan tindakan atas nama orang lain asalkan diberi kuasa penuh oleh orang itu.
Unsur "bertindak untuk dan atas nama" ini juga bisa kita lihat ada pada relasi antara Yahweh [Allah sejati] dan Yesus Kristus [utusan Allah] dalam kasus penciptaan. Mari kita perhatikan kata sambung 'oleh' (through) yang kelihatannya sepele, namun sebenarnya sangat penting sekali pada Kolose 1:16 : " .. segala sesuatu diciptakan oleh dia dan untuk dia [RSV: All things were created through him and for him]" .Melalui (Through) Yesus Kristus, segala sesuatu telah dijadikan.
Kesaksian kitab suci tentang keberadaan Yesus sebagai 'pencipta manusia dan semesta alam' inilah yang telah membuat banyak orang 'tergiring' pada suatu kesimpulan bahwa dia adalah Allah yang sejati. Padahal sebenarnya tidaklah demikian. Memang Yesus adalah pencipta, tetapi dengan meneliti ayat-ayat Alkitab lebih seksama, kita akan mendapat pemahaman yang lebih jernih bahwa sebagai pencipta manusia dan semesta alam, Yesus ternyata tidak menciptakan segala sesuatunya itu dengan kuasanya sendiri, tetapi satu hal penting yang harus kita pahami adalah ternyata: KUASA KEMAMPUAN YESUS DALAM MENCIPTAKAN SEMESTA ALAM DAN MANUSIA SEBENARNYA ADALAH BUKAN BERASAL DARI DIRINYA SENDIRI, MELAINKAN YESUS BISA PUNYA KUASA UNTUK MENCIPTA KARENA IA TELAH DIBERI KUASA OLEH ALLAHNYA! Hal itu tertulis jelas dalam Matius 28:18 "…Kepadaku [kepada Yesus] telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi".
Kisah 2:22 "Yesus dari Nasaret, seorang yang ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang DILAKUKAN OLEH ALLAH DENGAN PERANTARAAN DIA di tengah-tengah kamu" Luar biasa bukan? Jelas sekali Para Rasul pun sangat paham bahwa Yesus adalah MEDIATOR (PERANTARA) Allah dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan-Nya. Yesus sebagai Mediator/Perantara juga dijelaskan oleh ayat yang lain: "Karena Allah itu Esa dan Esa pula Dia yang menjadi PENGANTARA antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus" (1Timotius 2:5). "…kita mempunyai seorang PENGANTARA pada Bapa, yaitu YESUS Kristus, yang adil" (1Yohanes 2:1b). "Tidak ada seorang pun yang datang pada Bapa, kalau tidak melalui aku"(Yoh 14:6).
Yesus adalah saluran atau sarana/perantara penciptaan, tetapi bukan sumber kuasanya. Allah, Bapalah, asal-usul segala kuasa dan kehidupan yang diwujudkan oleh/melalui Kristus. "Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tu[h]an saja, yaitu Yesus Kristus, yang olehnya [through =melaluinya] segala sesuatu telah dijadikan dan karena dia kita hidup" (1 Korintus 8:6). Allah sebagai Sumber Kehidupan telah memberikan kuasa kepada Yesus Kristus, sehingga Ia berkuasa pula memberikan hidup kepada ciptaannya. Yesus menciptakan bukan hanya bumi, tetapi juga mahluk-mahluk hidup, termasuk manusia. "Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam dirinya sendiri … Dalam dia ada hidup, dan hidup itu adalah terang bagi manusia" (Yohanes 5:26; 1:3). Oleh karena itu, dalam salah satu perumpamaannya, Yesus menggambarkan hubungan antara Allah, dirinya, dan manusia seperti hubungan antara Pengusaha anggur, pokok anggur, dan ranting-ranting anggur itu: "Akulah pokok anggur yang benar dan Bapakulah pengusahanya … Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam aku dan aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa"(Yohanes 15:1,5). Tanpa "Kuasa" dari Allah - menurut pengakuannya sendiri - Yesus jelas tidak sanggup melakukan apa-apa "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak (Yesus) TIDAK DAPAT MENGERJAKAN SESUATU DARI DIRINYA SENDIRI, jikalau ia tidak melihat Bapa (Allah) mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu pula yang dikerjakan Anak" (Yohanes 5:19).
Roma 9:5
Klaim Trinitarian: Roma 9:5 "Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaanNya sebagai manusia. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!" Bukankah di ayat ini Mesias yaitu Yesus adalah Allah yang harus dipuji selamanya?
Jawab: Ayat ini bermasalah. (Penjelasan berikut dikutip berdasar komentar Hortensius F. Mandaru, SSL dari LAI): Roma 9:5 merupakan salah satu ayat yang paling diperdebatkan dalam tafsir PerjanjianBaru. Terjemahan formal dari LAI berbunyi seperti tersebut di atas. Beberapa terjemahan modern juga bermakna seperti itu (meski memakai "koma", bukan "titik", misalnya: NRSV, NIV dan NJB). Menurut terjemahan-terjemahan ini, yang dimaksud dengan "Ia" dalam ayat ini adalah: Yesus. Terjemahan ini terasa paling wajar dari segi style bahasa Yunaninya dan cocok juga dengan style Paulus di tempat lain (Roma 1:25; Galatia 1:5; 2Korintus 11:31). Satu-satunya keberatan yang paling serius terhadap terjemahan ini adalah fakta bahwa Paulus tidak pernah menyebut Yesus Kristus sebagai Allah! Maka, aneh jika tiba-tiba di satu ayat ini dia membuat suatu kecualian dan dengan tegas menyebutkannya sebagai "Allah". Oleh karena itu, beberapa terjemahan lain berkeyakinan bahwa "Ia" disini adalah "Allah(Bapa)" bukan Yesus!.
Persoalannya memang rumit, sebab naskah tertua Yunani tidak memiliki tanda baca, padahal penempatan tanda "titik" atau "koma" dalam teks ini amat krusial untuk tafsiran/terjemahan. Konteks ayat ini sedikit lebih mendukung terjemahan yang menafsirkan "Ia" sebagai Allah Bapa. Setelah rentetan berkat bagi umat Israel ditampilkan (yang berpuncak pada anugerah seorang Mesias!), terasa logis bila Allah (Israel) itu dipuji. Namun ini pun belum meyakinkan, sebab secara psikologis rasanya tidak pas Paulus memuji Allah di ayat ini, sebab dia sebenarnya tengah mengungkapkan kekecewaannya atas ketidakpercayaan Israel. Memang dapat dikatakan bahwa dalam semua "berkat/pujian", Paulus umumnya memakai rumusan yang jelas mereservir "Allah" hanya untuk Bapa: "Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus" (bnd. 2Korintus 1:3;11:31; Efesus 1:3). Akan tetapi, dalam rumusan-rumusan 'berkat/pujian' seperti ini, kata "Terpujilah" selalu ditempatkan pada awal kalimat, padahal dalam Roma 9:5 kata tersebut menjadi kata ke-6 dalam kalimat, jelas ini sebuah konstruksi yang 'aneh' secara gramatikal! Jadi, menyangkut teks ini pandangan para ahli masih amat berimbang! Secara gramatikal, tafsiran pertama di atas sedikit lebih kuat, sedangkan dari sudut teologi Paulus, pendapat kedua lebih kuat. Terjemahan dinamis dari LAI (BIMK, juga TEV, NEB, NAB, dll.) menganut penafsiran kedua: "Terpujilah Allah untuk selama-lamanya. Amin". Perlu diketahui bahwa komite tekstual United Bible Society lebih mendukung tafsiran yang kedua juga.
Yohanes 20:28
Klaim Trinitarian: Thomas, murid Yesus, menyapa Yesus sebagai Tuhan dan Allah, dan Yesus membiarkannya, bukankah itu artinya bahwa memang dia adalah AllahSejati?
Jawab: Perhatikan konteks ayat Yohanes 20:28 itu. Dalam keadaan tidak percaya pada kabar berita kebangkitan Yesus, tiba-tiba Thomas melihat di depan mata kepalanya sendiri bahwa Yesus benar-benar bangkit sehingga Thomas seketika terkejut dan berkata "Ya Tuhan dan Allahku!". Saat orang terkejut melihat Tsunami yang sangat dahsyat, orang itu berkata "Ya Tuhan dan Allahku!" bukan berarti gelombang Tsunami itu adalah Tuhan atau Allahnya, bukan? Ucapan "Ya Tuhan dan Allahku" itu adalah sebuah ekspresi keterkejutan.
Seperti dikemukakan Profesor Guru Besar Teologi, Thomas Mc Elwain, dapat dipahami dengan menyidik dari segi bahasa akan lebih jelas. Pada bahasa Yunani yang dipakai pada frase "Ya Tuhan dan Allahku" atau "My Lord and My God" di Yohanes 20:28 itu adalah "kurios" dan "theos". Teks Yunani pada frase "My Lord and My God" adalah frase yang menggunakan bentuk nominatif, baik pada kata Lord [kurios] maupun kata God [theos]. Karena kedua kata tersebut berasal dari deklensi kedua tunggal, maka dalam bahasa Yunani terdapat kasus vokatif yang bentuknya berbeda. (Vokatif [kata bentuk sapaan] dalam linguistik adalah bentuk kata yang menunjukkan seseorang/pihak yang diajak bicara). Bentuk vokatif dari "kurios" adalah "kurie" sedangkan bentuk vokatif dari "theos" adalah "thee". Jadi, apabila mengacu pada orang yang diajak bicara (dalam konteks ayat tersebut yaitu Yesus), maka kata-kata tersebut ("kurios" dan "theos") haruslah dalam bentuk vokatif yaitu: "Kurie" untuk kurios dan "thee" untuk theos. Tetapi apabila kata-kata itu mengacu pada orang / pihak yang bukan diajak bicara, maka bentuknya haruslah nominatif. Nah sekarang ternyata kata-kata itu berbentuk nominatif bukan vokatif! ini berarti bahwa kata-kata itu dimaksudkan bagi pihak lain, bukan pihak atau orang yang diajak bicara, yang dalam konteks ini adalah Yesus. Jadi, dengan tidak perlu ragu lagi, kita, paling tidak bisa mengetahui dengan pasti bahwa Yesus bukanlah "Lord" dan "God" yang dimaksud oleh Thomas dalam keterkejutannya itu. Thomas bukan menyapa Yesus. Jika pada saat terkejut, di depan orang yang anda serukan kepadanya "ya Tuhan dan Allahku!" begitu saja orang di depan anda itu menjadi Allah, saya kawatir akan ada ribuan orang yang mengklaim dirinya sebagai Allah setiap harinya, bukan?
Seruan keterkejutan Thomas "Ya Tuhan dan Allahku!" hal itu mengungkapkan keyakinan baru Thomas mengenai kebangkitan Yesus. Kebangkitan Yesus itulah yang awalnya dia ragukan kebenarannya. Bagi Thomas tidak pernah ada pertanyaan apakah Yesus itu Allah sejati atau bukan. Yang ada hanyalah pertanyaan apakah Yesus itu bangkit atau tidak. Kebangkitan inilah yang diragukan oleh Thomas. Kebangkitan inilah yang Thomas akhirnya benar-benar lihat dengan mata kepalanya sendiri dan rasakan dengan jari-jari tangannya sendiri. Yesus tidak pernah mendapat pengakuan Thomas terhadapnya sebagai Allah karena memang Thomas tidak pernah mengakui Yesus sebagai Allahnya, dia hanya mengakui bahwa Yesus yang telah mati disalib itu benar-benar bangkit hidup kembali.
Yesaya 63:8-9
Klaim Trinitarian: ",, maka Ia (TUHAN ALLAH) menjadi juruselamat mereka dalam segala kesesakan mereka. Bukan seorang duta atau utusan melainkan Ia (Allah) sendirilah yang menyelamatkan mereka, Dialah yang menebus mereka dalam kasih-Nya dan belas kasihan-Nya". Bukankah ayat ini menyatakan dengan jelas bahwa yang menjelma menjadi manusia Yesus adalah Allah sendiri dan bukan duta atau utusan?
Jawab: Terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia [terbitan di atas tahun 1980-sekarang] terhadap ayat tersebut tidak tepat! Dalam versi bahasa Inggris Holy Bible King James Version tertulis: "So He [The God] became their Savior in all their affliction He was afflicted. And the Angel of His Presence saved them, in His love and His pity He redeemed them". (Maka Ia[Allah] menjadi juru selamat mereka dalam kesesakkan mereka. Dan MALAIKAT YANG DI HADIRAT-NYA menyelamatkan mereka, dalam kasih-Nya dan belas kasihan-Nya Dia menebus mereka".
Frase "Malaikat di hadirat-Nya" ternyata [mungkin oleh oknum-oknum dalam upaya mengajarkan Trinitas] telah diubah menjadi "bukan seorang duta atau utusan melainkan Ia (Allah) sendiri". Pada Alkitab LAI terbitan 1958-70 tertulis: "…Malak alhadiratnya (malaikat di hadirat Allah) memeliharakan mereka…". Perbedaan terjemahan tersebut jelas sangat fatal dan memiliki arti yang bertolak belakang, terjemahan LAI yang lama mengatakan bahwa yang memelihara adalah "Malak (Malaikat, Angel, utusan)" sementara terjemahan yang baru mengatakan "bukan utusan" ini jelas sangat bertentangan! Jadi jelas ayat aslinya tidak mengindikasikan bahwa Allah sendirilah yang menjelma menjadi Yesus seperti klaim Trinitarian.
Ibrani 1:8
Klaim Trinitarian: Ayat ini mengacu pada Yesus, dan Bapa sendiri menyebut Anak sebagai Allah ("…Tahtamu ya Allah .."), itu berarti Anak/Yesus itu Allah sejati.
Jawab: Ayat ini jelas kutipan dari Perjanjian Lama - Mazmur 45:7-8 yang berbicara tentang pernikahan raja, maka tentu saja ayat ini harus dimengerti dalam arti PerjanjianLama yaitu dimana raja disebut sebagai "allah".
Yesaya 9:5
Klaim Trinitarian: "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita …dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa [ElGibor], Bapa yang Kekal, Raja Damai.." Bukankah ayat ini jelas menunjuk pada Yesus, berarti Yesus adalah Allah yang Perkasa?
Jawab: Sekalipun umumnya orang yang menafsirkan ayat ini sebagai ramalan tentang Yesus, namun sebenarnya ayat itu tidak hanya berbicara mengenai Yesus, tetapi juga mengenai anak raja Ahaz. Anak Ahaz bisa disebutkan orang sebagai "Allah yang Perkasa, Raja Damai" karena di dalam anak itu Allah (Yahweh) menyatakan kejadiran dan pertolongan-Nya. Maka kalau pun ayat ini ditafsirkan mengacu pada Yesus, ya tidak masalah juga. Yesus - sama seperti anak Ahaz - mau disebutkan orang sebagai Allah yang Perkasa? tidak masalah, karena di dalam Yesus, Allah juga menyatakan kehadiran dan pertolongan-Nya.
Kolose 1:19
Klaim Trinitarian: "Seluruh kepenuhan Allah ada di dalam Yesus", Bukankah itu artinya dia adalah benar-benar Allah sepenuhnya?
Jawab: Surat Kolose adalah tulisan 'bahasa' Paulus. Jika Paulus menuliskan frase "Seluruh kepenuhan Allah diam di dalam Yesus" itu tidak sertamerta berarti Yesus adalah AllahSejati. Buktinya di Surat Efesus 3:19b, Paulus juga menulis bahwa orang-orang percaya juga bisa "dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah".
Melihat Yesus = Melihat Allah
Klaim Trinitarian: Yesus sering berbicara tentang dirinya sebagai satu dengan Allah Bapa dalam esensi atau zat dan sifat. Yesus dengan yakin mengatakan "jikalau sekiranya kamu mengenal Aku, kamu mengenal juga Bapa-Ku" (Yohanes 8:19). "Dan barangsiapa yang melihat Aku, ia melihat Dia [Bapa] yang telah mengutus Aku (Yohanes 12:45). "Barang siapa membenci Aku, ia membenci juga Bapa-Ku" (Yoh 15:23). "Supaya semua orang menghormati Anak [Yesus] sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia" (Yoh 5:23). Ayat-ayat tersebut jelas sekali dengan pasti mengindikasikan bahwa Yesus adalah sama, setara dengan Allah Bapa. Buktinya: kenal Yesus dikatakan = kenal Bapa, melihat Yesus = melihat Bapa, membenci Yesus = membenci Bapa, tidak hormat pada Yesus = tidak hormat pada Bapa. Berarti jelas seperti yang tertulis di Yoh 1:30 tadi "Yesus dan Bapa adalah satu".
Jawab: Yesus tidak pernah dalam ayat-ayat tersebut mengklaim dirinya satu, sama dan setara dengan Bapa dalam esensi zat dan sifat. Yesus justru mengaku sebagai utusan Bapa dan hamba Allah, dan dia bilang "seorang hamba atau utusan tidaklah sama dengan tuannya yang mengutus"(Yoh 13:16), karena "Bapa [yang mengutus] lebih besar daripada Yesus, yang diutus oleh Bapa" (Yoh 14:28). Sebagai utusan yang sah, Yesus datang dalam nama Allahnya (Yoh 5:43a) dan mempunyai misi memperkenalkan Bapa/Allahnya, maka - sebagai jalan menuju Allah - bila sekiranya ada orang yang mau mengenal dan mendengarkan Yesus, mereka pasti kemudian akan bisa mengenal Bapa. Orang yang melihat kuasa-kuasa yang dilakukan Yesus itu artinya melihat kuasa-kuasa Bapa yang telah dinyatakan melalui Yesus (Matius 28:18, Kisah 2:22). Barangsiapa membenci Yesus, padahal Yesus adalah utusan sah dari Allah Bapa, maka artinya orang tersebut juga membenci dan menghina Bapa yang mengutus Yesus. Yesus sama sekali tidak mengaku setara atau satu zat dengan Bapa, dia mengaku bahwa dia adalah wakil / utusan dari Bapa. Dan karena sebagai utusan yang sah dan telah diberi kuasa, maka dari itu Yesus berhak atas loyalitas dan kepatuhan yang mutlak, seolah-olah dia adalah Allah itu sendiri. Namun dia tidak mengakui dirinya sebagai Allah sejati, tetapi sebagai hamba dan utusan Allah. Alkitab tegas bersaksi Yesus adalah hamba Allah yang dimuliakan dan diurapi oleh Allah sendiri (Matius 12:18, Kisah 3:13,26, 4:27, 30).
Yesus Disembah
Klaim Trinitarian: Dalam beberapa ayat Alkitab tercatat bahwa Yesus disembah (Matius 2:2, 8:2, 9:18, 14:33, 15:25 dll.), bukankah hanya Allah saja yang boleh disembah?
Jawab: Yesus "disembah"? memang benar itu! tapi disembah dalam makna apa? apakah Yesus disembah seperti orang menyembah Allah yang sejati? Dalam bahasa Yunani, kata menyembah yang sering dipakai itu adalah "proskuneo", nah, kata "proskuneo" ini mengandung arti menyembah bisa dalam makna "MENGHORMAT". "Proskuneo" biasa digunakan untuk "menghormat/menyembah" Allah sejati dan juga orang-orang yang berkedudukan tinggi. Sedangkan untuk untuk penyembahan yang hanya kepada Allah sejati, kata yang digunakan adalah "latruo". Jadi jelas Yesus sebagai orang yang berkedudukan tinggi dan wakil Allah yang diurapi oleh Allah sendiri maka Yesus boleh mendapat "proskuneo" dari banyak orang. Karena Yesus sudah dipilih khusus dan diurapi oleh Allah sendiri, Yesus sudah menjadi pemimpin yang diberi kuasa di sorga dan bumi (Matius 28:18) maka, seperti tertulis di Ibrani 1:6 malaikat-malaikat di sorga juga tentu harus "proskuneo"(hormat) pada Yesus. Maka hal "penyembahan" yang berarti "menghormat" (proskuneo) itu tidaklah membuktikan bahwa Yesus adalah Allah sejati. Masalah tersebut hanyalah kesalahpahaman penafsiran pada makna "menyembah" itu saja, dan sebagai catatan: LAI dalam menerjemahkan "proskuneo" dan "latruo" sama-sama menerjemahkan dengan kata "menyembah".
Yesus Maha Tahu & Berkuasa Membuat Mujizat
Klaim Trinitarian: Kitab suci menunjukkan bahwa Yesus mempunyai sifat-sifat yang hanya dimiliki oleh Allah sendiri. Di Matius 9:4, Matius 12:25, Yoh 2:24-25, Yoh 6:64 Di ayat-ayat itu jelas terbukti Yesus bisa mengetahui pikiran dan hati orang. Kalau dia bukan Allah sejati tentu Yesus tidak bisa Mahatahu seperti itu, bukan? Yesus juga Mahakuasa, buktinya dia dapat membangkitkan orang mati dan melakukan banyak mujuzat-mujizat yang luarbiasa.
Jawab: Tidaklah tepat kalau dikatakan Yesus itu Mahatahu. Yesus memang tahu banyak hal di sorga dan bumi [karena dia sudah diberi kuasa sorga dan bumi] tetapi dia jelas tidak Mahatahu, buktinya tentang hari kedatangannya yang kedua kali dia mengaku tidak tahu, hanya Bapa yang tahu (Matius 24:36, Markus 13:32). Kemudian kalau Yesus bisa tahu pikiran dan hati orang dan hal itu sertamerta dijadikan bukti bahwa dia Allah sejati, lantas bagaimana dengan Petrus di Kisah Rasul 5 dia juga bisa mengetahui hati dan pikiran Ananias dan Safira, apakah itu artinya Petrus juga adalah Allah sejati karena dia tahu hati dan pikiran orang? tentu tidak, bukan? Kemudian soal mujizat, itu adalah karena telah diberi kuasa oleh Allah, Petrus juga bisa menghidupkan orang mati (Kisah 9:40) dan membuat mujizat. Demikian juga Elisa, mayat-mayat yang kena tulang-tulangnya bisa hidup kembali (2Raja 13:20-21). Kuasa dan mujizat sumber-asalnya dari Allah (Mazmur 62:12).
Mengampuni Dosa
Klaim Trinitarian: Di Matius 9:2-7Yesus bisa berkuasa mengampuni dosa, bukankah yang berkuasa mengampuni dosa hanya Allah sendiri? Dan Yesus juga menghakimi pada akhir zaman (Matius 25:31-32, Yoh 5:22,27) bukankah Hakim yang sejati adalah Allah sendiri? Jika Yesus = Hakim, itu artinya Yesus = Allah sendiri!
Jawab: Ya, di Matius 9:6 Yesus mengaku bahwa dia berkuasa mengampuni dosa. Yesus juga mengaku sebagai Hakim akhir zaman, itu benar. Mengapa Yesus bisa berkuasa mencipta? mengapa Yesus bisa berkuasa buat berbagai mujizat? Mengapa Yesus bisa bekuasa mengampuni dosa? mengapa Yesus bisa berkuasa menjadi Hakim? mengapa Yesus bisa berkuasa mengusir setan, mengapa Yesus berkuasa, berkuasa dan sangat berkuasa di sorga dan bumi? Apakah semua hal itu dikarenakan dia adalah Allah yang sejati? Tidak!! Yesus bisa hebat dan sangat berkuasa, baik di sorga maupun di bumi, semua itu adalah bukan karena dia AllahSejati. Semua kuasa milik Yesus adalah bukan berasal dari dirinya sendiri, melainkan karena "Kepada Yesus telah DIBERIKAN SEGALA KUASA DI SORGA DAN BUMI" oleh Bapa/Allahnya (Matius 29:18). Maka jangan heran jika Yesus dapat berkuasa melakukan pekerjaan-pekerjaan Allah, semua itu karena "Dia telah diberi kuasa!". Semua mujizat dan hal ajaib yang dilakukan Yesus adalah bukan berasal dari kuasanya sendiri, melainkan Allah-lah yang melakukannya dengan memakai Yesus sebagai mediator. Hal itu jelas seperti tertulis di Kisah 2:22 "…Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan KEKUATAN-KEKUATAN DAN MUJIZAT-MUJIZAT DAN TANDA-TANDA YANG DILAKUKAN OLEH ALLAH DENGAN PERANTARAAN DIA di tengah-tengah kamu..". Yesus adalah mediator/pengantara dan Allah-lah sumber kuasanya.
Gelar Alfa Omega
Klaim Trinitarian: Di kitab Wahyu 22:13, Yesus disebut sebagai Alfa dan Omega, bukankah "Alfa dan Omega" adalah nama atau gelar milik Allah (Yahweh) sendiri?
Jawab: Memang nama (gelar) "Alfa dan Omega" itu sebutan untuk Yahweh (AllahSejati). Nah, pertanyaannya: kalau Yesus bukanlah Yahweh itu sendiri, mengapa nama Alfa Omega bisa pula disebutkan pada Yesus? Jawabannya adalah jelas dan terang benderang seperti tertulis di Injil Yohanes 17:11,12 dalam perkataan (doa)nya Yesus sendiri berkata "Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu YANG TELAH ENGKAU BERIKAN KEPADA-KU, supaya mereka menjadi satu sama seperti kita adalah satu. Selama aku bersama mereka, aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu NAMA-MU YANG TELAH ENGKAU BERIKAN KEPADAKU;.." Di ayat itu dalam perkataan doanya kepada Allahnya Yesus sangat terang menjelaskan bahwa nama [gelar/sebutan] yang sebenarnya adalah milik Yahwe itu, seperti Alfa dan Omega, gelar itu memang telah diberikan atau dikenakan juga kepada Yesus yang mempunyai misi sebagai utusan Yahweh. Jadi jikaYesus disebut dengan nama Alfa dan Omega itu artinya adalah: Nama gelar milik Allah diberikan pada Yesus. Dan dalam Wahyu 3:12 juga membuktikan bahwa nama milik Yahwe bukan cuma diberikan pada Yesus saja tapi kata Yesus "Barangsiapa menang,…padanya akan kutuliskan[diberi] Nama Allah-ku [nama Yahwe],..". Jelas umat-umat Allah yang benar kelak akan mendapatkan nama / gelar milik Yahwe juga, sama seperti Yesus.
Anak Allah = Allah Anak
Klaim Trinitarian: : Alkitab tegas mengatakan Yesus adalah Anak Allah atau Allah Anak, jelas dia adalah Allah. Memang di Alkitab orang-orang murid Yesus juga bisa disebut Anak-anak Allah, tapi Yesus disebut secara khusus sebagai "Anak Tunggal Allah" atau "Allah Anak" artinya dia betul-betul Allah sejati, Allah Anak, The True God.
Jawab: Istilah "Allah Anak" itu hanya ada di doktrin Trinitas. Di Alkitab jelas dari kitab Kejadian sampai Wahyu tidak ada istilah "Allah Anak", yang ada istilah "Anak Allah". Jadi kalau kaum Trinitarian bilang bahwa ada "Allah Anak", nah, itu jelas tidak Alkitabiah karena memang istilah itu jelas tidak ada di Alkitab! Jangan asal menyamakan antara istilah "Anak Allah" dengan "Allah Anak" itu jelas dua istilah yang sangat beda, seperti halnya "Anak Dokter" dengan "Dokter Anak" bukankah jelas sangat beda maknanya?! Tapi tentang istilah "Anak Allah" dan "Anak Tunggal Allah" itu memang ada banyak di Alkitab. Dan ingat dalam bahasa asli Alkitab tidak ada perbedaan huruf besar kecil, jadi sebenarnya istilah "Anak Allah" atau "anak Allah" atau "anak allah" jelas sama maknanya, dan semua orang bisa saja diberi kuasa menjadi "anak-anak Allah" (Yoh 1:12, Galatia 3:26, 1Yoh 3:1, dllnya). Dan lebih anehnya jika kaum Trinitas bisa-bisanya bilang "Anak Allah" artinya = Allah, berarti kalau Yesus sebagai Anak Allah=Allah sejati, maka saudara-saudaranya Yesus (Roma 8:29), umat-umat Allah, orang-orang pembawa damai, rasul-rasul, murid-murid Yesus - yang mana mereka semua disebut sebagai "Anak-anak Allah" juga (Roma 8:14-16) - apakah mereka = Allah-Allah sejati semua??? wah jadi banyak sekali Allah-Allahnya ya!? jadi Allah Sejati bukan lagi tiga Pribadi atau Trinitas, tapi Allah sejati ada jutaan pribadi bahkan mungkin miliyaran pribadi! ??? Itulah sebabnya musti hati-hati dengan istilah "Anak Allah" Jangan asal disamakan dengan Allah sejati, apalagi Allah Anak.
Kebangkitan Yesus
Klaim Trinitarian: Yesus mati tetapi bisa hidup kembali bangkit sendiri, itu adalah bukti bahwa dia adalah AllahSejati. Yesus bangkit dengan kekuatan kuasanya sendiri.
Jawab: Beberapa Pendeta/teolog Trinitarian mengklaim bahwa salah satu bukti Yesus sebagai Allah sejati adalah Yesus telah bangkit dari kematian dengan kuasanya sendiri. Benarkah hal itu? Bagaimana dengan kesaksian kitab suci tentang hal tersebut? Mari kita selidiki:
Matius 16:21 " ..Yesus mulai menyatakan pada murid-muridnya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga."
Lukas 9:22 kata Yesus sendiri: " Anak Manusia …. dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga."
Kisah 2:24 "tetapi Allah membangkitkan dia [Yesus] dengan melepaskan dia dari sengsara maut, .."
Kisah 2:32 "Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi"
Kisah 3:15 "Demikianlah Ia [Yesus], pemimpin kepada hidup, telah kamu bunuh, tetapi Allah telah membangkitkan dia dari antara orang mati, dan tentang hal itu kami adalah saksi"
Kisah 4:10 "…Yesus Kristus, orang Nazaret, yang kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang mati…"
Kisah 5:30 "Allah nenek moyang kita telah membangkitkan Yesus, yang kamu gantungkan pada kayu salib dan kamu bunuh."
Kisah 10:40 "Yesus itu telah dibangkitkan Allah pada hari yang ketiga, …"
Kisah 13:30 "Tetapi Allah membangkitkan Dia dari antara orang mati."
Kisah 13:34 "Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan tidak akan diserahkan kembali kepada kebinasaan."
Kisah 13:37 "Tetapi Yesus dibangkitkan Allah, .."
Roma 6:4 "Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, .."
Roma 7:4b "..Dia yang telah dibangkitkan dari antara orang mati, .."
Roma 8:11 "Dan jika Roh Dia [kuasa Allah], yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia[Allah], yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh[kuasa]-Nya, yang diam di dalam kamu."
Roma 10:9b "… bahwa Allah telah membangkitkan Dia[Yesus] dari antara orang mati, .."
1Korintus 15:4 "Bahwa Ia telah dikuburkan, bahwa Ia telah dibangkitkan pada hari ketiga, sesuai kitab suci, "
1Korintus 15:12 "Jadi bilamana kami beritakan bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, .."
1Korintus 15:20 "tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari antara orang yang telah meninggal."
2Korintus 4:14 "Karena kami tahu, bahwa Ia[Allah], yang telah membangkitkan Tuan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama-sama dengan Yesus."
Galatia 1:1b "…Allah, Bapa, yang telah membangkitkan Dia[Yesus] dari antara orang mati"
Efesus 1:19-20 "dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan kekuatan kuasa-Nya, yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan dia dari antara orang mati dan mendudukkan dia di sebelah kanan-Nya di Sorga"
Kolose 2:12 "..kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia[Yesus] dari antara orang mati"
1Tesalonika 1:10 ".. Anak-Nya dari sorga, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati, yaitu Yesus,.."
1Petrus1:21 "..Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati.."
1Petrus3:18 "Sebab juga Kristus telah mati .., tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh[kuasa]."
Ayat-ayat tersebut di atas sangat akurat dan jelas mencatat bahwa Yesus jelas tidak bangkit oleh kuasanya sendiri, melainkan ia bisa hidup kembali dari kematian karena Ia DIBANGKITKAN oleh Allahnya. Tidak ada satupun ayat Alkitab yang tegas mengatakan dengan jelas bahwa Yesus bangkit atas kuasanya sendiri seperti sering diklaim oleh golongan Trinitarian. Yang Alkitabiah adalah:Yesus DIBANGKITKAN oleh Allah. Allah-lah yang MEMBANGKITKAN Yesus!
NB: Penjabaran di atas hanya jawaban-jawaban singkat. Untuk kajian yang lebih lengkap dan tak terbantahkan, silakan simak buku: MENJAWAB DOKTRIN TRITUNGGAL, 2007, 2008
Tuesday, May 8, 2007
Kristen Tauhid
"Saya beragama Tauhid" (Frans Donald)
(Makalah Bedah Buku bersama Gus Mus di IAIN Walisongo Semarang, 25 April 2007)
Assalamu'alaikum. Salam sejahtera untuk kita semua.
Alhamdullilah, haleluyah, puji Tuhan. Pada kesempatan ini kita bisa bersama-sama berbagi hati dan pikiran, dalam acara bedah buku dan seminar yang telah diprakarsai, dirintis, 'diperjuangkan' dan diadakan oleh sobat-sobat "para pendekar" dari IAIN Walisongo, Semarang. Ucapan Syukur dan terimakasih sangat layak kita sampaikan pada Allah yang Mahabesar atas terselenggaranya acara ini.
Sebagai Pengantar sebelum "pembedahan buku" yang telah saya tulis, seperti yang telah saya coba tuangkan sebagian pikiran-pikiran saya dalam buku ALLAH DALAM ALKITAB DAN AL QUR'AN, yang masih jauh dari sempurna itu, untuk mengkaji persahabatan Islam-Kristen secara teologis. Maka pada kesempatan ini, di depan para pemikir dan akademisi serta orang-orang yang meminati wacana ini, sebelum 'membedah' buku saya, saya ingin mencoba berbagi pikiran lebih jauh atau lebih blak-blakan lagi tentang pemahaman-pemahaman saya (sebagai seorang Kristen Monotheis/Tauhid) terhadap Al Qur'an dan 'Islam'.
Hasrat penulisan buku ALLAH DALAM ALKITAB DAN AL QUR'AN adalah ingin menginspirasi semangat 'perdamaian bangsa' melalui perdamaian agama yang bukan cuma berbicara berdasar wacana-wacana sosial [soal gotongroyong/penanggulangan bencana bersama, dll.] seperti yang mungkin sudah sering dilakukan pada dialog/kegiatan lintas agama pada umumnya, dimana tidaklah menyentuh langsung hal-hal yang bersifat teologis [karena sering dipandang bahwa dari sisi teologi Islam sangat berbeda dengan Kristen]. Tetapi, pada kajian ini, justru ingin mengajak saudara-saudari Islam-Kristen untuk sekiranya bisa betul-betul bergandengan tangan, betul-betul bersahabat "romantis dan intim" dengan didasari oleh pemahaman teologi yang selaras dalam hal hakikat. Terutama menjawab pertanyaan-pertanyaan Islam dan Kristen yang sangat mendasar: "Sama Atau Bedakah Allah dalam Alkitab dan Al Qur'an?". Untuk menjawab pertanyaan tersebut tentu musti dikaji secara seksama berdasar kedua kitab suci tersebut, Alkitab dan Al Qur'an.
Alkitab berisi injil [Yunani: euagelion] yang artinya kabar baik atau kabar gembira dari Allah, yang ditulis melalui kesaksian-kesaksian para rasul dan murid-murid Yesus. Dan Al Qur'an, The Holly Koran [sebuah kitab bacaan yang baik dan benar], ternyata juga berisi "Kabar Gembira" [Good News] dari Allah yang disampaikan melalui Rohul Kudus, sebagaimana tertulis:
… Kami turunkan kepadamu Kitab yang menjelaskan tiap-tiap sesuatu, petunjuk, rahmat dan Kabar Gembira bagi orang-orang yang berserah diri (An Nahl QS 16:89)
Katakanlah, “Yang menurunkannya adalah Ruhulqudus dari Tuhanmu dengan benar supaya meneguhkan hati orang-orang yang beriman dan sebagai petunjuk serta Kabar Gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (An Nahl QS 16:102)
… Inilah ayat-ayat Al Qur’an dan kitab yang menerangkan, petunjuk dan Kabar Gembira bagi orang-orang yang beriman (An Naml QS 27:1,2)
Jadi sebenarnya [menurut saya] sudah sangat jelas sekali – tidak perlu musti dijelaskan dulu dengan ilmu tafsir teologi atau filsafat yang muluk-muluk ataupun teori yang muter-muter -, bahwa keduanya, Injil dan Al Qur’an adalah Kabar Gembira dari Allah melalui malaikat-Nya [Rohul Kudus] kepada para nabi dan rosul untuk disampaikan kepada semua umat manusia, kepada segala suku bangsa dan segala bahasa. Sebuah pemahaman yang sederhana, sangat berdasar, singkat, padat dan jelas! Dan kita patut meyakini pula, jika Allah bersaksi untuk senantiasa memelihara dan menjaga ayat-ayatnya (Al Hijr Qs 15:9) "Langit dan bumi akan berlalu tetapi Firman Allah akan tetap terpelihara" (Matius 24:35), maka dari itu Taurat-Zabur-Injil dan Al Qur'an tentu benar-benar akan terus terpelihara pula sepanjang zaman!
Sebagai seorang Kristen (dalam arti pengikut ajaran Isa/Yesus), saya meyakini bahwa ajaran yang disampaikan oleh Yesus adalah ditujukan untuk seluruh umat manusia, bukan untuk golongan bangsa atau ras tertentu saja. Hal ini dituliskan dalam Alkitab (1Yohanes2:2; Kolose 3:11). Yesus Kristus (Isa Almasih) adalah untuk seluruh mahluk hidup di seluruh dunia. Nah! demikian juga saya sebagai seorang Kristen (pengikut Yesus) juga meyakini bahwa Al Qur'an sebagai kitab suci dan Islam sebagai agama (dien), 'tercipta' bukan hanya untuk golongan tertentu saja, tetapi untuk seluruh dunia yang ingin selamat (Ali Imran 19: "Sesungguhnya agama disisi Allah hanyalah Islam"; 85: "Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima").
Tulisan ini akan mencoba memaparkan pemikiran-pemikiran saya. Namun, semua pikiran-pikiran tentu sah untuk dikaji dan diuji, boleh diragukan, dipercayai atau disangsikan, bahkan kalaupun ada yang menganggapnya sebagai "sesat", itu wajar-wajar saja. Setiap orang bebas untuk berpikir.
Nah, jika saya telah memahami hakikat Al Qur'an dan Injil adalah sebagai kitab "Kabar Gembira" yang disampaikan oleh Rohul Kudus. Kini sejauh mana Kabar Gembira itu dapat menjadi bagian kita bersama?
I. Keterbukaan konsep "Islam"
Al Qur'an mencatat bahwa konsep "islam" tidak hanya dikenakan kepada agama dan tradisi yang muncul setelah nabi Muhammad.
a. Ibrahim dan Keturunannya
Nabi Ibrahim (Abraham), Yakub dan sanak keluarganya yang sudah ada jauh sekali sebelum zaman Muhammad, mereka semua disebut sebagai Islam. "Ingatlah ketika Tuhannya berfirman kepadanya, "Islamlah!" Ibrahim menjawab, "Saya telah Islam kepada Tuhan semesta alam". Dan Ibrahim telah mewasiatkan keislaman itu kepada anak-anaknya, dan demikian pula Yakub. …. "Apa yang akan kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab, "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu Ibrahim, Ismail, Ishak, yaitu Tuhan Yang Esa dan kami hanya Islam kepada-Nya" (Al Baqarah QS 2:131-133).
b. Pengikut Yesus [Isa Almasih]
Para pengikut dan sahabat-sahabat Yesus yang sejati (Nasrani, Kristen sejati - Hawariyun) disebut Islam [muslimun] "Dan ingatlah ketika Aku ilhamkan kepada hawariyin [pengikut Isa] agar mereka beriman kepada-Ku dan kepada Rasul-Ku! Mereka menjawab "Kami telah beriman dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang muslim" (Al Maidah QS 5:111), "… Hawariyin [sahabat-sahabat Isa] menjawab, "kamilah penolong-penolong agama Allah. Kami telah beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah muslim" (Ali Imran QS 3:52).
II.Golongan Orang-Orang Yang Selamat
Berdasarkan salah satu catatan Hadits Ibnu Majah, Yahudi akan pecah menjadi 71 golongan, satu golongan masuk surga, yang 70 lainnya masuk neraka. Kristen pengikut Yesus akan pecah menjadi 72 golongan, satu golongan masuk surga, yang 71 lainnya masuk neraka. Islam pengikut Muhammad akan pecah menjadi 73 golongan, satu golongan masuk surga, yang 72 lainnya masuk neraka. Mereka yang masuk sorga adalah yang menjalankan sunatullah, perintah Allah.
Hadits tersebut bersesuaian dengan surat Al Maidah 69 [=Al Baqarah 62]: “sesungguhnya orang-orang beriman, baik orang–orang Yahudi, orang-orang Sabiin, dan orang-orang Nasrani [Kristen/pengikut Yesus], BARANG SIAPA yang beriman kepada Allah, kepada hari akhir dan berbuat kebajikan, maka akan masuk surga semua, tidak perlu ragu”.
Penjelasan hadits dan ayat Al Qur'an diatas berkesesuaian juga dengan Alkitab, "Bukan setiap orang yang berseru kepadaku: Tuan, Tuan! akan masuk ke dalam kerajaan sorga, melainkan dia yang melakukan perintah Allah[sunatullah]" (Matius 7:21)
Dari sumber yang patut dihormati yaitu Hadits Shahih Muslim jilid 1 ayat 9: Islam/aslama artinya berserah diri [pasrah], taat sepenuh hati kepada Allah, selamat damai sejahtera. Kepasrahan [ke-islam-an] adalah bersifat Universal, dengan demikian ke-islam-an adalah milik seluruh dunia, tanpa membedakan golongan keagamaan, suku, bangsa dan bahasa. Hanya Allah yang berhak menilai siapa yang benar-benar Islam[aslama] di hadapan-Nya, dan siapa yang cuma Islam dihadapan manusia saja.
III.Tuhan dan Agama Yang Tauhid [Monotheis]
Tuhan yang satu. Berdasar pemahaman dari surat Al Ankabut QS 29:46 "Dan janganlah kamu berbantah dengan Ahli Kitab melainkan dengan yang lebih baik, kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka dan katakanlah:Kami telah beriman kepada yang diturunkan kepada kami (Al Qur'an) dan yang diturunkan kepada kamu (Taurat dan Injil). Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu dan hanya kepada-Nya kami berserah diri". Dinyatakan bahwa Tuhan para Ahlul kitab [Nasrani dan Yahudi] dan pengikut Muhammad adalah Tuhan yang satu dan sama. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Alkitab "Adakah Allah hanya Allah orang Yahudi saja? Bukankah Ia juga Allah bangsa-bangsa lain? Ya, benar, Ia adalah juga Allah bangsa-bangsa lain" (Roma 3:29).
Agama yang satu. Menurut Hadits Shahih Bukhari 1501: Semua nabi [termasuk Yesus dan Muhammad] agamanya adalah satu. Demikian tertulis: Dari Abu Hurairah r.a. katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Saya yang lebih dekat dengan Isa anak Maryam di dunia dan di akhirat. Semua nabi-nabi itu bersaudara karena seketurunan. Ibunya berlainan sedang agamanya satu". Dengan demikian maka arti ‘beragama Tauhid’ jelas sekali bukan organisasi, apalagi cuma sekedar syariat (tradisi). Pengikut Yesus yang sejati dan pengikut Muhammad yang sejati pada dasarnya agamanya adalah satu, yaitu agama Tauhid[Monotheis].
Semua adalah Saudara dalam agama Tauhid
Dari sumber pertimbangan dan ayat-ayat kitab suci di atas tadi, saya yakin, bahwa dalam hal esensi kitab suci agama-agama Ibrahimik sebenarnya tidak menekankan istilah agama Yahudi, agama Kristen, agama Islam, seolah ada tiga agama yang berbeda, yang ada adalah Agama Tauhid [monotheis] yang di dalamnya terdiri dari berbagai bangsa di seluruh muka bumi termasuk orang Yahudi, orang Nasrani, orang Arab dan orang-orang bangsa lainnya!
Ketauhidan bersifat Universal. Islam bisa disebut sebagai Tauhid, demikian juga agama orang Yahudi dan Nasrani yang benar-benar mengesakan Allah/monotheis tentu bisa pula disebut sebagai tauhid. Namun, sebagai analogi: janganlah kita meniru kefanatikan dan keanehan beberapa 'orang Jakarta' yang sering banyak di antara mereka tidak mau disebut sebagai 'orang Jawa'. Beberapa teman saya di Jakarta suka bilang "gue bukan orang Jawa" padahal notabene Jakarta adalah jelas bagian dari pulau Jawa! Lucu dan aneh sekali bukan ketika orang Jakarta tidak mau disebut sebagai orang Jawa? Demikian juga, jangan sampai golongan Yahudi atau Nasrani [yang monotheis] tidak mau disebut tauhid, karena sebenarnya 'agama Tauhid' tentu bisa disebutkan bagi siapa saja yang mengesakan Allah, termasuk Yahudi dan Nasrani [yang monotheis]. Juga tentu tidaklah patut misalnya jika ada yang dengan subyektif mau mengklaim bahwa bangsa Arab lebih 'tauhid' dari golongan Yahudi atau Nasrani, karena ketauhidan jelas bukan soal bahasa dan bangsa, bukan?
Kalaupun, memang pada kenyataannya, saat ini terdapat "perpecahan", bahkan mungkin "pertengkaran" di antara saudara-saudara sesama Tauhid, saya yakin bukanlah hal ini yang diharapkan oleh para nabi. Perpecahan tersebut hanyalah masalah kepentingan golongan. Sebagaimana yang tertulis dalam Al Qur'an dan Alkitab berikut:
"Kemudian mereka terpecah belah dalam urusan [agama]nya menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada mereka masing-masing" (Al-Mu'minun QS 23:53). "Sesungguhnya dari yang kecil sampai yang besar di antara mereka, semuanya mengejar untung, baik nabi maupun imam semuanya melakukan tipu[demi kepentingannya]" (Yeremia 6:13).
Ayat-ayat tersebut menyatakan adanya pengikut-pengikut Nabi dan pengajar-pengajar agama yang telah berbelok dan memecah belah agama. Sebagai seorang kristen, saya sangat paham bahwa sepeninggal Rasul-rasul yang hidup sezaman dengan Yesus Kristus kekristenan menjadi agama Negara yang penuh kepentingan politik, dikendalikan oleh kekuasaan dan dogma-dogma ciptaan manusia. Beberapa contoh perdebatan dalam gereja seperti: Doktrin Trinitas yang menjadikan Yesus sebagai Allah Sejati, hierarki Gereja, otoritas Gereja, Natal pada tanggal 25 Desember, Paskah(Easter) dan lain-lainnya yang semuanya membutuhkan dialog-dialog dan pemikiran ulang yang tentunya harus memiliki dukungan dari teks-teks Alkitab. Saya menduga bahwa hal yang sama mungkin saja terjadi juga pada agama lain seperti Islam dan Yahudi.
Seorang Penulis mengatakan, Sejarah Muhammad tragis. Setelah Muhammad wafat, banyak umat Islam mengikuti pemimpin-pemimpin yang tidak adil dan tidak taat beragama. Khalifah-khalifah yang belakangan tersebut mengubah agama agar sesuai dengan keinginan mereka (Thomas McElwain, Islam In The Bible/ Bacalah Bibel, hal.20).
Karena berbagai-bagai kepentingan kotak agama kekuasaan buatan manusia, maka watak agama cinta kasih - welas asih umat Allah dalam sekejap bisa berubah menjadi spesies yang buas dan garang, lebih ganas dan jahat dari Singa dan Ular yang kelaparan. Hingga Agama bisa berubah wujud menjadi Gama atau petaka pencipta maut!
Bagi orang-orang yang sungguh mencari kebenaran, sudah sepatutnya kita kembali pada ajaran agama Tauhid yang sejati, yang hakiki dari Allah. Dan jangan berpecah belah lagi hanya karena beda bingkai/baju atau kepentingan golongan. Kabar Gembira dalam Al Qur'an menyirami dengan ayat yang indah dan sejuk: "Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang apa yang telah diwariskan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wasiatkan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama [dien] dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya" (Ash-Syura QS 42:13). Kabar Gembira dalam Injil juga menyejukkan: "Bukankah satu Allah yang menciptakan kita? Lalu mengapa kita berkhianat satu sama lain dan dengan demikian menajiskan perjanjian nenek moyang kita?" (Maleakhi 2:10).
Sobat-sobat yang bersahaja, yang tulus dan bernurani ilahi, sebagai yang mengaku umat-umat Allah, seharusnya setiap dari kita berupaya benar-benar menjadi insan-insan yang beragama tauhid sejati, bukan cuma berorganisasi kotak agama saja, mari kita menjadi Tauhid dalam perbuatan dan bukan di mulut belaka, supaya kita jangan sampai 'kecantol', main mata, jatuh cinta, selingkuh dan bahkan rela menyeleweng dengan 'agama ciptaan manusia' yang fana dan palsu, hingga hakikat ketauhidan [monotheistik] yang sejati harus terpaksa direlakan untuk dimadu dan tinggal satu atap dengan kemunafikan 'dogma ciptaan manusia' hingga kita terperosok menjadi Islam yang tidak islami dan Kristen yang tidak kristiani. Semoga tidak!
APA KATA PARA PAKAR ALKITAB & TEOLOG SOAL KEILAHIAN YESUS?
(ditulis berdasar Seminar 28 April 07 di Semarang)
"Saya keberatan dengan istilah Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Yang benar ya Bapa itu Allah,
Yesus itu jalan menuju Allah"
"Yesus menegaskan monotheisme. Rumusan 100% Allah dan 100% manusia
tidak tepat! Ini rumusan Kalkedon, bukan kitab suci! "
"Rumusan konsili Nikaia (325) inilah yang menjadikan Yesus sebagai Allah Anak. Yesus bukan Allah!
Tapi jalan menuju Allah.
Daripada bahasa dogma, saya lebih memilih bahasa Alkitab! "
"Yesus tidak pernah memperkenalkan dirinya sebagai Allah.
Paulus tidak pernah menyebut Yesus Kristus sebagai Allah!
PerjanjianBaru berbicara Yesus sebagai Anak Allah dan tidak pernah Allah Anak"
Itulah beberapa kalimat-kalimat tegas dan 'berani' yang telah dikemukankan oleh para teolog dan pakar Alkitab pada acara Seminar dan Diskusi Interaktif KEILAHIAN YESUS KRISTUS DARI PERSPEKTIF ALKITAB, yang diselenggarakan oleh Yayasan Gema Kasih dan Majalah Rohani lintas denominasi Crescendo pada Sabtu, 28 April 2007 Pk. 10.00 - 16.00 di Alam Indah Resto Semarang, dengan mengundang empat orang narasumber yang ahli dalam teologi Alkitab, yaitu: Pdt. Drie S. Brotosudarmo, M.Th. (dosen Kristologi UKSW Salatiga), Profesor JB. Banawiratma (dosen UKDW, Yogya), Romo Tom Jacobs (Guru Besar Emeritus Tafsir Kitab Suci, Sanata Dharma, Yogya), HortensiusF. Mandaru, SSL (Perwakilan dari Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta). Sebagai Moderator pemimpin acara adalah Hanna Li dari majalah Rohani Crescendo.
Acara yang dihadiri sekitar 150 orang dari berbagai denominasi gereja itu diperuntukan kepada para aktivis gereja, pendeta, peminat teologi, mahasiswa teologi, dan dosen-dosen teologi. Diadakan untuk mengupas 'tuntas' sosok Yesus Kristus berdasarkan Alkitab.
Mana yang benar, Yesus Kristus itu Anak Allah atau Allah Anak atau keduanya atau apa ??? Itulah pertanyaan yang telah dilontarkan oleh Crescendo (seperti tertulis dalam Crescendo edisi 323, 2007), dan pertanyaan kontroversial itu dijawab oleh para narasumber melalui makalah dan presentasi yang disampaikan di acara 'langka' tersebut. Masing-masing pembicara membawakan makalah selama 20 menit dan dilanjutkan dengan diskusi tanya jawab interaktif dengan para hadirin.
Sebagai pembicara pertama, Pdt. Drie S. Brotosudarmo, M.Th., yang saat itu datang bersama anaknya yang juga seorang pendeta. Dengan suaranya yang lantang, beliau menyampaikan,"Yesus adalah Anak Allah, bukan Allah Anak, ini saya tegaskan". Dalam kesempatan berikutnya pembicara asal Salatiga itu menekankan pula bahwa "Di dalam Yesus kita dapat mengenal Allah", jelasnya.
Pembicara ke dua, Prof. J.B. Banawiratma menyampaikan, "Saya juga tidak mengatakan Yesus itu Allah. Yesus itu Anak Allah". Profesor yang juga sering disapa sebagai 'Romo Bono' ini mengatakan bahwa dogma Yesus sebagai Allah itu adalah hasil rumusan Konsili Nikaia (325). "Konsili Nikaia inilah yang menjadikan Yesus sebagai Allah Anak" begitulah katanya. Beliau menegaskan pula bahwa konsili-konsili itu tidak Alkitabiah, ungkapnya "Kesalahannya adalah dogma teologi-teologi dianggap bisa memberikan kesimpulan [tentang trinitas, pen.] yang terjangkau, padahal tidak". "Saya asing [maksudnya: tidak setuju] dengan bahasa dogma, saya lebih memilih yang sederhana yaitu bahasa Alkitab", lanjutnya, "Yesus bukan Allah tapi Yesus jalan menuju Allah". Beliau menekankan pula bahwa memang saat ini jemaat-jemaat sudah punya tradisi bahwa Yesus itu adalah Allah. "Gereja sangat sulit mengubah teks liturgis yang bernada dogmatis", begitu ungkapnya. Beliau sempat mengungkapkan juga bahwa jika andaikata gereja-gereja memang sepakat untuk merombak dogma liturgis [mungkin maksudnya soal Trinitas, pen.], ya silahkan saja.
Pembicara ke tiga, Romo Tom Jacobs. Guru Besar ahli dogma lulusan Roma ini telah menyampaikan pendapat-pendapat yang sangat 'tajam' dan 'berani'. Cara berbicara Romo Tom yang khas 'tenang tetapi tajam berwibawa' dan tutur katanya 'enak didengar', tetapi berkali-kali apa yang disampaikannya tampak mengagetkan para hadirin yang mendengarnya, juga di antara hadirin ada seorang pendeta yang sempat terkesan seperti emosi ketika mendengar penjelasan-penjelasan Romo Tom. Beberapa perkataan Romo Tom yang lembut, tenang tetapi 'berani' di antaranya: "Saya keberatan dengan istilah Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh Kudus"; "Yesus itu jalan menuju Allah. Rumusan 100% Allah, 100% manusia itu tidak tepat"; "Rumusan 100% Allah 100% manusia ini hasil Kalkedon, bukan kitab suci"; "[di Alkitab] Yesus tidak pernah disebut sebagai Allah sejati". Dan ketika ada salah seorang yang menanyakan Yohanes 1:1 [frase:'Firman itu adalah Allah'], Romo Tom menegaskan: "Yohanes justru menekankan bahwa Firman tidak sama dengan Allah, tapi bersama-sama dengan Allah". Pendapat Romo Tom tersebut dikuatkan pula oleh Prof. B.J. Banawiratma dan Hortensius F. Mandaru, SSL. dari LAI.
Pembicara ke empat, Hortensius Florimond Mandaru, seperti di catat majalah Crescendo, beliau menyelesaikan studi filsafat (S1) di Sekolah Tinggi Filsafat "Driyakara"-Jakarta (1989), S1 Teologi "Wedabhakti" Yogyakarta (1993) dan mendapat gelar Sacred Scripture Licenciate (SSL) dari Pontifical Biblical Institute, Roma (1999). Beliau pernah mejadi Dosen Tafsir PB di STF Driyarkara Jakarta (1999-2002), Dosen Kitab Suci di Fakultas Pendidikan dan Keguruan Unika Atmajaya-Jakarta (2002-2003) dan sejak tahun 2004 menjadi Pembina Penerjemahan di Departemen Penerjemahan LAI-Bogor sampai sekarang. Dalam seminar 28 April 2007 soal keilahian Yesus itu, beliau mengungkapkan pula hal-hal yang senada dengan yang telah disampaikan ketiga pembicara yang lain, di antaranya: "Yesus tidak pernah memperkenalkan dirinya sebagai Allah"; "Paulus tidak pernah menyebut Yesus Kristus sebagai Allah!", Hortensius yang sangat paham bahasa Ibrani dan Yunani itu menegaskan pula: "Harus ditegaskan bahwa dalam Perjanjian Baru tidak pernah ada rumusan 'Yesus adalah Allah' ".
Ketika ada peserta yang menanyakan pertanyaan yang berkaitan dengan teori dogma Trinitas bahwa Allah itu tiga pribadi tapi satu/esa, apakah kata "Esa" atau "Echad" di dalam Alkitab berarti 'satu-tunggal secara numerik' atau bisa diartikan 'kesatuan/himpunan'? Hortensius dan Romo Tom bergantian menjawab dengan jawaban tegas yang senada: "Esa, Echad itu betul-betul satu - tunggal, satu dalam numerik bukan kesatuan!". Argumen tersebut 'dikuatkan' pula oleh lontaran Moderator dengan menyitir ayat 1Timotius 2:5 dan Yosua 12: 9-24, yang berbibacara tentang ke-Esa-an.
Di ujung acara seminar tersebut, salah satu hal yang sangat mengesankan [mungkin mengagetkan bagi beberapa orang] adalah ketika ada seorang yang bertanya pada Romo Tom tentang bagaimana pengalamannya selama menjadi pengikut Yesus? Demikianlah Romo Tom menjawab dan menceritakan: "Itu adalah sebuah pertanyaan yang sangat bagus" jawab beliau sebelum kemudian melanjutkan, "Dulu sebelum tahun 1974, kehidupan saya tidaklah baik, dan saat itu -sebelum 1974, saya yakin Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia, ….. Tetapi, setelah tahun 1974 sampai sekarang, saya tidak lagi berdoa kepada Yesus, tapi saya berdoa bersama-sama Yesus dengan dorongan Roh Kudus. ….. Saya lebih kristiani sejak percaya Yesus bukan Allah daripada saat dulu saya percaya Yesus Allah …". Itulah ungkapan pengalaman hidup yang sempat disampaikan Romo Tom.
Kesimpulan dan jawaban dari pertanyaan 'Siapakah Yesus menurut Alkitab, apakah dia Allah sejati atau bukan?', para narasumber tampaknya mereka sepakat: Yesus itu bukan Allah sejati, Allah adalah Bapa dan Yesus itu utusan Allah yang menjadi jalan bagi manusia untuk menuju pada Allah. Nah, jika para narasumber yang ahli dan pakar Alkitab tersebut ternyata mengimani Yesus sebagai utusan Allah, sebagai jalan menuju Allah dan bukan Allah sejati, bagaimana dengan iman kita masing-masing [para pembaca]?
Arus utama kekristenan yang mengimani rumusan konsili-konsili gereja menyatakan Yesus adalah pribadi kedua dari Allah Trinitas (Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus). Mungkin banyak orang mengira bahwa dogma Trinitas [yang mengatakan Yesus adalah Allah sejati] tentu saja diimani oleh para teolog dan pakar-pakar Alkitab, namun ternyata perkiraan itu tidak tepat karena kini terbukti para pakar Alkitab dan teolog banyak yang tegas menyatakan bahwa Yesus itu bukanlah Allah sejati. Apakah ini artinya bahwa dogma Trinitas yang 'lahir' dari hasil rumusan konsili-konsili gereja ribuan tahun yang lalu itu kini sudah waktunya untuk betul-betul ditinjau ulang, atau dirombak, atau bahkan ditinggalkan samasekali?