Tuesday, May 8, 2007

Kristen Tauhid


"Saya beragama Tauhid" (Frans Donald)
(Makalah Bedah Buku bersama Gus Mus di IAIN Walisongo Semarang, 25 April 2007)

Assalamu'alaikum. Salam sejahtera untuk kita semua.
Alhamdullilah, haleluyah, puji Tuhan. Pada kesempatan ini kita bisa bersama-sama berbagi hati dan pikiran, dalam acara bedah buku dan seminar yang telah diprakarsai, dirintis, 'diperjuangkan' dan diadakan oleh sobat-sobat "para pendekar" dari IAIN Walisongo, Semarang. Ucapan Syukur dan terimakasih sangat layak kita sampaikan pada Allah yang Mahabesar atas terselenggaranya acara ini.
Sebagai Pengantar sebelum "pembedahan buku" yang telah saya tulis, seperti yang telah saya coba tuangkan sebagian pikiran-pikiran saya dalam buku ALLAH DALAM ALKITAB DAN AL QUR'AN, yang masih jauh dari sempurna itu, untuk mengkaji persahabatan Islam-Kristen secara teologis. Maka pada kesempatan ini, di depan para pemikir dan akademisi serta orang-orang yang meminati wacana ini, sebelum 'membedah' buku saya, saya ingin mencoba berbagi pikiran lebih jauh atau lebih blak-blakan lagi tentang pemahaman-pemahaman saya (sebagai seorang Kristen Monotheis/Tauhid) terhadap Al Qur'an dan 'Islam'.
Hasrat penulisan buku ALLAH DALAM ALKITAB DAN AL QUR'AN adalah ingin menginspirasi semangat 'perdamaian bangsa' melalui perdamaian agama yang bukan cuma berbicara berdasar wacana-wacana sosial [soal gotongroyong/penanggulangan bencana bersama, dll.] seperti yang mungkin sudah sering dilakukan pada dialog/kegiatan lintas agama pada umumnya, dimana tidaklah menyentuh langsung hal-hal yang bersifat teologis [karena sering dipandang bahwa dari sisi teologi Islam sangat berbeda dengan Kristen]. Tetapi, pada kajian ini, justru ingin mengajak saudara-saudari Islam-Kristen untuk sekiranya bisa betul-betul bergandengan tangan, betul-betul bersahabat "romantis dan intim" dengan didasari oleh pemahaman teologi yang selaras dalam hal hakikat. Terutama menjawab pertanyaan-pertanyaan Islam dan Kristen yang sangat mendasar: "Sama Atau Bedakah Allah dalam Alkitab dan Al Qur'an?". Untuk menjawab pertanyaan tersebut tentu musti dikaji secara seksama berdasar kedua kitab suci tersebut, Alkitab dan Al Qur'an.
Alkitab berisi injil [Yunani: euagelion] yang artinya kabar baik atau kabar gembira dari Allah, yang ditulis melalui kesaksian-kesaksian para rasul dan murid-murid Yesus. Dan Al Qur'an, The Holly Koran [sebuah kitab bacaan yang baik dan benar], ternyata juga berisi "Kabar Gembira" [Good News] dari Allah yang disampaikan melalui Rohul Kudus, sebagaimana tertulis:
… Kami turunkan kepadamu Kitab yang menjelaskan tiap-tiap sesuatu, petunjuk, rahmat dan Kabar Gembira bagi orang-orang yang berserah diri (An Nahl QS 16:89)
Katakanlah, “Yang menurunkannya adalah Ruhulqudus dari Tuhanmu dengan benar supaya meneguhkan hati orang-orang yang beriman dan sebagai petunjuk serta Kabar Gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (An Nahl QS 16:102)
… Inilah ayat-ayat Al Qur’an dan kitab yang menerangkan, petunjuk dan Kabar Gembira bagi orang-orang yang beriman (An Naml QS 27:1,2)
Jadi sebenarnya [menurut saya] sudah sangat jelas sekali – tidak perlu musti dijelaskan dulu dengan ilmu tafsir teologi atau filsafat yang muluk-muluk ataupun teori yang muter-muter -, bahwa keduanya, Injil dan Al Qur’an adalah Kabar Gembira dari Allah melalui malaikat-Nya [Rohul Kudus] kepada para nabi dan rosul untuk disampaikan kepada semua umat manusia, kepada segala suku bangsa dan segala bahasa. Sebuah pemahaman yang sederhana, sangat berdasar, singkat, padat dan jelas! Dan kita patut meyakini pula, jika Allah bersaksi untuk senantiasa memelihara dan menjaga ayat-ayatnya (Al Hijr Qs 15:9) "Langit dan bumi akan berlalu tetapi Firman Allah akan tetap terpelihara" (Matius 24:35), maka dari itu Taurat-Zabur-Injil dan Al Qur'an tentu benar-benar akan terus terpelihara pula sepanjang zaman!
Sebagai seorang Kristen (dalam arti pengikut ajaran Isa/Yesus), saya meyakini bahwa ajaran yang disampaikan oleh Yesus adalah ditujukan untuk seluruh umat manusia, bukan untuk golongan bangsa atau ras tertentu saja. Hal ini dituliskan dalam Alkitab (1Yohanes2:2; Kolose 3:11). Yesus Kristus (Isa Almasih) adalah untuk seluruh mahluk hidup di seluruh dunia. Nah! demikian juga saya sebagai seorang Kristen (pengikut Yesus) juga meyakini bahwa Al Qur'an sebagai kitab suci dan Islam sebagai agama (dien), 'tercipta' bukan hanya untuk golongan tertentu saja, tetapi untuk seluruh dunia yang ingin selamat (Ali Imran 19: "Sesungguhnya agama disisi Allah hanyalah Islam"; 85: "Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima").
Tulisan ini akan mencoba memaparkan pemikiran-pemikiran saya. Namun, semua pikiran-pikiran tentu sah untuk dikaji dan diuji, boleh diragukan, dipercayai atau disangsikan, bahkan kalaupun ada yang menganggapnya sebagai "sesat", itu wajar-wajar saja. Setiap orang bebas untuk berpikir.
Nah, jika saya telah memahami hakikat Al Qur'an dan Injil adalah sebagai kitab "Kabar Gembira" yang disampaikan oleh Rohul Kudus. Kini sejauh mana Kabar Gembira itu dapat menjadi bagian kita bersama?
I. Keterbukaan konsep "Islam"
Al Qur'an mencatat bahwa konsep "islam" tidak hanya dikenakan kepada agama dan tradisi yang muncul setelah nabi Muhammad.
a. Ibrahim dan Keturunannya
Nabi Ibrahim (Abraham), Yakub dan sanak keluarganya yang sudah ada jauh sekali sebelum zaman Muhammad, mereka semua disebut sebagai Islam. "Ingatlah ketika Tuhannya berfirman kepadanya, "Islamlah!" Ibrahim menjawab, "Saya telah Islam kepada Tuhan semesta alam". Dan Ibrahim telah mewasiatkan keislaman itu kepada anak-anaknya, dan demikian pula Yakub. …. "Apa yang akan kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab, "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu Ibrahim, Ismail, Ishak, yaitu Tuhan Yang Esa dan kami hanya Islam kepada-Nya" (Al Baqarah QS 2:131-133).
b. Pengikut Yesus [Isa Almasih]
Para pengikut dan sahabat-sahabat Yesus yang sejati (Nasrani, Kristen sejati - Hawariyun) disebut Islam [muslimun] "Dan ingatlah ketika Aku ilhamkan kepada hawariyin [pengikut Isa] agar mereka beriman kepada-Ku dan kepada Rasul-Ku! Mereka menjawab "Kami telah beriman dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang muslim" (Al Maidah QS 5:111), "… Hawariyin [sahabat-sahabat Isa] menjawab, "kamilah penolong-penolong agama Allah. Kami telah beriman kepada Allah, dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah muslim" (Ali Imran QS 3:52).
II.Golongan Orang-Orang Yang Selamat
Berdasarkan salah satu catatan Hadits Ibnu Majah, Yahudi akan pecah menjadi 71 golongan, satu golongan masuk surga, yang 70 lainnya masuk neraka. Kristen pengikut Yesus akan pecah menjadi 72 golongan, satu golongan masuk surga, yang 71 lainnya masuk neraka. Islam pengikut Muhammad akan pecah menjadi 73 golongan, satu golongan masuk surga, yang 72 lainnya masuk neraka. Mereka yang masuk sorga adalah yang menjalankan sunatullah, perintah Allah.
Hadits tersebut bersesuaian dengan surat Al Maidah 69 [=Al Baqarah 62]: “sesungguhnya orang-orang beriman, baik orang–orang Yahudi, orang-orang Sabiin, dan orang-orang Nasrani [Kristen/pengikut Yesus], BARANG SIAPA yang beriman kepada Allah, kepada hari akhir dan berbuat kebajikan, maka akan masuk surga semua, tidak perlu ragu”.
Penjelasan hadits dan ayat Al Qur'an diatas berkesesuaian juga dengan Alkitab, "Bukan setiap orang yang berseru kepadaku: Tuan, Tuan! akan masuk ke dalam kerajaan sorga, melainkan dia yang melakukan perintah Allah[sunatullah]" (Matius 7:21)
Dari sumber yang patut dihormati yaitu Hadits Shahih Muslim jilid 1 ayat 9: Islam/aslama artinya berserah diri [pasrah], taat sepenuh hati kepada Allah, selamat damai sejahtera. Kepasrahan [ke-islam-an] adalah bersifat Universal, dengan demikian ke-islam-an adalah milik seluruh dunia, tanpa membedakan golongan keagamaan, suku, bangsa dan bahasa. Hanya Allah yang berhak menilai siapa yang benar-benar Islam[aslama] di hadapan-Nya, dan siapa yang cuma Islam dihadapan manusia saja.
III.Tuhan dan Agama Yang Tauhid [Monotheis]
Tuhan yang satu. Berdasar pemahaman dari surat Al Ankabut QS 29:46 "Dan janganlah kamu berbantah dengan Ahli Kitab melainkan dengan yang lebih baik, kecuali orang-orang yang zalim di antara mereka dan katakanlah:Kami telah beriman kepada yang diturunkan kepada kami (Al Qur'an) dan yang diturunkan kepada kamu (Taurat dan Injil). Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu dan hanya kepada-Nya kami berserah diri". Dinyatakan bahwa Tuhan para Ahlul kitab [Nasrani dan Yahudi] dan pengikut Muhammad adalah Tuhan yang satu dan sama. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Alkitab "Adakah Allah hanya Allah orang Yahudi saja? Bukankah Ia juga Allah bangsa-bangsa lain? Ya, benar, Ia adalah juga Allah bangsa-bangsa lain" (Roma 3:29).
Agama yang satu. Menurut Hadits Shahih Bukhari 1501: Semua nabi [termasuk Yesus dan Muhammad] agamanya adalah satu. Demikian tertulis: Dari Abu Hurairah r.a. katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Saya yang lebih dekat dengan Isa anak Maryam di dunia dan di akhirat. Semua nabi-nabi itu bersaudara karena seketurunan. Ibunya berlainan sedang agamanya satu". Dengan demikian maka arti ‘beragama Tauhid’ jelas sekali bukan organisasi, apalagi cuma sekedar syariat (tradisi). Pengikut Yesus yang sejati dan pengikut Muhammad yang sejati pada dasarnya agamanya adalah satu, yaitu agama Tauhid[Monotheis].
Semua adalah Saudara dalam agama Tauhid
Dari sumber pertimbangan dan ayat-ayat kitab suci di atas tadi, saya yakin, bahwa dalam hal esensi kitab suci agama-agama Ibrahimik sebenarnya tidak menekankan istilah agama Yahudi, agama Kristen, agama Islam, seolah ada tiga agama yang berbeda, yang ada adalah Agama Tauhid [monotheis] yang di dalamnya terdiri dari berbagai bangsa di seluruh muka bumi termasuk orang Yahudi, orang Nasrani, orang Arab dan orang-orang bangsa lainnya!
Ketauhidan bersifat Universal. Islam bisa disebut sebagai Tauhid, demikian juga agama orang Yahudi dan Nasrani yang benar-benar mengesakan Allah/monotheis tentu bisa pula disebut sebagai tauhid. Namun, sebagai analogi: janganlah kita meniru kefanatikan dan keanehan beberapa 'orang Jakarta' yang sering banyak di antara mereka tidak mau disebut sebagai 'orang Jawa'. Beberapa teman saya di Jakarta suka bilang "gue bukan orang Jawa" padahal notabene Jakarta adalah jelas bagian dari pulau Jawa! Lucu dan aneh sekali bukan ketika orang Jakarta tidak mau disebut sebagai orang Jawa? Demikian juga, jangan sampai golongan Yahudi atau Nasrani [yang monotheis] tidak mau disebut tauhid, karena sebenarnya 'agama Tauhid' tentu bisa disebutkan bagi siapa saja yang mengesakan Allah, termasuk Yahudi dan Nasrani [yang monotheis]. Juga tentu tidaklah patut misalnya jika ada yang dengan subyektif mau mengklaim bahwa bangsa Arab lebih 'tauhid' dari golongan Yahudi atau Nasrani, karena ketauhidan jelas bukan soal bahasa dan bangsa, bukan?
Kalaupun, memang pada kenyataannya, saat ini terdapat "perpecahan", bahkan mungkin "pertengkaran" di antara saudara-saudara sesama Tauhid, saya yakin bukanlah hal ini yang diharapkan oleh para nabi. Perpecahan tersebut hanyalah masalah kepentingan golongan. Sebagaimana yang tertulis dalam Al Qur'an dan Alkitab berikut:
"Kemudian mereka terpecah belah dalam urusan [agama]nya menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada mereka masing-masing" (Al-Mu'minun QS 23:53). "Sesungguhnya dari yang kecil sampai yang besar di antara mereka, semuanya mengejar untung, baik nabi maupun imam semuanya melakukan tipu[demi kepentingannya]" (Yeremia 6:13).
Ayat-ayat tersebut menyatakan adanya pengikut-pengikut Nabi dan pengajar-pengajar agama yang telah berbelok dan memecah belah agama. Sebagai seorang kristen, saya sangat paham bahwa sepeninggal Rasul-rasul yang hidup sezaman dengan Yesus Kristus kekristenan menjadi agama Negara yang penuh kepentingan politik, dikendalikan oleh kekuasaan dan dogma-dogma ciptaan manusia. Beberapa contoh perdebatan dalam gereja seperti: Doktrin Trinitas yang menjadikan Yesus sebagai Allah Sejati, hierarki Gereja, otoritas Gereja, Natal pada tanggal 25 Desember, Paskah(Easter) dan lain-lainnya yang semuanya membutuhkan dialog-dialog dan pemikiran ulang yang tentunya harus memiliki dukungan dari teks-teks Alkitab. Saya menduga bahwa hal yang sama mungkin saja terjadi juga pada agama lain seperti Islam dan Yahudi.
Seorang Penulis mengatakan, Sejarah Muhammad tragis. Setelah Muhammad wafat, banyak umat Islam mengikuti pemimpin-pemimpin yang tidak adil dan tidak taat beragama. Khalifah-khalifah yang belakangan tersebut mengubah agama agar sesuai dengan keinginan mereka (Thomas McElwain, Islam In The Bible/ Bacalah Bibel, hal.20).
Karena berbagai-bagai kepentingan kotak agama kekuasaan buatan manusia, maka watak agama cinta kasih - welas asih umat Allah dalam sekejap bisa berubah menjadi spesies yang buas dan garang, lebih ganas dan jahat dari Singa dan Ular yang kelaparan. Hingga Agama bisa berubah wujud menjadi Gama atau petaka pencipta maut!
Bagi orang-orang yang sungguh mencari kebenaran, sudah sepatutnya kita kembali pada ajaran agama Tauhid yang sejati, yang hakiki dari Allah. Dan jangan berpecah belah lagi hanya karena beda bingkai/baju atau kepentingan golongan. Kabar Gembira dalam Al Qur'an menyirami dengan ayat yang indah dan sejuk: "Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang apa yang telah diwariskan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wasiatkan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama [dien] dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya" (Ash-Syura QS 42:13). Kabar Gembira dalam Injil juga menyejukkan: "Bukankah satu Allah yang menciptakan kita? Lalu mengapa kita berkhianat satu sama lain dan dengan demikian menajiskan perjanjian nenek moyang kita?" (Maleakhi 2:10).
Sobat-sobat yang bersahaja, yang tulus dan bernurani ilahi, sebagai yang mengaku umat-umat Allah, seharusnya setiap dari kita berupaya benar-benar menjadi insan-insan yang beragama tauhid sejati, bukan cuma berorganisasi kotak agama saja, mari kita menjadi Tauhid dalam perbuatan dan bukan di mulut belaka, supaya kita jangan sampai 'kecantol', main mata, jatuh cinta, selingkuh dan bahkan rela menyeleweng dengan 'agama ciptaan manusia' yang fana dan palsu, hingga hakikat ketauhidan [monotheistik] yang sejati harus terpaksa direlakan untuk dimadu dan tinggal satu atap dengan kemunafikan 'dogma ciptaan manusia' hingga kita terperosok menjadi Islam yang tidak islami dan Kristen yang tidak kristiani. Semoga tidak!



APA KATA PARA PAKAR ALKITAB & TEOLOG SOAL KEILAHIAN YESUS?
(ditulis berdasar Seminar 28 April 07 di Semarang)

"Saya keberatan dengan istilah Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Yang benar ya Bapa itu Allah,
Yesus itu jalan menuju Allah"

"Yesus menegaskan monotheisme. Rumusan 100% Allah dan 100% manusia
tidak tepat! Ini rumusan Kalkedon, bukan kitab suci! "

"Rumusan konsili Nikaia (325) inilah yang menjadikan Yesus sebagai Allah Anak. Yesus bukan Allah!
Tapi jalan menuju Allah.
Daripada bahasa dogma, saya lebih memilih bahasa Alkitab! "

"Yesus tidak pernah memperkenalkan dirinya sebagai Allah.
Paulus tidak pernah menyebut Yesus Kristus sebagai Allah!
PerjanjianBaru berbicara Yesus sebagai Anak Allah dan tidak pernah Allah Anak"

Itulah beberapa kalimat-kalimat tegas dan 'berani' yang telah dikemukankan oleh para teolog dan pakar Alkitab pada acara Seminar dan Diskusi Interaktif KEILAHIAN YESUS KRISTUS DARI PERSPEKTIF ALKITAB, yang diselenggarakan oleh Yayasan Gema Kasih dan Majalah Rohani lintas denominasi Crescendo pada Sabtu, 28 April 2007 Pk. 10.00 - 16.00 di Alam Indah Resto Semarang, dengan mengundang empat orang narasumber yang ahli dalam teologi Alkitab, yaitu: Pdt. Drie S. Brotosudarmo, M.Th. (dosen Kristologi UKSW Salatiga), Profesor JB. Banawiratma (dosen UKDW, Yogya), Romo Tom Jacobs (Guru Besar Emeritus Tafsir Kitab Suci, Sanata Dharma, Yogya), HortensiusF. Mandaru, SSL (Perwakilan dari Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta). Sebagai Moderator pemimpin acara adalah Hanna Li dari majalah Rohani Crescendo.
Acara yang dihadiri sekitar 150 orang dari berbagai denominasi gereja itu diperuntukan kepada para aktivis gereja, pendeta, peminat teologi, mahasiswa teologi, dan dosen-dosen teologi. Diadakan untuk mengupas 'tuntas' sosok Yesus Kristus berdasarkan Alkitab.
Mana yang benar, Yesus Kristus itu Anak Allah atau Allah Anak atau keduanya atau apa ??? Itulah pertanyaan yang telah dilontarkan oleh Crescendo (seperti tertulis dalam Crescendo edisi 323, 2007), dan pertanyaan kontroversial itu dijawab oleh para narasumber melalui makalah dan presentasi yang disampaikan di acara 'langka' tersebut. Masing-masing pembicara membawakan makalah selama 20 menit dan dilanjutkan dengan diskusi tanya jawab interaktif dengan para hadirin.
Sebagai pembicara pertama, Pdt. Drie S. Brotosudarmo, M.Th., yang saat itu datang bersama anaknya yang juga seorang pendeta. Dengan suaranya yang lantang, beliau menyampaikan,"Yesus adalah Anak Allah, bukan Allah Anak, ini saya tegaskan". Dalam kesempatan berikutnya pembicara asal Salatiga itu menekankan pula bahwa "Di dalam Yesus kita dapat mengenal Allah", jelasnya.
Pembicara ke dua, Prof. J.B. Banawiratma menyampaikan, "Saya juga tidak mengatakan Yesus itu Allah. Yesus itu Anak Allah". Profesor yang juga sering disapa sebagai 'Romo Bono' ini mengatakan bahwa dogma Yesus sebagai Allah itu adalah hasil rumusan Konsili Nikaia (325). "Konsili Nikaia inilah yang menjadikan Yesus sebagai Allah Anak" begitulah katanya. Beliau menegaskan pula bahwa konsili-konsili itu tidak Alkitabiah, ungkapnya "Kesalahannya adalah dogma teologi-teologi dianggap bisa memberikan kesimpulan [tentang trinitas, pen.] yang terjangkau, padahal tidak". "Saya asing [maksudnya: tidak setuju] dengan bahasa dogma, saya lebih memilih yang sederhana yaitu bahasa Alkitab", lanjutnya, "Yesus bukan Allah tapi Yesus jalan menuju Allah". Beliau menekankan pula bahwa memang saat ini jemaat-jemaat sudah punya tradisi bahwa Yesus itu adalah Allah. "Gereja sangat sulit mengubah teks liturgis yang bernada dogmatis", begitu ungkapnya. Beliau sempat mengungkapkan juga bahwa jika andaikata gereja-gereja memang sepakat untuk merombak dogma liturgis [mungkin maksudnya soal Trinitas, pen.], ya silahkan saja.
Pembicara ke tiga, Romo Tom Jacobs. Guru Besar ahli dogma lulusan Roma ini telah menyampaikan pendapat-pendapat yang sangat 'tajam' dan 'berani'. Cara berbicara Romo Tom yang khas 'tenang tetapi tajam berwibawa' dan tutur katanya 'enak didengar', tetapi berkali-kali apa yang disampaikannya tampak mengagetkan para hadirin yang mendengarnya, juga di antara hadirin ada seorang pendeta yang sempat terkesan seperti emosi ketika mendengar penjelasan-penjelasan Romo Tom. Beberapa perkataan Romo Tom yang lembut, tenang tetapi 'berani' di antaranya: "Saya keberatan dengan istilah Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh Kudus"; "Yesus itu jalan menuju Allah. Rumusan 100% Allah, 100% manusia itu tidak tepat"; "Rumusan 100% Allah 100% manusia ini hasil Kalkedon, bukan kitab suci"; "[di Alkitab] Yesus tidak pernah disebut sebagai Allah sejati". Dan ketika ada salah seorang yang menanyakan Yohanes 1:1 [frase:'Firman itu adalah Allah'], Romo Tom menegaskan: "Yohanes justru menekankan bahwa Firman tidak sama dengan Allah, tapi bersama-sama dengan Allah". Pendapat Romo Tom tersebut dikuatkan pula oleh Prof. B.J. Banawiratma dan Hortensius F. Mandaru, SSL. dari LAI.
Pembicara ke empat, Hortensius Florimond Mandaru, seperti di catat majalah Crescendo, beliau menyelesaikan studi filsafat (S1) di Sekolah Tinggi Filsafat "Driyakara"-Jakarta (1989), S1 Teologi "Wedabhakti" Yogyakarta (1993) dan mendapat gelar Sacred Scripture Licenciate (SSL) dari Pontifical Biblical Institute, Roma (1999). Beliau pernah mejadi Dosen Tafsir PB di STF Driyarkara Jakarta (1999-2002), Dosen Kitab Suci di Fakultas Pendidikan dan Keguruan Unika Atmajaya-Jakarta (2002-2003) dan sejak tahun 2004 menjadi Pembina Penerjemahan di Departemen Penerjemahan LAI-Bogor sampai sekarang. Dalam seminar 28 April 2007 soal keilahian Yesus itu, beliau mengungkapkan pula hal-hal yang senada dengan yang telah disampaikan ketiga pembicara yang lain, di antaranya: "Yesus tidak pernah memperkenalkan dirinya sebagai Allah"; "Paulus tidak pernah menyebut Yesus Kristus sebagai Allah!", Hortensius yang sangat paham bahasa Ibrani dan Yunani itu menegaskan pula: "Harus ditegaskan bahwa dalam Perjanjian Baru tidak pernah ada rumusan 'Yesus adalah Allah' ".
Ketika ada peserta yang menanyakan pertanyaan yang berkaitan dengan teori dogma Trinitas bahwa Allah itu tiga pribadi tapi satu/esa, apakah kata "Esa" atau "Echad" di dalam Alkitab berarti 'satu-tunggal secara numerik' atau bisa diartikan 'kesatuan/himpunan'? Hortensius dan Romo Tom bergantian menjawab dengan jawaban tegas yang senada: "Esa, Echad itu betul-betul satu - tunggal, satu dalam numerik bukan kesatuan!". Argumen tersebut 'dikuatkan' pula oleh lontaran Moderator dengan menyitir ayat 1Timotius 2:5 dan Yosua 12: 9-24, yang berbibacara tentang ke-Esa-an.
Di ujung acara seminar tersebut, salah satu hal yang sangat mengesankan [mungkin mengagetkan bagi beberapa orang] adalah ketika ada seorang yang bertanya pada Romo Tom tentang bagaimana pengalamannya selama menjadi pengikut Yesus? Demikianlah Romo Tom menjawab dan menceritakan: "Itu adalah sebuah pertanyaan yang sangat bagus" jawab beliau sebelum kemudian melanjutkan, "Dulu sebelum tahun 1974, kehidupan saya tidaklah baik, dan saat itu -sebelum 1974, saya yakin Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia, ….. Tetapi, setelah tahun 1974 sampai sekarang, saya tidak lagi berdoa kepada Yesus, tapi saya berdoa bersama-sama Yesus dengan dorongan Roh Kudus. ….. Saya lebih kristiani sejak percaya Yesus bukan Allah daripada saat dulu saya percaya Yesus Allah …". Itulah ungkapan pengalaman hidup yang sempat disampaikan Romo Tom.
Kesimpulan dan jawaban dari pertanyaan 'Siapakah Yesus menurut Alkitab, apakah dia Allah sejati atau bukan?', para narasumber tampaknya mereka sepakat: Yesus itu bukan Allah sejati, Allah adalah Bapa dan Yesus itu utusan Allah yang menjadi jalan bagi manusia untuk menuju pada Allah. Nah, jika para narasumber yang ahli dan pakar Alkitab tersebut ternyata mengimani Yesus sebagai utusan Allah, sebagai jalan menuju Allah dan bukan Allah sejati, bagaimana dengan iman kita masing-masing [para pembaca]?
Arus utama kekristenan yang mengimani rumusan konsili-konsili gereja menyatakan Yesus adalah pribadi kedua dari Allah Trinitas (Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus). Mungkin banyak orang mengira bahwa dogma Trinitas [yang mengatakan Yesus adalah Allah sejati] tentu saja diimani oleh para teolog dan pakar-pakar Alkitab, namun ternyata perkiraan itu tidak tepat karena kini terbukti para pakar Alkitab dan teolog banyak yang tegas menyatakan bahwa Yesus itu bukanlah Allah sejati. Apakah ini artinya bahwa dogma Trinitas yang 'lahir' dari hasil rumusan konsili-konsili gereja ribuan tahun yang lalu itu kini sudah waktunya untuk betul-betul ditinjau ulang, atau dirombak, atau bahkan ditinggalkan samasekali?