Tuesday, July 8, 2008

Menjawab Klaim Penganut Ortodoks Syria

Menjawab Klaim Penganut Ortodoks Syria

Seseorang yang mengaku penganut Ortodoks Syria (sepertinya anak buahnya Bambang Noorsena) pernah menghubungi saya. Hal-hal berikut inti pembicaraannya serta tanggapan Saya:

Klaim: Frans Donald, anda tidak mengerti soal Tritunggal adalah karena anda tidak ahli bahasa Ibrani dan Yunani. Coba anda memahami Alkitab bahasa Ibrani-Yunani dan bahasa Arab seperti Bambang Noorsena, tentu anda bisa memahami kebenaran Tritunggal.

Jawab: Kalau anda (si penganut paham Ortodoks Syria atau anak buahnya Noorsena) menganggap saya tidak mengimani doktrin Tritunggal hanya dikarenakan (atau gara-gara) saya bukan ahli bahasa Ibrani-Yunani atau Arab, pandangan anda tersebut jelas terlalu sempit dan tidak realistis. Karena pada kenyataannya fakta-fakta riilnya justru telah banyak orang-orang yang ahli atau paham betul bahasa Ibrani dan Yunani yang malahan jelas-jelas tidak percaya pada doktrin Tritunggal. Misal: Profesor Tomas Mc Elwain, penulis buku Bacalah Bibel (ada di Gramedia); juga di Indonesia ada misal: Guru Besar Emeritus Romo Tom Jacobs, SJ lulusan Roma, ada juga Hortensius SSL, Pembina Penerjemah Alkitab L.A.I; Profesor Banawiratma; Ioanes Rahmat, dosen STT Jakarta, dllnya. Terlebih lagi jika bahasa Arab mau ikut-ikutan dijadikan alasan, begitu banyak sarjana ahli bahasa Arab yang justru sangat tegas menolak Tritunggal, bung!
Saya serta rekan-rekan saya (Unitarian) yang dulunya kami adalah penganut Tritunggal di mana saat itu kami belum mempelajari bahasa Ibrani-Yunani, tapi, justru dengan mulai mempelajari beberapa kata bahasa Ibrani-Yunani justru semakin menuntun kami menjadi tidak lagi percaya pada rumusan doktrin Tritunggal!
Faktanya sangat jelas, ahli tidaknya seseorang dalam bahasa Ibrani / Yunani / Arab samasekali bukan jaminan atau menjadi dasar mutlak apakah orang itu beriman pada Tritunggal atau tidak. Pada kenyataannya begitu banyak orang gereja awam yang menjadi percaya Tritunggal tanpa mereka memahami bahasa Ibrani / Yunani, sementara sebaliknya orang-orang yang ahli atau paham Ibrani / Yunani / Arab malah tidak sedikit yang menolak tegas rumusan doktrin Tritunggal! Tapi ada juga orang yang mengaku mahir bahasa Ibrani-Yunani-Arab (seperti Bambang Noorsena) yang memilih beriman pada Tritunggal.
Jadi intinya, teori orang yang bilang bahwa Frans Donald (Unitarian) tidak mengimani Tritunggal disebabkan Frans Donald bukan ahli Ibrani / Yunani / Arab, itu jelas hanyalah suatu teori yang omong kosong dan sangat lemah faktanya! Karena justru begitu banyak ahli atau orang yang paham bahasa Ibrani / Yunani / Arab yang jelas-jelas menolak Tritunggal!


Klaim: Anda (Frans Donald) kan belum baca tulisan-tulisan Targum Yahudi dan tulisan Bapa-Bapa Gereja pra konsili Nicea, juga tulisan-tulisan murid-murid Yohanes seperti Polycarpus, Ignatius, Yustin Martyr, Irenaeus, Clement, Tertulianus, yang jelas mereka menuliskan bahwa Yesus itu ilahi atau Allah dan bukan ciptaan!

Jawab: Kalau anda (serta Bambang Noorsena) mendasari konsep Tritunggal dari tulisan-tulisan selain Alkitab, seperti tradisi Yahudi (Targum) dan bapa-bapa gereja yang pro Nicea, maka hal itu sesungguhnya samasekali tidak kuat untuk dijadikan dasar argumen bahwa rumusan doktrin Tritunggal itu benar Alkitabiah adanya. Dasar argumen saya, karena:
Pertama. Tulisan tradisi bapa gereja yang sekarang ada yang mungkin mengesankan pro Tritunggal adalah tidak layak dijadikan standar tulisan yang sejajar keabsahannya dengan kitab-kitab yang telah terkanonisasi (terukur keabsahannya) di Alkitab. Mengapa? Lha wong tulisan Yohanes di 1 Yoh 5:7 (ayat yang seolah mengajarkan adanya Tritunggal) itu saja bisa sukses ditambahkan (dipalsukan!) oleh orang-orang yang pro Tritunggal dalam upaya memasukkan konsep Tritunggal ke dalam Alkitab pada tahun 400-an. Nah, apalagi sebagian tulisan-tulisan tradisi bapa-bapa gereja yang tidak banyak diperhatikan / dipedulikan orang dan tanpa mengalami kanonisasi ketat, maka sangat besar potensinya mengalami distorsi / penyelewengan / penambahan / perubahan makna dalam terbitan-terbitannya di kemudian hari.
Misal, mengingat teks Alkitab saja bisa dipalsukan, maka bisa jadi tulisan beberapa bapa gereja yang tadinya menuliskan: “Yesus itu ilahi (devine)” kemudian oleh penggagas Tritunggal yang gencar, tulisan tersebut dicetak / ditulis ulang dengan disusupi tambahan menjadi “Yesus itu ilahi dan bukan ciptaan”, agar terkesan bahwa Yesus itu Allah sejati. Ingat kasus 1Yoh 5:7 yang adalah ayat palsu, telah cukup sukses hingga kini masih tercantum dalam Alkitab. Lha tulisan Yohanes saja bisa ditambahi / dipalsukan, maka tulisan-tulisan bapa-bapa gereja akan terlebih lagi sangat mungkin untuk dipalsukan! Sebagai contoh, anda silakan baca juga fitnah dan pemalsuan fakta sejarah / dusta besar yang telah dilakukan Bambang Noorsena terhadap kami (Unitarian), pada tulisan saya yang berjudul “Ternyata Bambang Noorsena adalah Saksi Dusta”. Di situ menjadi contoh nyata bahwa untuk sejarah peristiwa yang baru terjadi dan dekat di Indonesia saja seorang Noorsena berani berdusta, apalagi untuk sejarah-sejarah ribuan tahun yang lalu dan jauh dari Indonesia, sangat mungkin Noorsena akan lebih berani lagi mengumbar dusta-dustanya guna membela doktrinnya!
Kedua. Namun seandainya, sekali lagi saya tegaskan, andaikata, tulisan-tulisan asli orang-orang yang sempat berkuasa menduduki kursi bapa-bapa gereja (murid-murid setelah Yohanes) di abad-abad awal itu memang benar-benar mengajarkan konsep “Yesus Allah sejati” atau “Yesus Bukan Mahluk Ciptaan” itupun tidaklah menjamin bahwa pandangan mereka (para tokoh gereja) di abad I-II itu pasti benar adanya. Karena sekalipun mereka adalah murid-murid penerus Yohanes, namun status murid-guru samasekali tidak menjamin bahwa pandangan mereka mutlak sama adanya. Fakta-fakta sejarah diberbagai belahan dunia membuktikan dengan kuat dan akurat. Misal:
Plato dan Aristoteles, hubungannya adalah guru dan murid, dan kenyataannya pandangan-pandangan / pikiran-pikiran antara guru-murid itu terdapat perbedaan paham yang akhirnya melahirkan 2 golongan aliran berbeda. Di Indonesia, Soekarno dan muridnya, faktanya murid-murid Soekarno berbeda prinsip / paham dengan pahamnya Soekarno, bahkan ada muridnya yang justru berkhianat pada Soekarno. Frans Donald dengan gurunya, gurunya (Pdt. Tomas, Pdt. Tobing, Pdt. Kristiyono dllnya) adalah penganut dan pengajar Tritunggal, tapi kenyataannya jelas Frans Donald (sebagai murid) tidak mengimani Tritunggal. Hubungan guru-murid samasekali bukan jaminan!
Contoh lain, di Alkitab: Nabi Daud dengan Salomo, bahkan bukan Cuma status guru-murid, tapi anak Daud sendiri yaitu Salomo bisa sangat bertentangan dengan kepercayaan Daud (baca 1 Raja 11:5-6). Juga Imam Eli, anak-anaknya sendiri berbeda dengan Imam Eli, mereka malahan menghujat Allah (baca 1Samuel 2:12). Juga Gideon dengan seisi rumahnya, setelah menang malahan justru menyembah Efod emas (Hakim 8:27).
Nah, fakta-fakta sangat jelas, bahwa hubungan guru-murid bahkan bapak-anak, samasekali bukan jaminan kesamaan paham / pikiran antara mereka. Maka demikian pula dalam kasus status hubungan kemuridan seperti Polycarpus, Ignatius dllnya, juga tidak jaminan bahwa mereka sepaham 100% dengan guru mereka yaitu Yohanes. Artinya, kalau andaikata benar Ignatius dllnya (orang-orang yang dianggap sebagai penerus Yohanes) itu betul-betul meyakini konsep Tritunggal seperti anggapan yang diyakini oleh Bambang Noorsena, tidaklah jaminan atau berarti mutlak Yohanes dan para rasul penulis Alkitab juga percaya Tritunggal, tidak!
Ketiga. Karena dasar iman kekristenan yang telah diakui oleh seluruh Kristen adalah Alkitab dan bukan tradisi-tradisi targum Yahudi atau pun tulisan-tulisan orang yang disebut sebagai “bapa-bapa gereja”, maka kalau anda (sebagai penganut Ortodoks Syria) mau dialog / debat dengan komunitas Kristen selain organisasi anda (Ortodoks Syria), maka seyogyanya standar yang dipakai ya musti Alkitab saja. Beda halnya kalau anda mau khusus dialog / diskusi di komunitas anda (Ortodoks Syria) yang ternyata –seperti diakui oleh Bambang Noorsena sendiri- mendasarkan imannya dari tulisan-tulisan selain Alkitab (tulisan Targum, bapa gereja dllnya.) itu hak anda, tapi kalau lintas komunitas Kristen maka standar dasar yang layak dipakai ya harus Alkitab saja yang jadi acuannya.
Setelah beberapa kali berhubungan dengan orang-orang yang mengaku Ortodoks Syria atau simpatisan Noorsena, Saya makin yakin bahwa sebenarnya mereka tahu betul bahwa doktrin Tritunggal yang mereka dirikan itu lemah jika ditinjau dari dasar Alkitab. Itu pula sebabnya, seorang kawan yang pernah hadir di seminarnya Bambang Noorsena mengatakan bahwa Bambang Noorsena pernah bilang: “gobloknya orang Kristen kalau mau diajak adu ayat Alkitab!”. Di situ tampak sekali Noorsena menghindari dialog yang hanya berdasar ayat-ayat Alkitab. Beberapa orang memang pernah memberitahu Saya bahwa Noorsena selalu menghindari dialog / debat Alkitab dan lebih suka membahas targum-targum atau tulisan-tulisan lainnya. Mengapa Noorsena terkesan takut / menghindari debat Alkitab? Kemungkinan besar adalah karena ayat-ayat Alkitab memang jelas-jelas tidaklah mendukung argumen / teori-teorinya tentang Tritunggal!